Hasil Penelitian: Kondisi Kromosom Bergantung Usia Sel Telur
Tanggal: 27 Jun 2018 20:53 wib.
Perkembangan teknologi bidang kedokteran bukan hanya untuk mendeteksi kondisi janin ketika sang ibu menjalani kehamilan dalam kategori berisiko. Teknologi pun berupaya menjangkau cara-cara untuk mengantisipasi supaya ketika hamil di usia tua pun janin bisa tumbuh dengan kromosom normal sehingga mencegah kondisi bayi dengan down syndrome.
Sel telur perempuan memang usianya sama dengan usia pemiliknya. Saat perempuan lahir, ada lima juta sel telur di dalam indung telurnya. Saat akil balig, jumlah itu tinggal sekitar 500.000. Setiap bulan, sel telur itu pecah dengan sumber yang itu-itu juga. Jadi, saat seorang ibu berusia 40 tahun, ya berarti sel telurnya berusia 40 tahun, bukan yang dibentuk baru seperti sperma.
Karena kondisi kromosom normal salah satunya bergantung pada usia sel telur ibu, maka disarankan untuk lebih memperhatikan sel telur itu. Jadi, ketika perempuan belum akan hamil di usia 30 tahun, misalnya, sebaiknya sel telurnya disimpan lebih dulu.
Hal itu bisa dilakukan seperti layaknya penyimpanan sperma. Ketika usia 30 tahun belum menikah karena pilihan atau sudah menikah tetapi belum berencana memiliki anak karena pilihan, sebaiknya sel telurnya diambil untuk disimpan.
Jadi, ketika akan merencanakan kehamilan di atas 35 tahun atau bahkan di atas 40 tahun, usia sel telurnya tetap muda. Ketika akan memprogram, sel telur itu tinggal disuntikkan ke dalam. Selain itu, teknologi untuk membuktikan kondisi kromosom embrio bagi pasangan suami istri yang kerap melakukan bayi tabung. Pengujian itu dinamakan Preimplantation Genetic Screening (PGS).
Terkadang, pasangan suami istri yang melakukan bayi tabung merasa bingung karena selalu gagal. Pengujian PGS pun bisa dilakukan untuk melihat apakah embrio memiliki kromosom yang normal atau tidak. Sampel embrio diambil ketika pembuahan sudah terjadi.