Deret Insiden Blunder Joe Biden sebelum Mundur dari Pilpres AS
Tanggal: 23 Jul 2024 21:00 wib.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan keputusannya untuk mengundurkan diri dari pencalonan presiden pada Minggu, 21 Juli. Dalam sebuah unggahan, Biden menyampaikan bahwa keputusannya tersebut diambil demi kemaslahatan partai dan negara. Selain itu, ia juga menyatakan dukungannya terhadap Wakil Presiden Kamala Harris untuk menggantikan posisinya dalam pemilihan presiden yang akan digelar pada November mendatang.
Keputusan Biden untuk mundur muncul setelah mendapat tekanan dari banyak anggota partai Demokrat yang menjadi pendukungnya. Namun, sebelum mengumumkan keputusannya, Biden sebelumnya terlibat dalam beberapa insiden yang menjadi sorotan publik.
Pada sebuah pidato di konferensi tingkat tinggi NATO di Washington pada tanggal 11 Juli, Biden sempat salah menyebut nama Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menjadi Presiden Rusia Vladimir Putin. Hal tersebut terjadi ketika Biden hendak mengundang Zelensky untuk menyampaikan pidato. Kesalahan tersebut memunculkan perhatian media dan mengundang komentar dari berbagai pihak.
Tidak hanya itu, Biden juga pernah salah menyebut Wakil Presiden Kamala Harris menjadi "Wapres Presiden Trump" pada pertengahan Juli. Hal ini terjadi saat Biden membicarakan kualifikasi Harris dalam sebuah kesempatan dan secara tidak sengaja menyebutkan nama mantan Presiden Donald Trump. Kesalahan tersebut kemudian menjadi bahan perbincangan di media dan di kalangan masyarakat.
Selain itu, Biden juga pernah menyinggung Trump dalam sebuah acara di Wisconsin pada 25 Januari dengan menyebutnya sebagai "professor." Meskipun mungkin tidak dimaksudkan secara kasar, namun kesalahan tersebut menimbulkan tanda tanya di kalangan pendukungnya.
Tak hanya itu, Biden juga pernah salah menyebut nama kepala negara seorang perwakilan Irlandia sebagai Islandia, juga lupa menyebutkan nama Perdana Menteri Australia Scott Morrison dalam sebuah konferensi pers. Insiden lain yang sempat menjadi perbincangan adalah ketika Biden terlihat mengalami kesulitan saat mengikuti acara KTT G7 di Italia pada Juni lalu.
Semua deretan insiden ini menjadi alasan bagi banyak pihak untuk mempertanyakan kualitas dan kemampuan Biden dalam memimpin negara. Peristiwa-peristiwa tersebut menimbulkan kekhawatiran akan kemampuan kognitif dan fokus Biden dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai seorang pemimpin negara.
Meskipun banyak pihak yang memberikan dukungan dan pemahaman terhadap kondisi Biden, namun hal ini menjadi titik kritis bagi karir politiknya. Dalam sebuah jabatan yang begitu penting, ketelitian dan kejelian dalam berbicara serta bertindak menjadi hal yang sangat vital. Oleh karena itu, insan politik, terlebih seorang presiden, harus mampu menjaga image dan kredibilitasnya di depan publik. Hal ini juga merupakan cerminan dari kemampuan kepemimpinan dan cara berkomunikasi dengan baik kepada masyarakat serta pemangku kepentingan.
Mengenai keputusannya untuk mundur dari pencalonan presiden, Biden menyatakan bahwa pertimbangannya tersebut diambil demi kebaikan partai dan negara. Dukungan yang diberikannya kepada Wakil Presiden Kamala Harris juga menjadi sebuah pesan penting dalam pembentukan opini publik terhadap kemandirian partai Demokrat dalam mengemban tanggung jawab politik di masa depan. Hal ini juga menunjukkan upaya untuk memastikan kelangsungan kepemimpinan yang stabil dalam konteks politik Amerika Serikat.