Elon Musk Suspend Akun X Pemimpin Tertinggi Iran Khamenei, Ada Apa?
Tanggal: 28 Okt 2024 18:16 wib.
Media sosial Twitter, yang dimiliki oleh miliarder dunia Elon Musk, menangguhkan akun Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada Senin (28/10/2024). X menangguhkan akun berbahasa Ibrani @Khamenei-Heb beberapa hari setelah Israel melancarkan serangan udara ke Iran sebagai balasan serangan pada 1 Oktober lalu.
Apa yang menjadi penyebabnya?
Menurut laporan dari Firstpost, Senin, Khamenei membuat akun baru berbahasa Ibrani di Twitter pada Minggu (27/10/2024) malam untuk berinteraksi dengan para pengikutnya. Namun, setelah mengunggah dua unggahan dalam bahasa Ibrani, akun milik Khamenei ditangguhkan dan tidak dapat digunakan. "Akun ditangguhkan. Twitter menangguhkan akun karena melanggar aturan," tulis Twitter pada akun tersebut.
Media sosial Twitter menangguhkan akun Khamenei hanya beberapa jam setelah unggahan yang mengancam akan membalas serangan Israel baru-baru ini terhadap Iran. "Rezim Zionis telah melakukan kesalahan. Mereka telah membuat kesalahan perhitungan terkait Iran. Kami akan membuatnya memahami kekuatan, kemampuan, dan tekad rakyat Iran," tulis akun.
Dalam unggahan perdananya pada Minggu malam, Khamenei menuliskan kalimat, "Dengan nama Allah yang Maha Penyayang." Beberapa jam kemudian, Khamenei mulai mengkritik Israel melalui unggahan kedua, tetapi berakhir pada penangguhan akun pada Senin. Kendati demikian, belum ada komentar langsung dari Twitter mengenai alasan penangguhan akun pemimpin tertinggi itu.
Pesan Khamenei dalam bahasa Ibrani juga diunggah ulang pada akun resmi berbahasa Inggris miliknya, @khamenei_ir. Unggahan berbahasa Inggris tersebut tetap mempertahankan nada peringatan serupa yang ditujukan kepada Israel. "Zionis membuat kesalahan perhitungan terkait Iran. Mereka tidak mengenal Iran. Mereka masih belum mampu memahami dengan benar kekuatan, inisiatif, dan tekad rakyat Iran," tulis unggahan Khamenei dalam akun bahasa Inggrisnya.
Menurut Times of Israel, Senin, peraturan di Twitter melarang konten dari "entitas yang melakukan kekerasan dan kebencian". Namun, pedoman tersebut memberikan pengecualian untuk unggahan dari entitas negara atau pemerintah.
Diberitakan Al Ahram, Senin, kejadian penangguhan akun media sosial bukan kali pertama ini dialami oleh Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Pada Februari lalu, Meta menghapus akun Facebook dan Instagram pemimpin tertinggi atas dukungannya terhadap kelompok Palestina Hamas setelah operasi 7 Oktober.
Di Iran, platform media sosial seperti Twitter dan Facebook telah diblokir selama bertahun-tahun, mengharuskan warga menggunakan jaringan pribadi virtual untuk mengaksesnya.
Pada Sabtu (26/10/2024), Israel melancarkan serangan udara yang menargetkan lokasi militer Iran. Serangan yang menewaskan empat tentara Iran itu diklaim sebagai respons terhadap serangan Teheran pada 1 Oktober 2024. Menurut media Iran, Khamenei menegaskan, serangan terhadap Teheran tidak boleh diremehkan. Para pejabat Iran pun harus menentukan cara terbaik untuk menunjukkan kekuatan Iran kepada Israel.
Dari konten asli yang disediakan, terdapat beberapa insight yang bisa dijabarkan dan dikembangkan lebih jauh. Dari sisi politis dan keamanan, penangguhan akun media sosial terkait pemimpin tinggi sebuah negara oleh perusahaan teknologi internasional menunjukkan kompleksitas hubungan internasional di era digital. Hal ini juga memberikan gambaran tentang kemampuan suatu negara untuk mengakses dan berkomunikasi dengan masyarakat di tengah pembatasan akses terhadap platform media sosial. Selain itu, penangguhan tersebut bisa dianggap sebagai bentuk ekspresi pembatasan kebebasan berbicara dan berpendapat dalam wacana global.
Fakta bahwa pemimpin tertinggi Iran aktif menggunakan platform media sosial untuk berkomunikasi dengan warga negaranya juga mencerminkan pentingnya media sosial sebagai alat komunikasi politik di era modern. Selain itu, implikasi dari penangguhan tersebut juga perlu diperhatikan dari sudut pandang keamanan, terutama terkait eskalasi konflik antara Iran dan Israel. Serangan-serangan udara dan perang retorika antara kedua belah pihak menjadikan situasi di Timur Tengah semakin tegang, dan hal ini tidak hanya berdampak pada kedua negara tersebut, tetapi juga pada stabilitas dan perdamaian regional.