Tampang
Gencatan Senjata Gaza Berakhir, Serangan Israel Menyebabkan 220 Korban Jiwa Yang Diantaranya Anak-Anak dan Wanita

Gencatan Senjata Gaza Berakhir, Serangan Israel Menyebabkan 220 Korban Jiwa Yang Diantaranya Anak-Anak dan Wanita

Tanggal: 19 Mar 2025 21:19 wib.
Jumlah korban jiwa akibat serangan militer Israel pasca bubarnya gencatan senjata di Gaza mencapai lebih dari 220 orang, berdasarkan laporan dari badan pertahanan sipil Gaza pada Selasa, 18 Maret 2025. Juru bicara badan tersebut, Mahmud Basal, memberikan pernyataan kepada AFP bahwa di antara korban tewas terdapat banyak anak-anak, wanita, dan orang tua, menggambarkan dampak yang tragis dari serangan yang terus berlanjut ini.

“Lebih dari 220 martir dilarikan ke rumah sakit di Jalur Gaza, dengan sebagian besar di antaranya adalah anak-anak dan wanita, akibat dari agresi yang terus menerus,” kata Basal. Serangan ini mencakup penargetan terhadap sekolah-sekolah dan kamp-kamp yang dihuni para pengungsi, menunjukkan sedikitnya perhatian terhadap keselamatan warga sipil dalam operasi militer yang sedang berlangsung.

Gencatan senjata yang diupayakan oleh pihak mediator dari Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat tersebut dimulai pada 19 Januari 2025, namun akhirnya bubar setelah serangan udara besar-besaran Israel menjangkau berbagai wilayah di daerah kantong Palestina tersebut. Hamas menuduh pemerintahan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebagai pihak yang menggagalkan gencatan senjata, sementara Israel menuding Hamas yang bertanggung jawab karena tidak segera membebaskan sejumlah sandera yang ditangkap.

Seorang pejabat militer Israel menyampaikan kepada pihak AFP bahwa operasi militer tersebut akan tetap berlanjut selama dianggap perlu, dan ada kemungkinan untuk memperluas tujuan serangan yang tidak sekadar berbentuk serangan udara. Pada tahap awal Maret 2025, fase pertama gencatan senjata berakhir tanpa ada kesepakatan lanjutan mengenai langkah selanjutnya untuk menjaga penghentian konflik yang lebih permanen.

Israel melalui saluran resmi menyatakan bahwa mereka akan mengerahkan kekuatan yang lebih besar terhadap Hamas. Dalam konteks ini, utusan khusus Presiden AS, Steve Witkoff, pada 16 Maret 2025, mengajukan proposal yang bertujuan untuk menjembatani pembebasan lima sandera yang masih hidup, termasuk seorang warga negara Israel-Amerika, Edan Alexander. Proposal tersebut menawarkan imbalan berupa pembebasan sejumlah besar tahanan Palestina dari penjara Israel.

Namun, dua hari sebelumnya, Hamas mengklaim bahwa mereka siap untuk membebaskan Alexander dan beberapa individu lain yang juga mereka sebut sebagai warga negara Israel-Amerika. Meskipun demikian, Witkoff menyatakan bahwa tanggapan Hamas terhadap tawaran tersebut tidak dapat diterima, menunjukkan kompleksitas dan kesulitan dalam mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan di tengah situasi yang semakin memanas di Gaza.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved