Sumber foto: website

Dua Jurnalis Tewas Terbunuh dalam Serangan Israel di Gaza

Tanggal: 1 Agu 2024 16:44 wib.
Kematian dua jurnalis Al Jazeera, Ismail al-Ghoul dan juru kameranya Rami al-Refee, akibat serangan udara Israel di Gaza telah menciptakan duka yang mendalam di kalangan wartawan dan masyarakat internasional. Serangan yang terjadi pada Rabu, 31 Juli 2024, di kamp pengungsi Shati, sebelah barat Kota Gaza, menandai akhir perjalanan dua pemberani yang selalu berusaha mengungkap kebenaran di tengah konflik Palestina-Israel yang berkepanjangan.

Kepergian tragis mereka terjadi saat sedang melakukan liputan di Jalur Gaza, terutama terkait pemberitaan dari dekat rumah Ismail Haniyeh di Gaza, pemimpin politik Hamas yang telah tewas dini hari pada hari yang sama di Teheran, Iran, dalam serangan yang Hamas menduga sebagai ulah Israel. Para jurnalis berada di wilayah tersebut untuk melaporkan kondisi di sana, memperlihatkan penderitaan warga Palestina dan dampak kekejaman yang terjadi di Gaza.

Menurut Anas al-Sharif dari Al Jazeera, kedua jenazah rekannya dibawa ke rumah sakit di Gaza. Ia juga menyampaikan pesan dari Ismail al-Ghoul terkait keadaan di Gaza, tentang penderitaan warga Palestina yang terdampak konflik dan kekejaman yang dilakukan oleh pendudukan Israel.

Pada saat yang sama, Israel belum memberikan komentar terkait insiden tersebut, meskipun sebelumnya mereka membantah menargetkan jurnalis dalam konflik yang telah berlangsung selama 10 bulan di Gaza dan menelan korban jiwa sebanyak 39.445, kebanyakan di antaranya adalah anak-anak dan perempuan. Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mencatat bahwa setidaknya 111 jurnalis dan pekerja media tewas sejak perang dimulai pada 7 Oktober. Sementara itu, kantor media pemerintah Gaza melaporkan angka 165 jurnalis Palestina telah tewas sejak perang dimulai.

Mohamed Moawad, redaktur pelaksana Al Jazeera berbahasa Arab, menjelaskan bahwa kedua jurnalis tersebut tewas saat sedang meliput peristiwa di Gaza utara. Ismail menjadi salah satu tokoh yang terkenal karena keprofesionalismenya dan dedikasinya dalam mengungkapkan penderitaan dan kekejaman yang dialami oleh warga Gaza, terutama di Rumah Sakit al-Shifa dan lingkungan utara wilayah yang terkepung.

"Suaranya kini telah dibungkam, dan tidak ada lagi kebutuhan untuk menyerukan kepada dunia bahwa Ismail telah memenuhi misinya kepada rakyatnya dan tanah airnya," ungkap Moawad. "Aib bagi mereka yang telah mengecewakan warga sipil, jurnalis, dan kemanusiaan."

Tragedi kematian kedua jurnalis Al Jazeera ini menjadi pengingat bagi seluruh dunia tentang bahaya yang dihadapi oleh para wartawan yang berada di daerah konflik. Peran mereka sangat penting dalam memberikan informasi yang akurat dan memperlihatkan dampak kemanusiaan dari konflik-konflik di seluruh dunia. 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved