Ejekan Komentator AS Terhadap Kunjungan Xi Jinping: Asia Tenggara Dinilai Tak Berdaya Ekonomi
Tanggal: 21 Apr 2025 08:32 wib.
Kunjungan Presiden China, Xi Jinping, ke tiga negara di Asia Tenggara—Vietnam, Malaysia, dan Kamboja—telah menarik perhatian luas dan melahirkan berbagai komentar, salah satunya dari komentator politik konservatif Amerika Serikat, Bill O'Reilly. Dalam sebuah video yang diunggah di kanal YouTube-nya pada Selasa, 15 April 2025, O’Reilly menyampaikan pandangannya yang terkesan sinis terhadap kemampuan ekonomi negara-negara tersebut.
O’Reilly dengan percaya diri menyatakan bahwa rakyat di Vietnam, Malaysia, dan Kamboja "tidak punya uang" sehingga tidak dapat membeli produk-produk yang ditawarkan China. "Presiden Xi, izinkan saya beritahu. Orang-orang di sana tak punya uang. Mereka tidak bisa membantumu, mereka tidak akan beli barang-barangmu," ujar O'Reilly dengan nada merendahkan.
Tak hanya itu, ia juga mempertanyakan motif kunjungan Xi Jinping dengan mencibir bahwa hal itu bisa menjadi usaha untuk menyelundupkan barang-barang China dengan label negara lain, seperti Vietnam, sebagai cara untuk menghindari tarif tinggi yang diberlakukan AS. "Mungkin dia mau selundupkan barang-barang China lewat label Vietnam. Tapi itu mudah ketahuan. Kalau China kehilangan pasar AS, habis sudah," tambahnya sambil tertawa.
O'Reilly membandingkan keadaan ekonomi AS yang menurutnya sangat kuat dengan negara-negara Asia Tenggara yang ia anggap lemah. “Karena kami (AS) punya uang, kami membeli barang-barang itu. Orang Melayu tidak akan membeli barang-barang Anda. Mereka tidak punya uang,” imbuhnya. Komentar ini jelas mencerminkan ketegangan yang ada di tengah perang dagang antara China dan AS, terutama setelah kebijakan tarif baru yang ditetapkan oleh Presiden Donald Trump yang membuat tarif produk China bisa mencapai 245 persen.
Sebagai bagian dari respon terhadap ketegangan ini, Xi Jinping melaksanakan lawatan diplomatik ke Vietnam, Malaysia, dan Kamboja untuk memperkuat hubungan dagang dan mencari alternatif pasar baru. Xi memulai perjalanan dimulai dari Vietnam pada 14 hingga 15 April 2025 dan diterima oleh Presiden Luong Cuong, di mana kedua negara menandatangani sejumlah perjanjian kerjasama strategis.
Setelah dari Vietnam, Xi melanjutkan kunjungannya ke Malaysia antara tanggal 15 sampai 17 April, dengan fokus pada memperkuat hubungan dagang dan investasi dalam proyek inisiatif Jalur Sutra Baru (Belt and Road Initiative). Kunjungan ini bertujuan untuk memperluas pengaruh ekonomi China di kawasan tersebut.
Xi mengakhiri lawatannya di Kamboja pada 17 April, yang merupakan salah satu sekutu terdekat China di Asia Tenggara.
Tanggapan dari negara-negara yang dikunjungi Xi pun mencolok. Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Anwar Ibrahim, menanggapi komentar O’Reilly dengan keras. Ia menyebut komentar tersebut sebagai pernyataan yang arogan dan kurang bijaksana. Anwar, yang juga menjabat sebagai Menteri Keuangan, menegaskan bahwa pernyataan O’Reilly mencerminkan ketidakpahaman tentang realitas di Asia Tenggara saat ini.
"Ini adalah tampilan yang jelas dari kesombongan ekstrem oleh individu yang pada kenyataannya, kurang informasi, bodoh, dan yang percaya bahwa hanya kelompok atau bangsa mereka yang berhasil," cetusnya. Dengan demikian, terlihat adanya ketegangan yang tidak hanya meliputi hubungan antara negara-negara besar seperti AS dan China, tetapi juga bagaimana pandangan yang keliru dapat memengaruhi hubungan internasional dalam konteks yang lebih luas.