Sumber foto: Google

Ekonomi Global Melambat, Bank Dunia Sarankan Negara Berkembang Turunkan Tarif untuk Selamatkan Pertumbuhan

Tanggal: 27 Apr 2025 11:18 wib.
Tampang.com | Lonjakan ketidakpastian global akibat perang dagang dan tarif tinggi memperparah tekanan terhadap negara berkembang. Kepala Ekonom Bank Dunia, Indermit Gill, menyebut memangkas tarif secara mandiri bisa menjadi salah satu strategi untuk mengangkat kembali perekonomian di tengah gejolak global.


Tarik Ulur Perdagangan Global di Tengah Kebijakan Tarif Tinggi

Gelombang kebijakan tarif yang dikeluarkan Presiden AS Donald Trump memicu kekhawatiran luas di antara para ekonom dunia. Pada pertemuan musim semi IMF dan Bank Dunia di Washington, isu dampak tarif terhadap pertumbuhan ekonomi mendominasi pembahasan.
IMF sendiri telah menurunkan proyeksi pertumbuhan global menjadi 2,8 persen untuk 2025, menandai perlambatan signifikan yang bisa menyeret banyak negara ke dalam resesi baru.


Negara Berkembang Hadapi Perlambatan Ganda

Sementara koreksi pertumbuhan di negara maju sudah mulai terasa, tekanan bagi negara berkembang belum sebesar itu—namun tanda-tandanya mulai muncul. Volume perdagangan global yang biasanya tumbuh sekitar 8 persen pada awal 2000-an, kini diperkirakan hanya naik 1,5 persen.
Gill menekankan bahwa perlambatan ini terjadi di atas fondasi yang sudah lemah, memperbesar risiko ekonomi bagi negara-negara berkembang.


Investasi Langsung Asing dan Portofolio Terjun Bebas

Tak hanya perdagangan yang merosot, aliran investasi juga melemah. FDI yang dulu menyumbang 5 persen terhadap PDB negara berkembang, kini anjlok ke angka 1 persen. Penurunan investasi ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap stabilitas ekonomi dan risiko dari kebijakan proteksionis.


Utang Membengkak, Risiko Gagal Bayar Mengintai

Masalah lain yang membayangi negara berkembang adalah beban utang yang semakin berat. Gill mengungkapkan, setengah dari negara berkembang kini berada dalam situasi gagal bayar atau mendekatinya, jumlah yang dua kali lipat lebih banyak dibanding tahun lalu.
Biaya bunga utang juga melonjak, mencapai 12 persen dari PDB untuk negara berkembang dan 20 persen untuk negara miskin—memotong anggaran untuk sektor-sektor vital seperti pendidikan dan kesehatan.


Solusi: Turunkan Tarif dan Perluas Perjanjian Dagang

Sebagai langkah konkret, Bank Dunia menyarankan negara berkembang untuk segera menurunkan tarif perdagangan mereka secara unilateral dan aktif bernegosiasi dengan Amerika Serikat.
Menurut Gill, di tengah tekanan tarif tinggi dari AS, negara berkembang justru punya peluang mempercepat reformasi perdagangan, memperluas akses pasar, dan mendorong kembali pertumbuhan ekonomi.
Pemodelan Bank Dunia menunjukkan bahwa langkah ini bisa memberikan dorongan pertumbuhan yang signifikan dibanding hanya menunggu perbaikan situasi global.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved