Sumber foto: google

Fakta Unik Kehidupan Perempuan di Desa Adat Umoja: Desa Tanpa Laki-Laki

Tanggal: 23 Feb 2025 14:54 wib.
Di tengah dominasi budaya patriarki yang masih kental dalam masyarakat Kenya, terdapat sebuah desa unik bernama Umoja yang berdiri kokoh sebagai simbol perlawanan perempuan. Desa ini berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi perempuan yang menjadi korban berbagai bentuk kekerasan, termasuk pernikahan paksa dan diskriminasi. Didirikan pada tahun 1990 oleh seorang pemimpin inspiratif bernama Rebecca Lolosoli, Umoja berkembang menjadi oasis bagi perempuan-perempuan yang telah menghadapi berbagai tantangan dalam hidup mereka, terutama dari suku Samburu.

Umoja bukan sekadar tempat tinggal, tapi juga menjadi pusat pemberdayaan yang memungkinkan perempuan hidup secara mandiri. Mereka aktif mengelola ekonomi komunitas, mendidik anak-anak, dan membangun jaringan solidaritas di antara sesama penghuni. Kehidupan di Umoja menunjukkan bahwa perempuan dapat menjadi mandiri dan berdaya meskipun sering kali terpinggirkan oleh norma sosial.

Berikut adalah tujuh fakta menarik tentang Desa Umoja, yang membuatnya menjadi salah satu desa paling unik di dunia dan menyentuh banyak hati:

1. Desa yang Hanya Dihuni Perempuan
Diambil dari sumber Glamour, Desa Umoja dibuat khusus untuk melindungi perempuan dari kekerasan berbasis gender. Di desa ini, terdapat sekitar 47 perempuan dan 200 anak yang tinggal. Komunitas ini sebagian besar terdiri dari para korban kekerasan, pernikahan paksa, dan pelecehan. Rebecca Lolosoli, sebagai pendiri, bersatu dengan perempuan-perempuan yang terpinggirkan untuk membangun ruang aman di mana mereka dapat hidup tanpa rasa takut.

2. Melawan Ketidakadilan  
Sejak berdirinya pada tahun 1990, Umoja merupakan bentuk perlawanan terhadap kekerasan seksual yang dialami oleh perempuan, termasuk pemerkosaan oleh tentara Inggris. Rebecca Lolosoli, yang pernah menjadi korban kekerasan, menginisiasi desa ini setelah merasakan betapa banyak perempuan di sekitarnya yang perlu mendapatkan perlindungan dan keadilan. Kini, desa ini menjadi tempat tinggal bagi belasan perempuan dan ratusan anak, yang semuanya berusaha membangun kehidupan baru tanpa kekerasan.

3. Ekonomi Mandiri
Umoja berhasil menciptakan ekonomi mandiri melalui berbagai usaha yang dijalankan oleh para perempuan. Mereka memproduksi kerajinan tangan yang unik dan juga mengenakan biaya bagi para wisatawan yang mau mengenal lebih dekat kehidupan di desa tersebut. Hal ini tidak hanya membantu menopang kebutuhan hidup mereka tetapi juga memperkuat kemandirian finansial. Uang yang diperoleh dibagikan secara merata di antara anggota keluarga, dengan sebagian digunakan untuk pendidikan anak-anak dan dana darurat.

4. Pendidikan Hak Perempuan  
Umoja juga berfungsi sebagai pusat pendidikan bagi anak-anak perempuan. Dengan adanya sekolah kecil di desa, anak-anak diajarkan tentang hak-hak mereka dan cara mempertahankannya. Melalui program advokasi, mereka pergi ke desa-desa sekitar untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya hak perempuan dan dampak negatif dari pernikahan dini serta mutilasi genital perempuan. Seorang kepala sekolah di Umoja menegaskan pentingnya pendidikan sebagai kunci membangun generasi perempuan yang kuat dan berdaya.

5. Keturunan di Tangan Perempuan  
Fenomena menarik terjadi di Umoja, di mana jumlah anak perempuan jauh lebih banyak dibanding perempuan dewasa. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana desa ini terus berkembang. Meskipun pria dilarang tinggal di desa, mereka tetap memiliki anak dengan cara keluar dari desa ketika ingin memiliki keturunan. Bagi para perempuan di Umoja, menjadi ibu tidak harus melibatkan sebuah pernikahan, sehingga membuka opsi yang lebih luas untuk memulai keluarga.

6. Ancaman dari Masyarakat Eksternal  
Kemandirian dan keberanian perempuan di Umoja sering kali menemui tantangan dari sekitar. Banyak pria di komunitas lain tidak menerima keberadaan desa ini, bahkan ada yang mengancam Rebecca Lolosoli karena dedikasinya terhadap hak perempuan. Untuk melindungi diri, desa ini dilengkapi dengan pagar pengaman. Jika seorang lelaki berusaha masuk, perempuan di Umoja akan segera menghubungi pihak kepolisian untuk mendapatkan bantuan.

7. Kunjungan yang Diatur
Meskipun pria tidak diizinkan tinggal di Umoja, mereka tetap diperbolehkan untuk berkunjung sebagai wisatawan. Wisatawan ini jangan dianggap sebagai ancaman, melainkan sebagai salah satu sumber pendapatan bagi desa. Dengan kehadiran mereka, perempuan di Umoja dapat memperkenalkan tradisi dan kebudayaan suku Samburu, serta memasarkan kerajinan tangan hasil kerja keras mereka. Rebecca Lolosoli menekankan bahwa setiap pengunjung, terutama pria, harus mematuhi aturan yang berlaku di desa untuk menjaga keharmonisan dan kelangsungan hidup komunitas.

Umoja bukan hanya sekadar desa; ini adalah simbol harapan dan keberanian para perempuan yang tetap berjuang melawan berbagai bentuk kekerasan. Di sini, perempuan belajar untuk membangun kembali hidup mereka dengan dukungan satu sama lain. Dalam komunitas ini, tauhidhardah perempuan tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga mental dan emosional, memberikan mereka kekuatan untuk meraih kebebasan sejati.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved