Harga Laptop Naik Gila-Gilaan! Dampak Perang Tarif Dagang AS-China Bikin Pasar Elektronik Panas Dingin
Tanggal: 12 Apr 2025 13:55 wib.
Tampang.com | Kebijakan dagang yang diterapkan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali mengguncang pasar global. Meskipun banyak negara mendapat penangguhan dari penerapan tarif resiprokal, China tidak termasuk dalam daftar tersebut. Bahkan, Negeri Tirai Bambu itu justru menjadi sasaran tarif impor baru yang sangat tinggi.
Trump menaikkan tarif barang-barang dari China secara drastis, dari 54% menjadi 125%. Kebijakan ini secara langsung memengaruhi harga barang impor asal China, termasuk produk elektronik yang selama ini banyak diproduksi di sana. Sebagai balasan, pemerintah Tiongkok di bawah kepemimpinan Xi Jinping mengenakan tarif sebesar 84% terhadap produk-produk yang diimpor dari Amerika Serikat. Ini adalah respons keras yang memperlihatkan ketegangan dagang antara dua negara ekonomi terbesar dunia tersebut masih jauh dari kata usai.
Meskipun banyak negara lain memperoleh penangguhan tarif dari AS, hal ini tidak berarti kebijakan resiprokal sepenuhnya dibatalkan. Trump tetap membuka pintu negosiasi dengan sejumlah negara, menciptakan atmosfer ketidakpastian yang mengganggu stabilitas pasar internasional. Para pelaku usaha, khususnya di sektor teknologi dan elektronik, bereaksi cepat terhadap dinamika ini.
Aksi Panik Massal: Peritel Borong Laptop Sebelum Harga Naik
Efek langsung dari ketegangan ini terlihat dari lonjakan signifikan dalam pengapalan komputer personal atau PC. Menurut laporan CNBC International yang dirilis pada Kamis, 10 April 2025, banyak peritel melakukan pembelian dalam jumlah besar untuk mengamankan stok sebelum tarif baru membuat harga melejit.
Lonjakan permintaan ini mendorong peningkatan pengapalan laptop dan PC pada kuartal pertama (Q1) 2025. Firma riset teknologi Canalys mencatat bahwa pengiriman PC global meningkat lebih dari 9% pada periode tersebut. Sementara IDC (International Data Corporation) memperkirakan pertumbuhan sebesar 5% dibandingkan tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, diprediksi sekitar 63 juta unit komputer telah dikapalkan hanya dalam tiga bulan pertama tahun ini.
Fenomena ini menandakan adanya kekhawatiran serius di kalangan peritel dan konsumen. Mereka berusaha mengamankan produk sebelum harganya melejit akibat beban tarif tambahan. Kecemasan ini menjadi sangat nyata karena banyak perangkat elektronik—termasuk laptop dan smartphone—masih sangat bergantung pada produksi di wilayah Asia, terutama China.
Vendor Besar Nikmati Lonjakan Pengiriman
Di tengah situasi yang tak menentu ini, beberapa produsen komputer justru mendapat angin segar. IDC melaporkan bahwa pengiriman produk dari Apple melonjak sebesar 14% pada kuartal pertama 2025 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Asus juga mencatat pertumbuhan pengiriman lebih dari 11%. Sementara itu, dua raksasa PC global yaitu Lenovo dan HP diperkirakan mencatat pertumbuhan masing-masing sebesar 11% dan 6%.
Meski terdengar positif, lonjakan ini lebih banyak dipicu oleh kekhawatiran pasar daripada peningkatan konsumsi yang sehat. Banyak pembeli bertindak cepat karena takut harga melonjak tinggi jika pembelian ditunda. Ini bukan tren pertumbuhan organik, melainkan semacam "panic buying" berskala industri.
Pasar PC Bangkit dari Kelesuan Pandemi
Sektor PC sempat mengalami penurunan tajam setelah masa keemasan selama pandemi Covid-19, ketika kebutuhan perangkat kerja dan belajar dari rumah melonjak drastis. Setelah dua tahun berturut-turut mengalami penurunan, pasar PC pada tahun 2024 hanya mencatat kenaikan 1%—angka yang mencerminkan betapa stagnannya permintaan.
Namun, pertikaian tarif ini justru menjadi semacam “pemicu darurat” bagi pasar yang lesu. Vendor dan peritel mempercepat aktivitas mereka untuk mengantisipasi kemungkinan lonjakan harga dan hambatan distribusi.
Dampak Lebih Luas: Konsumen Ikut Terdampak
Penerapan tarif tinggi pada barang impor dari China tidak hanya memukul produsen dan peritel. Dampaknya paling terasa oleh konsumen akhir yang akan menghadapi kenaikan harga perangkat elektronik secara signifikan. Laptop, tablet, dan produk digital lainnya berpotensi mengalami lonjakan harga dalam waktu dekat. Hal ini bisa menjadi beban tambahan bagi masyarakat di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil.
Jika tren ini terus berlanjut, konsumen akan dihadapkan pada dua pilihan sulit: membeli sekarang dengan harga yang relatif stabil, atau menunda dengan risiko harga yang bisa melonjak tajam di masa mendatang.
Perang Dagang dan Ketidakpastian Global
Ketegangan antara AS dan China bukan hanya tentang angka tarif semata. Ini adalah gambaran lebih luas dari konflik ekonomi dan politik yang memengaruhi berbagai sektor, mulai dari teknologi hingga manufaktur. Langkah balasan dari China menunjukkan bahwa negara tersebut tidak akan tinggal diam terhadap kebijakan sepihak Amerika.
Ketidakpastian ini juga menyulitkan perusahaan untuk merancang strategi jangka panjang. Vendor yang biasa bergantung pada pasokan komponen dari China mungkin mulai mempertimbangkan relokasi produksi ke negara lain seperti Vietnam, India, atau Indonesia. Namun, transisi tersebut tentu membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit.
Kesimpulan: Siap-Siap Harga Elektronik Melonjak
Perang tarif antara Amerika Serikat dan China kembali membuat pasar global tidak tenang. Para peritel, vendor, dan konsumen kini berada dalam pusaran ketidakpastian yang bisa berdampak langsung pada harga produk teknologi, terutama laptop dan komputer. Jika kamu berencana membeli perangkat baru dalam waktu dekat, mungkin sekarang adalah saat yang tepat—sebelum harga naik karena perang dagang yang kian panas.