Sumber foto: iStock

Drama Tarif Trump dan Kebangkitan ‘Magnificent Seven’: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Balik Lonjakan Saham Teknologi?

Tanggal: 12 Apr 2025 21:49 wib.
Pasar saham global kembali bergolak. Setelah sempat melemah selama beberapa hari, saham tujuh raksasa teknologi Amerika Serikat—yang dikenal dengan julukan “Magnificent Seven”—akhirnya bangkit dan mencatatkan lonjakan signifikan. Kenaikan tajam ini tak lepas dari keputusan mengejutkan Presiden AS Donald Trump yang memutuskan untuk menunda pemberlakuan tarif resiprokal terhadap sejumlah negara selama 90 hari.

Namun, satu negara tetap menjadi sasaran utama kebijakan perdagangan Trump: China. Negara ekonomi terbesar kedua di dunia ini dikenakan tarif yang lebih tinggi lagi, yakni 145%, naik dari sebelumnya 125%, dan jauh melesat dibanding awalnya yang hanya 54%. Meski begitu, Trump menyampaikan bahwa ruang negosiasi masih terbuka bagi China dan negara lain sebelum kebijakan tarif ini difinalisasi.

Efek langsung dari kebijakan ini terasa di lantai bursa, terutama di sektor teknologi. Penundaan tarif ini memberikan angin segar bagi perusahaan-perusahaan teknologi besar yang sempat tertekan oleh kekhawatiran investor terhadap dampak perang dagang. Menurut laporan Reuters, nilai kapitalisasi pasar gabungan dari tujuh raksasa teknologi AS meningkat lebih dari US$1,5 triliun hanya dalam waktu singkat setelah pengumuman Trump.

Tujuh raksasa teknologi yang dimaksud mencakup nama-nama besar seperti Apple, Microsoft, Nvidia, Alphabet (Google), Meta (Facebook), Tesla, dan Amazon. Perusahaan-perusahaan ini memang dikenal sebagai pilar utama ekonomi digital AS, dan fluktuasi nilai saham mereka kerap menjadi indikator sentimen pasar global.

Namun, lonjakan nilai pasar tersebut belum sepenuhnya menghapus kerugian besar yang sempat dialami. Sejak mencapai puncaknya di akhir tahun 2024, nilai pasar gabungan “Magnificent Seven” telah anjlok sekitar US$3,4 triliun. Bahkan hanya dalam seminggu terakhir, US$2 triliun melayang dari kapitalisasi pasar akibat kekhawatiran terhadap kebijakan tarif dan ketidakpastian geopolitik.

Kabar baiknya, penguatan harga saham dalam semalam ini memberi sinyal positif bagi investor, setidaknya untuk sementara waktu. Banyak pelaku pasar melihat penundaan tarif ini sebagai kesempatan emas untuk kembali masuk ke saham teknologi, yang sebelumnya dinilai overvalued atau berisiko tinggi akibat tekanan regulasi dan kenaikan biaya produksi.

Menariknya, keresahan investor sebelumnya tidak hanya datang dari perang dagang, tetapi juga dari isu internal industri teknologi sendiri. Kekhawatiran terbesar saat ini datang dari sisi investasi infrastruktur AI (Artificial Intelligence) yang terus membengkak. Banyak perusahaan teknologi dituntut untuk melakukan ekspansi besar-besaran di bidang AI, yang secara langsung mempengaruhi struktur biaya dan strategi modal mereka.

Michael Ashley Schulman, Kepala Investasi di Running Point Capital, menjelaskan bahwa penundaan tarif dari Trump justru memberi waktu bagi para pemimpin perusahaan teknologi seperti CFO dan COO untuk meninjau ulang rencana investasi AI mereka. Sebelumnya, proses impor komponen penting seperti chip AI dari Taiwan dan Korea Selatan menjadi lebih rumit karena ancaman tarif tinggi, yang akhirnya menunda banyak proyek ekspansi.

“Ambisi teknologi AI saat ini sangat bergantung pada modal belanja besar, tenaga kerja internasional, dan perangkat keras yang kompleks,” ujar Schulman dalam wawancaranya dengan Reuters pada Jumat, 11 April 2025. “Penundaan tarif ini adalah momen strategis untuk memperbaiki perencanaan dan rantai pasok yang sempat terganggu.”

Dampaknya terasa nyata di bursa. Saham Nvidia, yang selama ini jadi pemimpin dalam teknologi GPU dan AI, melonjak tajam bersama rekan-rekannya. Apple juga mencatat rekor baru, memicu sentimen positif luas di sektor teknologi. Tesla, Microsoft, Alphabet, Meta, dan Amazon semuanya ikut mengalami kenaikan signifikan, dengan kenaikan saham yang berada di kisaran 9,68% hingga 22,69%. Bahkan, indeks teknologi Nasdaq pun terdorong naik lebih dari 12%, mencerminkan optimisme pasar yang kembali membuncah.

Meski demikian, para analis tetap mengingatkan bahwa kenaikan ini bisa saja bersifat sementara, terutama jika China tidak segera merespons positif ajakan negosiasi dari Trump. Bila kebijakan tarif diberlakukan secara penuh setelah masa 90 hari berakhir, tekanan terhadap saham teknologi bisa kembali terjadi.

Bagi para investor, momen ini menjadi pengingat betapa eratnya hubungan antara kebijakan politik dan pasar modal. Sebuah keputusan dari Gedung Putih dapat menghapus atau menambahkan triliunan dolar dalam sekejap. Oleh karena itu, selain melihat fundamental perusahaan, investor juga perlu mencermati dinamika geopolitik yang kian tak terduga.

Yang jelas, untuk saat ini, “Magnificent Seven” berhasil mencuri panggung kembali. Perjalanan mereka di tahun 2025 masih panjang, dan pasar tampaknya akan terus bergerak mengikuti irama ketegangan dagang, ambisi AI, dan arah kebijakan Presiden AS yang selalu penuh kejutan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved