Gempa Dahsyat M 7,7 Guncang Myanmar dan Thailand, Penyebab dan Dampaknya
Tanggal: 30 Mar 2025 11:47 wib.
Tampang.com | Gempa berkekuatan magnitudo (M) 7,7 mengguncang wilayah Mandalay, Myanmar, pada Jumat (28/3/2025) pukul 13.20 waktu setempat. Guncangan tersebut tidak hanya dirasakan di Myanmar, tetapi juga di Thailand, bahkan menyebabkan runtuhnya beberapa bangunan bertingkat di Bangkok.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), episenter gempa berada di koordinat 21,76° LU dan 95,83° BT dengan kedalaman 10 km, tergolong sebagai gempa dangkal.
Dampak gempa ini cukup besar, dengan laporan sementara mencatat 140 korban jiwa di Myanmar dan 6 orang meninggal di Thailand. Selain itu, beberapa gedung bertingkat di Bangkok tampak bergoyang saat gempa terjadi.
Penyebab Gempa Thailand-Myanmar: Aktivitas Sesar Sagaing
Menurut Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, gempa ini disebabkan oleh aktivitas sesar Sagaing, yang merupakan sesar geser dengan mekanisme strike-slip.
Sesar Sagaing membentang sepanjang 1.200 km dari utara ke selatan Myanmar, melewati kota-kota besar seperti Mandalay, Sagaing, Naypyidaw, Bago, dan Yangon. Dengan laju pergeseran sekitar 18–22 mm per tahun, sesar ini dikenal sangat aktif dan berpotensi menimbulkan gempa besar.
Beberapa gempa besar akibat sesar Sagaing yang pernah tercatat sebelumnya antara lain:
1931 - M 7,5
1946 - M 7,3 dan M 7,7
1956 - M 7,0
2012 - M 6,8
2025 - M 7,7 (terbesar sejak 2012)
Dengan skala intensitas gempa mencapai VIII-IX MMI, gempa ini menyebabkan kerusakan signifikan di beberapa wilayah di Myanmar dan Thailand.
Mengapa Bangkok Ikut Terdampak?
Meskipun pusat gempa berada di Myanmar, getarannya terasa hingga Bangkok, Thailand. Daryono menjelaskan bahwa fenomena ini terjadi karena efek long vibration period, di mana gelombang gempa yang merambat dari jauh bisa diperkuat oleh tanah lunak di kota tersebut.
Bangkok dibangun di atas endapan sedimen tanah lunak, yang berpotensi memperbesar efek getaran dan menyebabkan resonansi yang membahayakan gedung-gedung tinggi. Hal serupa pernah terjadi di Mexico City pada tahun 1985, ketika gempa M 8,1 yang berpusat 350 km dari kota tetap menyebabkan kerusakan besar dan menewaskan ribuan orang.
Selain itu, efek direktivitas—yaitu fenomena di mana energi gempa terfokus dalam satu arah—juga menjadi faktor yang membuat dampak gempa ini terasa lebih kuat di Bangkok.
Apakah Gempa Ini Berpengaruh ke Indonesia?
BMKG menegaskan bahwa gempa ini tidak berdampak pada wilayah Indonesia. Pasalnya, sumber gempa berasal dari segmen sesar Sagaing, yang tidak berhubungan langsung dengan aktivitas tektonik di Indonesia.
Selain itu, medan tegangan yang memicu gempa ini merupakan hasil akumulasi dari sesar itu sendiri, sehingga tidak memicu gempa di lokasi lain di luar zona tersebut. Namun, potensi gempa susulan tetap ada di sekitar Myanmar dan Thailand.
Kesimpulan
Gempa M 7,7 di Myanmar yang getarannya terasa hingga Thailand menyoroti bahaya aktivitas sesar aktif seperti Sesar Sagaing. Dengan riwayat gempa besar di masa lalu, kawasan ini masih berpotensi mengalami gempa susulan yang signifikan.
Meskipun tidak berdampak pada Indonesia, peristiwa ini menjadi pengingat bahwa negara-negara yang berada di jalur tektonik aktif harus selalu waspada terhadap potensi gempa bumi dan dampaknya.