Elon Musk PHK Karyawan di Unit Bisnis Pengisian Daya Tesla
Tanggal: 6 Mei 2024 07:30 wib.
Elon Musk, CEO Tesla Inc, mengambil keputusan secara mendadak untuk memberhentikan karyawan yang menjalankan bisnis pengisian daya kendaraan listrik Tesla. Keputusan Musk ini mengejutkan para produsen mobil yang sedang bersiap-siap untuk melengkapi kendaraan listrik baru mereka agar pelanggan dapat menggunakan jaringan Tesla Supercharger.
General Motors, Ford, dan produsen mobil lainnya telah membuat kesepakatan dengan Tesla pada tahun lalu untuk memberikan akses ke jaringan Tesla Supercharger kepada pengguna kendaraan listrik mereka. Produsen otomotif tersebut mengatakan mereka tidak akan mengubah rencana mereka.
Menyikapi hal ini, pemimpin industri otomotif di Amerika Serikat menyatakan keputusan Tesla untuk membuka jaringan pengisian daya kepada produsen mobil listrik saingannya telah mempertegas komitmen Tesla terhadap kendaraan listrik. Keputusan ini dipuji oleh Presiden AS Joe Biden karena membuka peluang bagi Tesla untuk mendapatkan subsidi federal guna memperluas jangkauan sistem Standar Pengisian Daya Amerika Utara (NACS).
Namun, keputusan Musk untuk memberhentikan Rebecca Tinucci, Kepala Bisnis Pengisian Daya Tesla, dan sebagian besar staf yang mengoperasikan dan memelihara sistem Tesla Supercharger membuat para pejabat di produsen mobil dan pemasok Tesla tidak yakin terhadap masa depan.
Dalam merespons keputusan ini, Tesla menyatakan bahwa produsen mobil itu masih berencana untuk memperluas jaringan Supercharger. Namun, Tesla akan memprioritaskan waktu kerja 100% dan fokus pada perluasan lokasi yang sudah ada.
Reaksi dari pemasok jaringan pengisian daya EV, seperti Bullet EV Charging Solutions, menegaskan dampaknya terhadap industri energi baru terbarukan. Elon Musk telah beberapa kali menegaskan komitmennya terhadap peluncuran teknologi baru, termasuk mobil autonomous dan kecerdasan buatan. Hal ini menggambarkan betapa kompleksnya dinamika bisnis di industri otomotif saat ini.
Efisiensi Biaya Tesla untuk Fokus Baru di Bisnis Kecerdasan Buatan
Beberapa eksekutif dan analis industri mengatakan bahwa Musk bisa saja membubarkan organisasi Supercharger yang ada untuk membangun tim yang lebih ramping dan lebih murah untuk menjalankan operasi. Namun, dalam sebuah conference call dengan para analis pada awal bulan ini, Musk mengatakan bahwa ia fokus pada peluang dalam kecerdasan buatan, robotika, dan robot taksi otonom.
Menurut Wedbush Securities Dan Ives, tidak ada yang tidak mungkin terjadi dalam PHK ini, karena Musk mencoba mengirimkan sinyal secara internal mengenai kesulitan yang dialami Tesla, yang membuat mereka harus membuat keputusan yang sulit.
Tesla minggu lalu melaporkan laba kuartal pertama yang lebih rendah dan penurunan pendapatan kuartalan pertama sejak 2021. Bahkan, setelah lonjakan selama seminggu terakhir, saham Tesla turun sekitar 26% untuk tahun ini.
Melalui kunjungannya ke Cina, pasar terbesar kedua perusahaan, Musk mendiskusikan potensi peluncuran paket bantuan pengemudi yang canggih. Menurut keterangan di situs perusahaan, Tesla memiliki lebih dari 1.350 stasiun Supercharger.
