Diancam Trump, Tetangga RI Tebar Peringatan ke Seluruh Dunia
Tanggal: 9 Des 2024 19:55 wib.
Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, mengancam akan menerapkan tarif 100 persen untuk semua negara anggota BRICS, termasuk Malaysia. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia, termasuk di negara tetangga Indonesia.
BRIC sendiri merupakan singkatan dari Brasil, Rusia, India, dan China, yang merupakan empat negara ekonomi berkembang yang memiliki potensi besar dalam perekonomian global. Negara-negara BRIC memiliki rencana ambisius untuk meninggalkan ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat. Hal ini adalah upaya untuk memperkuat mata uang mereka sendiri serta mengurangi pengaruh dolar AS terhadap perekonomian mereka.
Selain itu, Malaysia juga telah menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan BRIC, menunjukkan bahwa potensi kerjasama ekonomi antara Malaysia dan negara-negara BRIC sangatlah kuat. Menteri Perdagangan Malaysia, Tengku Zafrul Aziz, menyatakan bahwa pemerintah Malaysia terus memantau perkembangan isu tarif yang diumumkan oleh Trump.
Melalui media sosial, Trump menyatakan bahwa semua anggota BRICS akan dikenai tarif bea masuk 100 persen oleh Amerika Serikat. Ancaman ini merupakan tantangan serius bagi negara-negara BRICS dan negara-negara yang berupaya mengurangi ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat.
Dalam menyikapi ancaman tarif tersebut, Zafrul menyatakan bahwa Amerika Serikat merupakan mitra perdagangan terbesar ketiga bagi Malaysia. Perusahaan-perusahaan Amerika Serikat juga menjadi investor utama di sektor industri semikonduktor di Malaysia. Kontribusi Malaysia terhadap industri pengemasan dan uji coba chip global mencapai 13 persen, menunjukkan ketergantungan keduabelah pihak satu sama lain.
Meskipun begitu, penerapan tarif 100 persen dapat berdampak buruk bagi kedua belah pihak yang saling bergantung. Hal ini dapat mengganggu rantai pasok global dan mempengaruhi stabilitas ekonomi di berbagai negara.
Zafrul menyampaikan bahwa negara-negara BRICS telah mempertimbangkan potensi untuk mengurangi ketergantungan mereka terhadap mata uang tradisional seperti dolar Amerika Serikat. Namun, hingga saat ini belum ada keputusan resmi terkait de-dolarisasi di kalangan negara-negara BRICS.
Perdebatan mengenai penggunaan mata uang pengganti dolar Amerika Serikat semakin meningkat di kalangan anggota BRICS. Hal ini disebabkan oleh perlakuan sanksi yang diberlakukan oleh negara-negara Barat terhadap Rusia, salah satu anggota BRICS, akibat tindakan militer yang dilakukan di Ukraina.
Pada Senin, Rusia mengungkapkan bahwa upaya Amerika Serikat untuk memaksa negara-negara lain menggunakan dolar Amerika Serikat justru akan merugikan Amerika Serikat sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa dinamika hubungan ekonomi global menjadi semakin kompleks dengan adanya persaingan kekuatan mata uang di tingkat internasional.
Ancaman tarif yang diumumkan oleh Donald Trump telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pasar global, termasuk di Asia Tenggara. Hal ini menunjukkan pentingnya untuk meningkatkan kerja sama ekonomi antara negara-negara di kawasan, termasuk Malaysia dan Indonesia, agar dapat menghadapi berbagai kebijakan proteksionisme yang diterapkan oleh negara-negara maju.
Dalam menghadapi ancaman tersebut, penting bagi negara-negara berkembang untuk terus memperkuat kerjasama ekonomi regional serta membuat langkah-langkah strategis untuk mengantisipasi dampak dari kebijakan proteksionisme yang diterapkan oleh negara-negara maju.