Elon Musk Jadi Pengawas Pemerintahan Trump, Hakim AS Sebut Langgar Konstitusi!
Tanggal: 25 Mar 2025 14:48 wib.
Elon Musk, sosok yang dikenal sebagai pengusaha dan inovator terkemuka, kini terlibat dalam ranah pemerintahan AS, khususnya di bawah kepemimpinan Donald Trump. Dalam peran barunya sebagai pengawas Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE), Musk menginisiasi pemecatan sejumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari berbagai lembaga pemerintah. Namun, tindakan tersebut memunculkan kontroversi dan menimbulkan pertanyaan terkait keabsahan posisinya, yang kemudian mengundang perhatian hakim federal.
Hakim Theodore Chuang, anggota Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Maryland, menyampaikan pendapatnya mengenai situasi ini melalui sebuah opini hukum yang menyoroti adanya bukti signifikan mengenai keterlibatan Musk sebagai kepala DOGE, meskipun pihak pemerintah mengklaim bahwa Musk hanya bertindak sebagai penasihat khusus untuk presiden. Ini menjadi perdebatan menarik karena ia menilai bahwa pengangkatan Musk pada posisi tersebut melanggar klausul pengangkatan dalam Konstitusi Amerika Serikat.
Dalam opini tersebut, Chuang mencatat bahwa adanya lebih dari cukup bukti yang mengaitkan Musk dengan kekuasaan yang seharusnya hanya dimiliki oleh pejabat yang dilantik secara resmi. Hal ini terlihat jelas dari sejumlah tindakan kontroversial yang diambil oleh Musk, termasuk penutupan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), yang dianggap oleh hakim sebagai langkah yang berpotensi melanggar konstitusi. “Musk telah menggunakan wewenang di USAID yang hanya bisa dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk dengan benar,” tulis Chuang seperti yang dilansir oleh TechCrunch.
Kasus ini berawal dari keluhan sejumlah PNS yang bekerja di USAID. Mereka mengajukan tuntutan hukum yang tidak disebutkan namanya terhadap Musk dan DOGE, menyoroti bahwa kebijakan pemecatan yang diterapkan Musk berpotensi merugikan banyak individu yang telah mengabdikan waktu dan tenaga untuk pemerintahan. Hakim Chuang menyatakan bahwa tindakan Musk tidak hanya berpotensi merugikan pekerja, tapi juga melanggar ketentuan hukum yang ada.
Chuang’s opinion muncul lebih dari 50 hari setelah Trump resmi menjabat. Begitu dilantik, Trump memberikan lampu hijau kepada Musk untuk memulai pemangkasan lembaga-lembaga pemerintahan dengan dukungan tim DOGE, yang jelas mengindikasikan bahwa kebijakan tersebut adalah bagian dari upaya besar untuk merampingkan birokrasi pemerintah. Namun, keputusan tersebut kini dipertanyakan karena dianggap tidak sesuai dengan hukum yang berlaku.
Pernyataan hakim Chuang merupakan salah satu kritik paling langsung terhadap Musk dan kebijakan DOGE yang mulai marak dikenal dalam waktu dua bulan terakhir. Melalui pendapatnya, Chuang memerintahkan pemulihan beberapa proyek USAID yang sebelumnya terpaksa dibekukan oleh Musk dan melarang DOGE untuk mengambil langkah lebih lanjut dalam membubarkan badan tersebut. Keputusan ini menandai berakhirnya periode di mana Musk dapat beroperasi dengan seenaknya dalam posisi yang dianggap tidak sah.
Meskipun demikian, belum dapat dipastikan bagaimana respons Musk dan tim DOGE terhadap perintah yang dikeluarkan oleh Hakim Chuang. Dalam beberapa hari terakhir, Musk dan Trump tampak aktif di media sosial, melontarkan kritik terhadap hakim serta mengisyaratkan keinginan untuk memecat mereka yang berupaya menghalangi rencana mereka. Hal ini menunjukkan tensi yang semakin meningkat antara petinggi pemerintahan dan cabang yudikatif yang berusaha menegakkan hukum di negara tersebut.
Kondisi ini menciptakan dampak yang luas dan menarik perhatian berbagai kalangan. Sejumlah pengamat politik dan hukum mulai mempertanyakan stabilitas pemerintahan Trump di bawah kendali Musk dan dampak dari keputusan-keputusan yang diambil oleh DOGE terhadap lembaga pemerintah lainnya. Sementara itu, menyeruak dugaan adanya konflik kepentingan di mana pemimpin industri dan pemerintahan berada dalam satu posisi yang sangat berpengaruh.
Di luar itu semua, gerakan boikot terhadap Tesla yang dipicu oleh tindakan Musk juga semakin meluas, menunjukkan bahwa kebijakan yang diambil dalam manajemen pemerintah dapat berdampak langsung pada perusahaan dan masyarakat. Kita bisa melihat gerakan ini sebagai respons publik terhadap kebijakan yang dianggap merugikan pegawai negeri dan lembaga pemerintah yang berfungsi penting dalam pelayanan publik.
Kasus ini menjadi salah satu dari sekian banyak kontroversi yang mengelilingi kepemimpinan Trump dan pilihan kebijakan yang ditetapkan. Hal ini juga menyentuh isu kompleks terkait dengan pemisahan kekuasaan, di mana pengaruh individu swasta dalam ranah pemerintahan dapat menimbulkan ketidakpastian dan konflik hukum.