Namun, ada reaksi pro-kontra terkait keputusan Musk untuk menghentikan sebagian besar staf yang mengoperasikan dan memelihara sistem Tesla Supercharger. Menurut analis Morningstar Seth Goldstein, Tesla ingin menyesuaikan ukuran dan biaya operasionalnya karena perusahaan ini berada dalam fase pertumbuhan yang lebih lambat. Akan tetapi, hal ini juga memicu pertanyaan terkait masa depan bisnis pengisian daya kendaraan listrik.
Memperkaya Pendekatan Bisnis Pengisian Daya Kendaraan Listrik Dengan Kecerdasan Buatan
Para analis juga menambahkan bahwa Muck bisa saja menggunakan keputusannya untuk memberhentikan karyawan di bisnis pengisian daya sebagai kesempatan untuk mengalokasikan dana lebih besar ke proyek-proyek yang memiliki potensi lebih besar untuk pertumbuhan.
Dari sisi industri energi baru terbarukan, dampaknya juga turut dirasakan. Tesla ingin menyesuaikan ukuran (belanja modal) dan biaya operasionalnya dalam beberapa tahun ke depan karena perusahaannya berada dalam fase pertumbuhan yang lebih lambat. Proses adaptasi ini juga sekaligus memberikan sinyal bahwa Tesla akan semakin fokus pada proyek-proyek yang lebih revolusioner.
Namun, di sisi lain, dampak keputusan ini juga dirasakan oleh pemasok jaringan pengisian daya EV, seperti Bullet EV Charging Solutions. Para pemasok ini merasa terdampar dengan keputusan mendadak yang diambil oleh Musk.
Para analis menjelaskan bahwa perubahan ini menunjukkan bahwa Tesla ingin memperkaya pendekatan bisnis pengisian daya kendaraan listrik dengan kecerdasan buatan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Musk bahwa ia fokus pada peluang dalam kecerdasan buatan, robotika, dan robot taksi otonom.
Dalam menghadapi dinamika bisnis yang semakin kompleks, para produsen mobil tradisional pun tak tinggal diam. Mereka tetap pada rencana untuk melengkapi mobil listrik mereka dengan konektor yang memungkinkan pengemudi mobil listrik merek Chevrolet, Cadillac, atau Ford untuk mengisi ulang daya di stasiun Tesla.
Reaksi dari produsen mobil lainnya, seperti GM dan Ford, menegaskan komitmen mereka terhadap pengembangan kendaraan listrik. Mereka tetap berpegang pada rencana pengembangan jaringan pengisian daya untuk mendukung pertumbuhan kendaraan listrik mereka di pasar global.
Kendati demikian, pertanyaan terkait keberlanjutan bisnis pengisian daya kendaraan listrik masih menjadi sorotan. Para analis menyebutkan bahwa pengisian daya adalah bisnis yang dapat disederhanakan atau bahkan didivestasikan. Hal ini menunjukkan pertanda bahwa bisnis pengisian daya kendaraan listrik akan mengalami transformasi dalam waktu dekat.
Namun, di sisi lain, para pemasok jaringan pengisian daya EV merasakan dampak negatif dari keputusan ini. Mereka merasa terdampar dengan kabar perubahan strategi yang diumumkan oleh Tesla.
Lantas, dampak apa yang akan dirasakan oleh industri energi baru terbarukan dengan perubahan strategi dari Tesla? Kabar PHK ini juga memunculkan berbagai spekulasi terkait keputusan strategis yang akan diambil oleh Tesla ke depannya.
Dari sisi keuangan, para analis menyebutkan bahwa keputusan ini juga menunjukkan adanya upaya dari Elon Musk untuk mengalokasikan dana lebih besar ke proyek-proyek yang dianggap memiliki potensi lebih besar untuk pertumbuhan.
Dalam konteks global, industri otomotif saat ini tengah berada dalam fase transisi menuju kendaraan listrik. Hal ini juga memicu munculnya berbagai gebrakan di industri ini, yang menjadi pertanda adanya perubahan strategis dalam waktu dekat.