Gaji Naik 3 Kali Lipat, Orang Taiwan Ogah Kerja Bareng China
Tanggal: 10 Nov 2024 05:51 wib.
Di tengah pembatasan ekspor AS, raksasa teknologi China, Huawei, disebut menawarkan gaji tiga kali lipat untuk menarik engineer semikonduktor dari perusahaan Taiwan, khususnya TSMC, agar mau bergabung dengan mereka. Wccftech dan Tom's Hardware, mengutip laporan dari Le Monde, mengindikasikan bahwa engineer TSMC telah menerima email perekrutan dari perusahaan yang terkait dengan Huawei.
Pembatasan terhadap perusahaan China seperti Huawei dan SMIC, yang membatasi akses ke teknologi dan peralatan semikonduktor dari perusahaan AS, telah memaksa perusahaan untuk bergantung pada SDM eksternal dan sumber daya pihak ketiga. Dalam email tersebut perusahaan menyebut tengah mencari talenta di tengah sanksi AS yang sedang berlangsung.
Pihak berwenang Taiwan sedang menyelidiki perusahaan yang disinyalir merupakan firma analisis data, tetapi diduga merekrut talenta semikonduktor Taiwan untuk mendukung pengembangan semikonduktor canggih di China.
Meskipun tawaran kompensasi tiga kali lipat gaji cukup menarik, para engineer menolak. Mereka khawatir terhadap konsekuensi karier jangka panjang mereka. Sebab, bergabung dengan Huawei dapat membatasi prospek pekerjaan dengan perusahaan Taiwan atau Barat lainnya.
Upaya perekrutan oleh Huawei disebut tidak hanya terbatas pada perekrutan engineer saja, tapi juga berupaya memperoleh rahasia teknis dari perusahaan sebelumnya. Mereka khawatir bahwa tindakan tersebut dapat dinilai sebagai aksi spionase komersial dengan risiko ancaman kriminal.
Selain itu, ketidakpastian bekerja di China, termasuk lingkungan kerja, jam kerja, dan kemungkinan pengawasan oleh pihak berwenang, telah membuat banyak teknisi TSMC enggan menerima tawaran ini.
Menanggapi rumor tentang 'pembajakan' ini, TSMC menaikan gaji dan tambahan tunjangan untuk mempertahankan para engineer. Perusahaan juga telah memberlakukan langkah-langkah kerahasiaan yang ketat, termasuk sistem pemisahan proyek, untuk mencegah karyawan mengakses informasi yang terlalu sensitif, sehingga melindungi teknologi yang dipatenkannya dari kebocoran.
Situasi ini memperlihatkan betapa sengitnya persaingan di industri semikonduktor, terutama antara China dan Taiwan. Hal ini juga memberikan gambaran mengenai strategi perekrutan dan retensi yang digunakan perusahaan untuk membujuk para engineer agar tetap bekerja di perusahaan mereka.
Dengan adanya berita ini, dunia juga semakin sadar akan pentingnya keamanan data dan kerahasiaan teknologi di era digital saat ini. Perusahaan dan pemerintah perlu menjaga keamanan informasi serta melindungi hak kekayaan intelektual dalam industri semikonduktor, yang menjadi pilar penting bagi kemajuan teknologi di berbagai sektor.
Sebagai tambahan, upaya pihak berwenang Taiwan untuk menjaga dan melindungi talenta serta teknologi semikonduktor di negaranya perlu mendapat apresiasi. Langkah-langkah untuk memastikan keamanan informasi dan keberlangsungan industri ini membutuhkan kerja sama antara pemerintah, perusahaan, dan pemangku kepentingan lainnya.
Dalam menghadapi perubahan dinamika ekonomi global, penting bagi perusahaan untuk selalu memperbarui strategi perekrutan dan retensi talenta, mengingat persaingan yang semakin ketat dan rentan terhadap pergeseran kekuatan ekonomi antara negara-negara.
Tentu saja, keputusan para engineer semikonduktor untuk menolak tawaran dari Huawei juga mencerminkan pentingnya nilai-nilai etika dan keamanan kerja. Mereka tidak hanya mempertimbangkan aspek finansial, tetapi juga memikirkan dampak jangka panjang terhadap karier dan reputasi profesional mereka, serta keamanan teknologi yang mereka kelola.
Seiring perkembangan teknologi, ini juga menjadi pelajaran bagi perusahaan teknologi untuk terus berinovasi dalam strategi perekrutan, pengembangan, dan retensi talenta, sambil tetap memegang teguh etika bisnis dan keamanan kerja sebagai nilai inti dalam menjalankanbisnisnya.