Sumber foto: ft.com

Duet Trump-Vance Jadi Mimpi Buruk bagi Ukraina, Putin Senyum-Senyum

Tanggal: 17 Jul 2024 20:02 wib.
Langkah Donald Trump untuk mengangkat JD Vance sebagai calon wakil presidennya menjadi sorotan karena dapat berpotensi menjadi hambatan baru bagi Ukraina. Ukraina, yang masih bergantung pada bantuan AS dalam perangnya melawan Rusia, mungkin akan mendapati dirinya terpinggirkan dalam kebijakan luar negeri yang lebih fokus di dalam negeri.

Dalam laporan The Guardian, Trump dan Vance telah memunculkan kekhawatiran akan penggunaan kembali kebijakan 'America First' yang lebih cenderung menitikberatkan pada kepentingan domestik AS tanpa memperhatikan kondisi global. Lebih dari itu, menurut prediksi, bila Trump berhasil memenangi pemilihan, aneksasi wilayah Ukraina oleh Rusia diprediksi akan lebih mudah mendapatkan persetujuan dari pemerintahan Trump-Vance.

Salah satu diplomat senior Eropa di Washington menyatakan kekhawatirannya terkait hal ini, "Ini buruk bagi kami, tapi ini berita buruk bagi Ukraina. Vance bukanlah sekutu kami." Hal ini menggambarkan ketakutan bahwa kebijakan luar negeri baru yang akan dianut oleh duo Trump-Vance tidak akan sesuai dengan harapan dan kepentingan Ukraina.

Selanjutnya, laporan juga mengungkap bagaimana JD Vance menjadi penentang utama terhadap paket bantuan baru ke Ukraina pada musim semi lalu. Michael McFaul, Direktur Institut Kajian Internasional Freeman Spogli, menyoroti bahwa langkah Trump untuk mengajak Vance sebagai pasangannya mencerminkan bahwa akan ada perubahan dalam kebijakan luar negeri AS jika mereka terpilih. Perbedaan pendekatan yang jelas terlihat antara dua calon presiden, Joe Biden-Harris dan Trump-Vance, dengan yang pertama lebih menekankan demokrasi dan menentang otokratisme, sementara yang terakhir lebih condong ke arah otoritarianisme.

JD Vance sendiri pernah menyatakan bahwa persoalan Ukraina tidaklah cukup penting bagi AS. Pernyataan ini tentu menimbulkan kekhawatiran, terutama bagi Ukraina yang sedang menghadapi konflik dengan Rusia. Lebih dari itu, Vance juga menyampaikan pandangannya tentang Vladimir Putin, Presiden Rusia, yang dinilainya bukanlah ancaman bagi Eropa. Penilaian ini tentu mengundang kekhawatiran dan menyiratkan bahwa kebijakan luar negeri Trump-Vance akan lebih ramah terhadap Rusia daripada pendahulunya.

Tak hanya terkait Ukraina, Vance juga menunjukkan pendiriannya yang tegas terhadap penanganan konflik Gaza oleh pemerintahan Presiden Joe Biden. Vance menyebut bahwa Amerika harus memberikan keleluasaan kepada Israel untuk menyelesaikan tugasnya tanpa banyak campur tangan dari AS. Pernyataan ini menambah kekawatiran akan sikap AS yang terlalu mendukung satu pihak dalam konflik tersebut.

Selain itu, Vance juga mengambil sikap tegas terhadap China, mendukung kebijakan pembatasan perdagangan yang lebih agresif dan perlindungan terhadap kekayaan intelektual AS. Ia juga menekankan bahwa AS harus lebih berfokus pada Asia Timur, menandakan adanya pergeseran fokus ke arah yang lebih ekonomis dan geopolitis.

Sikap JD Vance yang menuntut agar negara-negara Eropa “berbagi beban” lebih besar dalam NATO juga menunjukkan adanya perubahan dalam kebijakan luar negeri AS. Pernyataan ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa AS mungkin akan lebih menekankan pada perlindungan kepentingan dalam hubungan dengan sekutu-sekutunya.

 

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved