Fenomena Pensiun Dini di Usia 20-an: Mengapa Anak Muda China Memilih Menjauh dari Kota dan Stres Hidup?
Tanggal: 13 Mei 2025 21:46 wib.
Di tengah tekanan hidup yang kian berat dan persaingan kerja yang semakin ketat, generasi muda di China justru mulai menunjukkan tren yang tak biasa: pensiun dini. Bukan karena mereka sudah kaya raya atau sukses secara finansial, tetapi karena mereka merasa jenuh, lelah, dan ingin mengambil waktu untuk menyembuhkan diri secara mental. Fenomena ini menjadi sinyal kuat tentang perubahan pola pikir generasi muda terhadap makna kesuksesan dan kebahagiaan.
Ketika Pekerjaan Tak Lagi Jadi Prioritas Utama
Banyak anak muda China, terutama yang berusia 20 hingga awal 30-an, mulai meninggalkan pekerjaan tetap mereka untuk hidup santai di kota kecil. Mereka memilih menjauh dari hiruk pikuk kota besar demi memulihkan kesehatan mental dan menikmati hidup yang lebih bermakna.
Salah satu contohnya adalah Wang Dong, pria berusia 29 tahun yang sebelumnya bekerja di industri perhotelan. Ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya dan menetap di Dali, sebuah kota tenang di provinsi Yunnan. Di sana, ia memilih untuk menjalani "pensiun muda", jauh dari tekanan kerja dan target harian yang melelahkan.
“Kita semua punya hal-hal yang terjadi secara bersamaan dalam hidup. Kadang, kita butuh berhenti sejenak dan menikmati momen saat ini,” ujarnya dalam wawancara bersama AFP, dikutip Selasa (13/5/2025).
Hidup Sederhana, Tanpa Rencana Muluk
Wang mengisi harinya dengan kegiatan-kegiatan sederhana: mengunjungi kuil, belajar membuat teh tradisional, berjalan santai, atau sekadar bermalas-malasan. Bagi Wang, waktu yang dihabiskan untuk menyendiri dan menenangkan diri tidak bisa diukur dengan uang atau prestasi.
“Saya tidak punya rencana khusus setelah ini,” katanya santai.
Gaya hidup seperti ini semakin populer di kalangan anak muda China. Mereka yang biasanya terjebak dalam rutinitas kerja kini memilih untuk berhenti sejenak dan mencari makna baru dalam hidup. Dali pun menjadi semacam "surga" bagi para pencari ketenangan. Kota kecil yang berada di tepi danau jernih ini kini dipenuhi dengan penginapan khusus anak muda yang ingin menginap selama beberapa minggu hingga berbulan-bulan untuk rehat dari kehidupan urban.
Komunitas Penyembuhan Jiwa di Kota Kecil
Banyak dari tempat tinggal ini menawarkan suasana yang mendukung penyembuhan mental. Mereka yang datang ke sana bukan hanya untuk liburan, melainkan untuk menjalani semacam "detoks sosial". Kegiatan yang ditawarkan pun cukup beragam, mulai dari berkemah, memasak bersama, hingga aktivitas spiritual dan diskusi santai.
Yan Bingyi, pendiri salah satu tempat penginapan tersebut, menyebut bahwa dirinya hanya menerima tamu yang menyenangkan untuk menjaga atmosfer tetap positif. Ia rutin menyiapkan makanan rumahan dan mengajak para tamu untuk menikmati kegiatan alam seperti berkemah.
"Kita semua hidup di bawah tekanan sosial yang tidak terlihat, dan semakin berat ketika kita mencapai titik tertentu dalam hidup,” ungkap Yan.
Meski tempatnya menjadi pelarian sementara, Yan berharap para tamu bisa menemukan kembali semangat hidup dan nantinya siap kembali menghadapi dunia nyata tanpa tertekan.
Ekonomi Melemah, Tekanan Meningkat
Fenomena ini tidak bisa dilepaskan dari situasi ekonomi pascapandemi di China. Tingkat pengangguran anak muda kini melonjak lebih dari 15%, tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Persaingan kerja yang ketat, tekanan untuk terus produktif, serta biaya hidup tinggi di kota-kota besar membuat banyak anak muda merasa "burnout" bahkan sebelum mencapai usia 30.
Kondisi ini mencerminkan perubahan budaya yang signifikan. Bila dulu kesuksesan diukur dari seberapa cepat seseorang naik jabatan atau memiliki penghasilan tinggi, kini banyak generasi muda yang lebih memprioritaskan kesehatan mental, ketenangan batin, dan kualitas hidup.
Mereka tidak lagi ingin mengorbankan kesejahteraan jiwa demi status sosial. Sebaliknya, mereka berani mengambil keputusan besar untuk memutus rutinitas dan mengevaluasi ulang tujuan hidup mereka.
Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Tren Ini?
Tren pensiun dini anak muda di China bukan sekadar pelarian, melainkan sebuah bentuk perlawanan halus terhadap tekanan sosial yang semakin tak masuk akal. Ini adalah sinyal penting bagi dunia kerja dan masyarakat secara umum bahwa generasi muda kini tidak hanya ingin "hidup untuk bekerja", tetapi juga "bekerja untuk hidup".
Ada beberapa pelajaran penting yang bisa diambil:
Kesehatan mental adalah kebutuhan, bukan kemewahan.
Anak muda butuh ruang untuk bernapas dan tidak selalu dikejar target.
Waktu jeda bukan kegagalan.
Mengambil waktu istirahat dari rutinitas bukan tanda menyerah, tapi bentuk perawatan diri.
Hidup tak harus selalu produktif.
Kadang, melambat justru bisa membuat kita lebih sadar arah dan tujuan hidup.
Komunitas suportif sangat penting.
Lingkungan yang sehat emosional bisa mempercepat pemulihan dan memperkuat koneksi antarmanusia.
Revolusi budaya kerja sedang berlangsung.
Perusahaan dan sistem pendidikan perlu menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan nilai-nilai generasi baru.