Eropa Membelah! Perselisihan tentang Negara yang Enggan Membantu Ukraina-di Dekat Rusia
Tanggal: 23 Jul 2024 18:54 wib.
Uni Eropa (UE) dilaporkan telah mencabut hak Hungaria untuk menjadi tuan rumah pertemuan para menteri luar negeri dan pertahanan Eropa berikutnya. Keputusan ini diambil karena Budapest dianggap bersikap tak mendukung Ukraine dalam konflik dengan Rusia, bahkan sering kali menolak bantuan untuk Kyiv dan menjalin hubungan yang baik dengan Moskow.
Setiap 6 bulan, para menteri luar negeri dan pertahanan UE mengadakan pertemuan informal untuk membahas masalah-masalah global terbesar yang dihadapi blok tersebut. Pertemuan berikutnya dijadwalkan pada tanggal 28-30 Agustus di Budapest. Namun, Kepala Kebijakan Luar Negeri UE, Josep Borrell, mengumumkan bahwa pertemuan tersebut akan diadakan di Brussels bukan di Budapest. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan Hungaria yang terus dekat dengan Rusia, khususnya setelah kunjungan Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban, ke Rusia untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin.
"Saya pikir pantas untuk menunjukkan perasaan ini dan menyerukan pertemuan dewan luar negeri dan pertahanan berikutnya di Brussels," ujar Borrell, dilansir dari laman BBC.
Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Hongaria Peter Szijjarto mengecam keputusan tersebut dengan menuliskannya di akun Facebooknya, menyebutnya tindakan "sangat kekanak-kanakan" dari UE. Ia juga menyatakan bahwa keputusan tersebut merupakan respons luar biasa yang diambil oleh UE.
Tak hanya itu, Orban juga kerap mengkritik langkah-langkah UE dalam memberikan bantuan pada Ukraina serta memberlakukan sanksi terhadap Rusia. Tahun lalu, Orban bahkan menggunakan hak veto Hungaria untuk menunda paket bantuan keuangan non-militer senilai 50 miliar euro (Rp 881 triliun) kepada Kyiv.
Sehubungan dengan pertemuan antara Orban dan Putin, beberapa kritik pun muncul dari beberapa negara anggota UE. Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen menggambarkannya sebagai tindakan yang tidak pantas. Sementara Perdana Menteri Finlandia Petteri Orpo menyatakan bahwa Orban "tidak mempunyai mandat untuk bernegosiasi atau berdiskusi atas nama UE".
Kritik juga datang dari Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson yang menilai kunjungan Orban sebagai "sinyal yang salah kepada dunia luar dan merupakan penghinaan terhadap perjuangan untuk kebebasan rakyat Ukraina".
Perpecahan di kalangan negara anggota UE terkait sikap terhadap Rusia dan Ukraina semakin menunjukkan ketegangan di kawasan Eropa. Sifat tegang ini dapat mempengaruhi stabilitas politik dan hubungan diplomatik di kawasan tersebut.
Sementara itu, reaksi Hungaria dan tanggapannya terhadap keputusan UE menjadi perhatian tersendiri. Hungaria berperan penting dalam kebijakan luar negeri UE, sehingga posisinya dalam isu ini sangat krusial.
Pertanyaan besar kemudian muncul, apakah perpecahan ini dapat diselesaikan dengan baik oleh UE, atau justru akan semakin memperumit hubungan antaranggota dan mengancam solidaritas blok tersebut? Tidak hanya itu, bagaimana konsekuensi dan implikasi dari perpecahan ini terhadap hubungan Rusia-Ukraina juga perlu menjadi perhatian utama.
Meskipun langkah-langkah keras terhadap negara-negara anggota yang dianggap tidak setuju dengan kebijakan besar UE memang tampak sebagai bentuk teguran yang sangat nyata, namun perpecahan itu sendiri harus diatasi dengan bijaksana demi menjaga solidaritas dan persatuan dalam menghadapi isu global yang berkaitan dengan Eropa.