H+6, Misteri Ruas Penyeberangan Danau Toba Mulai Terungkap
Tanggal: 24 Jun 2018 00:29 wib.
Sejumlah laporan mulai bermunculan, terkait penyebab hilangnya ratusan korban penumpang Kapal Motor Sinar Bangun (KMSB) di Danau Toba, Sumatera Utara, yang tak kunjung ditemukan.
Misteri yang menjadi pertanyaan terbesar dari keluarga korban hingga warga Indonesia pun sedikit demi sedikit telah terjawab. Meski saat ini, korban yang ditemukan baru berjumlah 22 orang, dengan 3 orang meninggal dunia dan 19 orang selamat, sejak kecelakaan kapal tenggelam Senin (18/6/2018).
Seorang Pengamat Keselamatan Transportasi, Ruth Hanna berkomentar soal rute penyeberangan ke Pulau Samosir bukan rute yang biasa. Di rute tersebut, terdapat ekosistem dan karakteristik danau yang berbeda dengan danau-danau lainnya. Untuk itu, perlu dilakukan pencegahan terjadinya musibah kapal tenggelam, karena mengingat sulitnya proses evakuasi korban.
"Dari data dan lapangan, karena sifat Danau Toba yang lain, di dalamnya ada semacam tumbuhan yang bisa melilit ke bawah." jelas Ruth, dikutip dari wawancara tvOne, Rabu (20/6/2018) silam.
Ia juga mengungkapkan, fenomena alam yang sering terjadi di Danau Toba tidak biasa. Salah satunya adalah munculnya pusaran air di beberapa titik.
"Di danau tersebut sering terjadi kumparan-kumparan air ini yang bisa menghisap," paparnya.
Sehubungan dengan transportasi penyebrangan di Danau Toba, Ruth menilai moda angkutan penyeberangan belum memadai. Sebab, menurut pantauannya, masih banyak angkutan tradisional yang belum memenuhi standar keselamatan transportasi yang layak.
"KM Sinar Bangun itu bangunannya kayu, atasnya ada yang fiber ada yang besi. Sebenarnya kapal itu tidak untuk motor, kenyataan banyak," cetusnya.
Dari kejadian ini, semoga kedepannya tak akan terulang lagi musibah transportasi tenggelam di perairan Danau Toba, Sumatera Utara. Hal ini dimulai dari kesadaran pemerintah agar segera memperbaiki tata kelola angkutan penyeberangan di rute tersebut.
Tak hanya di Danau Toba saja, seluruh perairan di Indonesia juga harus diawasi penggunaannya terkait mode angkutan yang sering melintas di kawasan perairan tersebut. Menyangkut, Indonesia memiliki luas wilayah perairan yang lebih besar ketimbang luas daratannya.