Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

Tanggal: 29 Apr 2024 07:57 wib.
Pemerintah Amerika Serikat bergerak cepat dalam memberikan bantuan militer senilai US$6 miliar ke Ukraina yang tengah dilanda konflik. Hal ini mencerminkan kepanikan yang dirasakan oleh pemerintahan Presiden Joe Biden dan Kongres, dikarenakan kondisi rezim Zelensky yang mulai goyah. Hal ini dibahas oleh diplomat veteran Inggris, Peter Ford, kepada Sputnik pada Sabtu, 27 April 2024.

Menurut Ford, kepanikan ini timbul sebagai respons terhadap laporan bahwa pesawat tak berawak (UAV) atau drone Rusia berhasil menghancurkan tank tempur Abrams yang dipasok oleh AS. "Ketergesaan untuk mengucurkan dana miliaran dolar untuk Ukraina menunjukkan kekhawatiran AS atas situasi mengerikan yang dihadapi negara kliennya di medan perang," ujar Ford.

Pada Selasa, Senat AS menyetujui rancangan undang-undang senilai US$95 miliar yang termasuk bantuan senilai US$61 miliar untuk Ukraina, beserta pinjaman lainnya. Langkah ini direspons cepat oleh Presiden Biden dengan langsung menandatangani RUU tersebut menjadi undang-undang pada hari berikutnya.

Tidak hanya itu, Departemen Pertahanan AS juga mengumumkan paket bantuan militer senilai US$1 miliar untuk Kyiv, termasuk pasokan amunisi tandan dan pertahanan udara. Langkah tersebut diikuti dengan pengumuman Pentagon pada hari Jumat mengenai paket bantuan senilai US$6 miliar yang mencakup berbagai jenis senjata dan perlengkapan militer canggih.

Namun, langkah besar ini juga diikuti dengan laporan bahwa angkatan bersenjata Ukraina terpaksa memindahkan tank tempur Abrams dari garis depan karena rentannya terhadap serangan drone Rusia. Ford mengamati bahwa desakan untuk mengirimkan sistem persenjataan yang lebih canggih ke Ukraina terjadi setelah adanya laporan-laporan tersebut. "Pengumuman ini bertepatan dengan laporan bahwa Ukraina menarik tank Abrams AS dari garis depan karena mereka menunjukkan diri mereka rentan terhadap serangan pesawat tak berawak," kata Ford.

Ford juga menyayangkan bahwa pengalihan miliaran dolar pajak warga AS untuk industri militer. Pihak-pihak kritikus menganggap bahwa langkah pertama untuk memberikan bantuan senjata ini bertujuan untuk memberi Presiden Biden kredibilitas di dalam negeri, terutama menjelang kampanye pemilihan umum melawan Donald Trump pada musim gugur.

Oleh karena itu, paket senjata senilai US$6 miliar itu dianggap sebagai bagian dari strategi politik untuk memperkuat citra Biden di mata publik, terutama di masa-masa politik yang penuh tantangan. Hal ini menunjukkan bahwa bantuan militer yang diberikan kepada Ukraina bukan hanya sebagai respons atas konflik di Ukraina, tetapi juga sebagai bagian dari pertarungan politik di dalam negeri AS.  

Dalam pandangan Ford, ini adalah tindakan yang "sia-sia" dan terlambat yang ditujukan untuk membuat Biden terlihat tegas dan konsisten menjelang kampanye pemilihan presiden. Adapun, pihak berwenang AS telah mempertegas bahwa bantuan militer ini merupakan bagian dari upaya mereka untuk mendukung keamanan Ukraina dan menunjukkan komitmen mereka terhadap keselamatan negara itu. Akan tetapi, kebijakan ini juga telah menimbulkan polemik di kalangan masyarakat AS sendiri.

Jelas bahwa konflik di Ukraina tidak hanya membahayakan keamanan regional, tetapi juga menjadi panggung politik bagi kepentingan negara-negara besar. Kepanikan yang dirasakan oleh AS dapat dipahami sebagai upaya untuk menjaga citra politik di tingkat internasional. Namun, di sisi lain, dampak dari konflik ini juga harus dilihat dalam lingkup kemanusiaan dan kesejahteraan warga sipil yang terdampak langsung oleh pertempuran tersebut.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved