Donald Trump Ancam Ambil Alih Terusan Panama dan Greenland
Tanggal: 24 Des 2024 19:07 wib.
Tampang.com | Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump, dalam sebuah pidato di Arizona, mengancam akan mengambil alih kendali atas Terusan Panama setelah menuduh Panama mengenakan tarif yang berlebihan untuk menggunakan jalur perairan di negara Amerika Tengah itu. Ancaman yang disampaikan Trump pada Minggu, 23 Desember 2024, segera memicu teguran keras dari Presiden Panama, Raul Mulino.
Trump juga menyoroti potensi pengaruh China dalam jalur tersebut, yang menurutnya dapat membahayakan kepentingan AS. Dia menegaskan bahwa tidak akan membiarkan Terusan Panama jatuh ke "tangan yang salah" dan memperingatkan tentang dominasi China.
Terusan Panama, yang awalnya dibangun oleh AS, diserahkan kepada Panama pada tahun 1999 berdasarkan perjanjian yang ditandatangani Presiden Jimmy Carter pada 1977. Namun, Trump meyakini bahwa Panama telah melanggar ketentuan perjanjian tersebut dengan menyerahkan pengelolaan terusan kepada China. Dia mengancam untuk mengambil kembali kendali atas jalur strategis tersebut.
Meskipun Trump berkeras bahwa Terusan Panama harus kembali kepada AS, Presiden Panama, Raul Mulino, menegaskan bahwa kemerdekaan Panama tidak dapat dinegosiasikan dan bahwa China tidak memiliki pengaruh terhadap pengelolaan terusan tersebut. Mulino juga membela tarif yang dikenakan Panama, dengan menegaskan bahwa tarif tersebut telah ditetapkan secara adil tanpa didasarkan pada keinginan sesaat.
Terusan Panama kini memungkinkan hingga 14.000 kapal menyeberang per tahun dan memiliki kontribusi signifikan dalam perdagangan laut global, menyumbang sekitar 2,5%. Terusan ini sangat penting bagi impor mobil dan barang komersial AS melalui kapal kontainer dari Asia, serta bagi ekspor komoditas AS, termasuk gas alam cair. Sehingga, pengelolaan terusan ini memiliki dampak yang signifikan bagi ekonomi global.
Selain ancamannya terhadap Terusan Panama, Trump juga kembali menyampaikan keinginannya untuk membeli Greenland dari Denmark. Namun, Pemimpin Greenland, Perdana Menteri Mute Egede, menegaskan bahwa pulau tersebut tidak untuk dijual. Egede membuat pernyataan tegas bahwa Greenland adalah milik mereka dan tidak akan pernah dijual. Hal ini menunjukkan bahwa upaya Trump untuk memperluas wilayah AS melalui akuisisi Greenland tidak akan dilakukan dengan mudah.
Ancaman dan keinginan Trump terkait Terusan Panama dan Greenland menunjukkan ambisi geopolitik yang besar dalam upaya untuk memperluas pengaruh AS. Namun, langkah-langkah tersebut juga bisa memicu ketegangan diplomatik dan ketidakstabilan geopolitik di kawasan tersebut. Dalam konteks global saat ini, tindakan agresif semacam ini bisa menimbulkan reaksi dari negara-negara lain, mempengaruhi hubungan bilateral dan geopolitik internasional.
Selanjutnya, terkait rencana Trump untuk mengambil alih kendali atas Terusan Panama, masih belum jelas bagaimana ia akan melaksanakan rencana tersebut. Langkah semacam ini juga akan membawa implikasi hukum internasional yang kompleks, dimana AS tidak akan memiliki jalan keluar berdasarkan hukum internasional jika ia memutuskan untuk mengambil alih jalur tersebut. Mempertimbangkan bahwa Terusan Panama adalah aset strategis bagi Panama dan memiliki dampak global yang besar, upaya rekonsiliasi dan negosiasi yang arif lebih diutamakan daripada tindakan unilateral yang berpotensi memicu konflik.
Dengan situasi yang semakin kompleks di kancah geopolitik global, langkah diplomasi yang terukur serta kerja sama internasional yang konstruktif menjadi semakin penting. Pelanggaran terhadap perjanjian internasional yang telah ada termasuk dalam masalah pengelolaan Terusan Panama harus diatasi melalui dialog dan diplomasi, tanpa mengorbankan stabilitas dan perdamaian di kawasan tersebut.