Sumber foto: iStock

Fenomena Cuti Sakit di Jerman: Perusahaan Gunakan Detektif Swasta untuk Pantau Karyawan

Tanggal: 16 Jan 2025 08:05 wib.
Di Jerman, perusahaan mulai menggunakan detektif swasta untuk menyelidiki keaslian alasan cuti sakit jangka panjang karyawan mereka. Langkah ini dianggap sebagai strategi efektif untuk menangani karyawan yang tidak produktif, sekaligus mengurangi beban finansial perusahaan.

Menurut Marcus Lentz, pendiri agen detektif Lentz Group di Frankfurt, permintaan untuk layanan investigasi ini meningkat tajam. Perusahaannya menerima sekitar 1.200 komisi setiap tahun, dua kali lipat dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.

Meningkatnya Angka Cuti Sakit di Jerman

Data dari badan statistik federal Jerman, Destatis, menunjukkan peningkatan signifikan dalam rata-rata cuti sakit pekerja. Pada tahun 2023, rata-rata pekerja mengambil cuti sakit selama 15,1 hari, naik dari 11,1 hari pada tahun 2021.

Asuransi kesehatan utama di Jerman, TK, juga melaporkan rekor baru pada tahun 2024, dengan rata-rata 14,13 hari izin sakit dalam sembilan bulan pertama tahun tersebut.

Menurut Organisasi Pembangunan Ekonomi (OECD), pekerja Jerman kehilangan rata-rata 6,8% jam kerja mereka karena sakit pada tahun 2023. Angka ini lebih tinggi dibandingkan negara-negara Uni Eropa lainnya seperti Prancis, Italia, dan Spanyol.

Dampak Ekonomi dari Tingginya Angka Cuti Sakit

Lonjakan absensi karyawan memiliki dampak signifikan pada perekonomian Jerman. Pada tahun 2023, tingginya angka cuti sakit diperkirakan menurunkan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 0,8%. Penurunan ini bahkan memicu kontraksi ekonomi sebesar 0,3%.

Tingginya angka cuti sakit menciptakan tekanan pada pemberi kerja, yang harus membayar gaji penuh kepada karyawan hingga enam minggu pertama cuti sakit. Setelah itu, asuransi kesehatan mengambil alih dengan memberikan tunjangan sakit.

Penyebab Utama Tingginya Cuti Sakit

Salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab lonjakan cuti sakit adalah kebijakan pascapandemi. Selama pandemi Covid-19, Jerman memperkenalkan sistem yang memungkinkan karyawan dengan gejala ringan mendapatkan surat keterangan cuti sakit melalui konsultasi telepon.

Kebijakan ini memudahkan proses, tetapi juga membuka celah penyalahgunaan. Banyak karyawan diduga memanfaatkan sistem ini dengan berpura-pura sakit untuk mendapatkan cuti. Gejala seperti batuk ringan sering digunakan sebagai alasan, meskipun kondisi mereka tidak benar-benar memerlukan istirahat.

Langkah Perusahaan Mengatasi Masalah

Untuk mengatasi potensi penyalahgunaan cuti sakit, perusahaan beralih menggunakan detektif swasta. Langkah ini bertujuan untuk menginvestigasi apakah karyawan yang mengambil cuti benar-benar sakit atau hanya memanfaatkan kebijakan yang ada.

Menurut Lentz, semakin banyak perusahaan yang merasa tidak lagi dapat menerima jumlah cuti sakit yang berlebihan dari karyawannya. Ketika seorang karyawan mengambil cuti selama 30, 40, atau bahkan 100 hari dalam setahun, pemberi kerja mulai mempertimbangkan keberlanjutan hubungan kerja tersebut dari sudut pandang ekonomi.

Biaya dan Tantangan Penggunaan Detektif Swasta

Meskipun penggunaan detektif swasta dianggap efektif, langkah ini juga memiliki tantangan tersendiri. Biaya untuk menyewa detektif swasta relatif tinggi, sehingga hanya perusahaan tertentu yang mampu menggunakan layanan ini.

Namun, bagi banyak perusahaan, biaya ini dianggap sebanding dengan manfaat yang didapatkan, terutama dalam mengurangi beban keuangan yang disebabkan oleh karyawan yang tidak produktif.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved