Sumber foto: iStock

Gempa Miyazaki Magnitudo 6,9: Ancaman Tsunami dan Hubungannya dengan Palung Nankai

Tanggal: 15 Jan 2025 11:40 wib.
Tampang.com | Gempa bumi berkekuatan Magnitudo 6,9 mengguncang wilayah Miyazaki, Pulau Kyushu, Jepang, pada Senin, 13 Januari 2025, pukul 21.19 waktu setempat. Gempa ini memicu tsunami dengan ketinggian sekitar 20 cm. Badan Meteorologi Jepang segera melakukan penyelidikan terkait potensi keterkaitan gempa ini dengan gempa besar yang diperkirakan akan terjadi di Palung Nankai, salah satu wilayah dengan risiko gempa tinggi di Jepang.

Penjelasan Para Ahli Tentang Gempa Miyazaki

Dalam analisis yang dilakukan setelah gempa, para ahli memastikan bahwa tidak ada tindakan pencegahan khusus yang diperlukan. Tsukada Shinya, pejabat dari Lembaga Meteorologi Jepang, menyampaikan bahwa gempa ini tidak meningkatkan kemungkinan terjadinya gempa besar di Palung Nankai. Namun, penting untuk tetap menyadari bahwa gempa dapat terjadi kapan saja.

Palung Nankai adalah area yang berada di batas lempeng antara Teluk Suruga di Prefektur Shizuoka dan Laut Hyuganada di Prefektur Miyazaki. Menurut Komite Riset Gempa Bumi Pemerintah Jepang, ada kemungkinan 70–80% gempa besar berkekuatan Magnitudo 8 hingga 9 terjadi dalam tiga dekade mendatang di area tersebut. Dalam skenario terburuk, gempa Palung Nankai diperkirakan dapat merenggut lebih dari 230.000 nyawa dan menghancurkan sekitar dua juta bangunan.

Gempa Miyazaki dan Tsunami

Gempa di Miyazaki memicu tsunami kecil dengan ketinggian 20 cm. Walaupun dianggap tidak signifikan, peristiwa ini tetap menjadi pengingat akan potensi bahaya dari aktivitas tektonik di wilayah Jepang. Jepang, sebagai negara yang berada di Cincin Api Pasifik, sangat rawan terhadap gempa bumi akibat pertemuan berbagai lempeng tektonik.

Gempa Miyazaki ini termasuk dalam kategori gempa dangkal yang disebabkan oleh aktivitas Subduksi Nankai. Mekanismenya adalah thrust fault atau pergerakan naik, yang sering kali menjadi pemicu tsunami di wilayah pesisir.

Dampak Gempa Miyazaki terhadap Indonesia

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia melaporkan bahwa gempa Miyazaki tidak berdampak pada wilayah Indonesia, baik dalam bentuk getaran maupun tsunami. Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa gempa ini bersifat lokal dan tidak memiliki energi cukup untuk memengaruhi wilayah pesisir Indonesia.

Namun, BMKG tetap mengingatkan masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah pesisir untuk selalu waspada terhadap potensi tsunami, terutama yang disebabkan oleh aktivitas seismik lokal di perairan Nusantara.

Pelajaran dari Gempa Miyazaki

Gempa bumi adalah fenomena alam yang tak terelakkan, terutama bagi negara-negara yang berada di zona aktif tektonik seperti Jepang dan Indonesia. Ada beberapa hal penting yang bisa dipetik dari peristiwa gempa ini:



Kesadaran dan Kesiapsiagaan Masyarakat
Penting bagi masyarakat untuk selalu siap menghadapi gempa. Jepang menjadi contoh negara yang selalu menekankan pendidikan dan pelatihan kesiapsiagaan bencana sejak dini. Hal ini terbukti efektif dalam mengurangi korban jiwa dan kerugian akibat gempa.


Pentingnya Teknologi dan Informasi
Jepang memiliki sistem peringatan dini yang canggih untuk mendeteksi gempa dan tsunami. Hal ini memungkinkan pemerintah dan masyarakat untuk segera mengambil langkah mitigasi yang tepat. Indonesia juga perlu terus mengembangkan teknologi sejenis untuk meminimalkan dampak dari bencana alam.


Kolaborasi Internasional
Gempa Miyazaki menjadi pengingat bahwa bencana alam tidak mengenal batas negara. Kerja sama internasional, seperti berbagi data dan penelitian, dapat membantu meningkatkan mitigasi dan respons terhadap gempa di berbagai belahan dunia.



Masa Depan Palung Nankai: Ancaman Nyata?

Palung Nankai terus menjadi perhatian utama para ahli seismologi di Jepang. Area ini dikenal sebagai zona subduksi yang sangat aktif, di mana Lempeng Filipina bergerak di bawah Lempeng Eurasia. Aktivitas ini menciptakan tekanan besar yang pada akhirnya dilepaskan dalam bentuk gempa bumi.

Dalam sejarah, gempa besar di Palung Nankai telah tercatat beberapa kali, dengan siklus sekitar 100–150 tahun. Terakhir, gempa besar terjadi pada tahun 1946 dengan Magnitudo 8,3. Jika gempa serupa terjadi lagi di masa depan, dampaknya bisa jauh lebih besar mengingat densitas populasi dan infrastruktur modern di wilayah tersebut.

Apa yang Harus Dilakukan?

Masyarakat di seluruh dunia, terutama di wilayah rawan gempa, harus terus memperbarui pengetahuan tentang mitigasi bencana. Berikut beberapa langkah penting yang bisa diambil:


Meningkatkan Infrastruktur: Bangunan tahan gempa menjadi keharusan di wilayah rawan seismik. Jepang telah menerapkan standar ini selama bertahun-tahun.
Pendidikan Bencana: Pelatihan dan simulasi rutin perlu dilakukan untuk memastikan masyarakat tahu apa yang harus dilakukan saat gempa terjadi.
Sistem Peringatan Dini: Teknologi yang mampu mendeteksi gempa lebih awal dapat memberikan waktu yang cukup untuk evakuasi.
Kesiapan Pribadi: Setiap individu perlu memiliki rencana darurat, termasuk peralatan bencana dan jalur evakuasi.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved