Hanya 1 dari 4 Generasi Milineal yang Sungguh-Sungguh dalam Bekerja, Lho Kok Bisa?
Tanggal: 29 Okt 2017 08:04 wib.
Karakteristik milineal dari segala sisi selalu menarik untuk dibahas. Tak terkecuali mengenai totalitas kerja mereka.
Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa mereka lebih kreatif dan melek teknologi dibanding generasi sebelumnya. Kini ada fakta menarik lain mengenai generasi Y yang membuktikan jika golongan ini cukup menantang dalam urusan karier. Rupanya menyoal etos kerja, hanya 25% saja yang bekerja dengan totalitas.
Hal ini diungkap oleh penelitian Dale Carnegie Indonesia yang dilakukan kepada 1.200 karyawan millennial dan nonmilennial.
Survei dilakukan untuk mengetahui tingkat keterlibatan pegawai dari generasi millennial dalam bekerja. Keterlibatan secara emosional dan intelektual sendiri penting dimiliki pekerja demi memberi performa terbaik pada perusahaan.
Dari hasil penelitian di enam kota besar di Indonesia, terungkap hanya satu dari empat millennial yang bekerja secara total atau benar-benar melibatkan diri pada karier mereka.
"Studi kami bahkan menunjukkan, 9% karyawan milenial menolak terlibat atau disengaged dengan perusahaan. Lebih besar lagi, yakni 66%, tenaga kerja millennial hanya terlibat sebagian/partially-engaged. Tentunya mengkhawatirkan, sebab golongan ini bisa berpindah jika perusahaan tidak lekas mengambil langkah antisipasi," kata Joshua Siregar selaku Director, National Marketing Dale Carnegie Indonesia.
Menurut survei tersebut, hanya 25% millennial yang sungguh-sungguh terlibat dalam pekerjaan. Hal ini, menurut penelitian, dapat disebabkan oleh pola pikir millennial yang menginginkan sejumlah hal dari pekerjaan mereka seperti perasaan terjamin dari perusahaan, apresiasi, gaji kompetitif, keseimbangan waktu bekerja dan kehidupan pribadi, dan supervisor berkomunikasi secara terbuka dan jujur.
Perusahaan yang ingin angkatan kerja millennial-nya lebih betah dan terlibat pun disarankan untuk mengubah budaya perusahaan. Yakni dengan menyediakan pelatihan karyawan, membentuk kepercayaan pada jajaran eksekutif, menguatkan hubungan karyawan dan manajer, hingga penyusunan proses dan prosedurnya yang mendukung.