Sumber foto: iStock

Dua Provider AS Mengakui Terkena Dampak Peretasan, Klaim Jaringan Tetap Aman dari Gangguan China

Tanggal: 30 Des 2024 19:29 wib.
Tampang.com | AT&T Inc dan Verizon Communications Inc mengakui bahwa mereka telah terkena dampak operasi peretasan Salt Typhoon yang terkait dengan China, namun keduanya mengklaim bahwa jaringan mereka tetap aman dari gangguan tersebut.

Para hacker telah mencoba untuk mendapatkan informasi terkait intelijen asing, ungkap AT&T yang berbasis di Dallas, Amerika Serikat (AS), dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Sabtu.

Verizon, yang berkantor pusat di New York City (AS), juga menyatakan bahwa "sejumlah kecil pelanggan penting di pemerintahan dan politik" menjadi target dari operasi peretasan tersebut.

Chief Legal Officer Verizon, Vandana Venkatesh, mengatakan bahwa perusahaan keamanan siber independen telah mengkonfirmasi penahanan ancaman itu. Verizon juga menyatakan bahwa mereka telah bekerja sama dengan pihak berwenang dan memberi tahu pihak-pihak yang mungkin informasinya telah disusupi.

Secara terpisah, AT&T menyatakan bahwa mereka tidak mendeteksi adanya aktivitas oleh aktor ancaman negara di jaringan mereka saat ini, sambil menambahkan bahwa Republik Rakyat China menargetkan sejumlah kecil individu yang memiliki kepentingan intelijen asing.

Menurut laporan Wall Street Journal pada bulan Oktober, operator telekomunikasi termasuk AT&T dan Verizon telah terkena gangguan jaringan Salt Typhoon. Dilaporkan bahwa para peretas berpotensi dapat mengakses sistem yang digunakan pemerintah federal untuk permintaan penyadapan jaringan yang disahkan oleh pengadilan.

T-Mobile USA Inc juga mengungkapkan bahwa mereka menangkap perilaku mencurigakan pada router tingkat jaringan yang tampak konsisten dengan Salt Typhoon. Namun, mereka berhasil mengusir para penyerang sebelum mereka mengakses data pelanggan.

Pada hari Jumat, Gedung Putih mengkonfirmasi bahwa 9 perusahaan telekomunikasi telah terkena dampak dari penyusupan yang dinamai Salt Typhoon oleh para peneliti ancaman Microsoft Corp. Namun, para pejabat AS tidak menyebutkan nama-nama perusahaan yang terkena dampaknya.

China telah berulang kali membantah terlibat dalam operasi peretasan ini. Presiden Joe Biden baru-baru ini memanggil para pemimpin industri telekomunikasi AS ke sebuah sesi tertutup di mana perwakilan industri dan pemerintah membahas cara mengatasi kerentanan yang sangat besar. Sesuai dengan laporan tersebut, Chief Executive Officer AT&T John Stankey turut hadir dalam pertemuan tersebut.

Meskipun para pejabat AS mengakui dampak dari operasi peretasan ini, mereka juga mengungkapkan bahwa mereka masih belum mengetahui secara pasti berapa banyak orang Amerika yang menjadi target dan tidak mungkin untuk memprediksi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memberantas ancaman di seluruh negeri.

Penyusupan yang terjadi atas jaringan perusahaan telekomunikasi ini menunjukkan betapa pentingnya ketahanan dan keamanan jaringan dalam menghadapi serangan cyber dari pihak luar. Upaya yang dilakukan oleh AT&T, Verizon, dan T-Mobile untuk mendeteksi dan mencegah akses peretasan tersebut dapat dijadikan contoh bagi perusahaan lainnya untuk meningkatkan sistem keamanan dan ketahanan jaringan mereka.

Perlindungan terhadap data dan informasi pribadi pengguna jaringan telekomunikasi juga menjadi fokus utama dalam menanggulangi serangan cyber ini. Diperlukan kerjasama antara perusahaan telekomunikasi, pemerintah, dan lembaga keamanan siber untuk meningkatkan sistem monitoring dan deteksi serta menanggulangi serangan peretasan yang semakin kompleks.

Dengan meningkatnya ancaman serangan cyber dari berbagai pihak, perusahaan telekomunikasi harus terus berusaha memperkuat sistem keamanan dan ketahanan jaringan mereka untuk melindungi data dan informasi pengguna dari upaya peretasan yang tidak diinginkan. Dukungan dari pemerintah AS dan lembaga keamanan siber juga diperlukan untuk memperkuat pertahanan dalam menghadapi serangan cyber yang semakin canggih dan tidakterprediksi.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved