Sumber foto: iStock

Cofertility: Startup Kontroversial Ini Tawarkan Pembekuan Sel Telur Gratis, Tapi Ada Syarat yang Bikin Kaget!

Tanggal: 15 Apr 2025 05:38 wib.
Sebuah startup asal Amerika Serikat, Cofertility, berhasil mencuri perhatian publik dan dunia medis dengan inovasi kontroversial mereka: menawarkan layanan pembekuan dan penyimpanan sel telur secara gratis untuk perempuan. Namun, ada syarat yang membuat banyak orang berpikir dua kali: pengguna layanan harus bersedia menyumbangkan setengah dari sel telurnya kepada perempuan lain yang tidak bisa memiliki anak.

Program yang ditawarkan Cofertility ini memunculkan diskusi baru tentang etika, aksesibilitas, dan inklusivitas dalam dunia reproduksi berbasis teknologi. Startup ini didirikan oleh Lauren Makler dan Halle Tecco, dua perempuan dengan latar belakang kuat di bidang kesehatan dan startup. Baru-baru ini, Cofertility berhasil mengamankan pendanaan Seri A senilai US$2,75 juta, dipimpin oleh investor ternama seperti Next Ventures dan Offline Ventures. Jika ditotal sejak didirikan tiga tahun lalu, mereka sudah mengumpulkan dana hingga US$16 juta.

Berawal dari Pengalaman Pribadi yang Mengubah Hidup

Motivasi Lauren Makler dalam mendirikan Cofertility bukan semata-mata peluang bisnis, melainkan berangkat dari pengalaman hidupnya sendiri. Pada tahun 2018, ia divonis menderita penyakit perut langka yang memaksanya menjalani operasi pengangkatan ovarium. Kondisi ini memaksanya untuk lebih mendalami isu fertilitas dan proses donasi sel telur.

Dalam pencariannya, Makler terkejut dengan betapa mahalnya biaya untuk mendapatkan sel telur dari donor. Biaya tersebut bisa melonjak tajam apabila seseorang menginginkan kriteria spesifik dari sang donor, seperti latar belakang pendidikan, ras, atau etnisitas tertentu. Ia menggambarkan kondisi tersebut seperti “kenaikan harga tak masuk akal”, serupa dengan biaya transportasi daring saat tarif sedang tinggi.

Tantangan Finansial Perempuan Usia Subur

Tak hanya biaya memperoleh donor, proses pembekuan sel telur itu sendiri juga bukan hal yang murah. Dalam dunia medis saat ini, perempuan harus merogoh kocek antara US$10.000 hingga US$15.000 (sekitar Rp250 juta) hanya untuk satu siklus pembekuan sel telur. Jumlah ini jelas memberatkan, terutama bagi perempuan muda yang berada di usia paling subur—sekitar 20 hingga awal 30-an tahun—tetapi belum memiliki kestabilan finansial.

Melihat kesenjangan ini, Makler memperkenalkan program “Split”, sebuah pendekatan unik dalam dunia fertilitas: perempuan bisa membekukan sel telur secara gratis, dengan ketentuan bahwa setengah dari sel telur yang diambil akan diberikan kepada pasangan lain yang membutuhkan donor.

Jembatan Antara Donor dan Calon Orang Tua

Melalui program Split ini, Cofertility berhasil menciptakan jembatan etis dan praktis antara perempuan yang ingin merencanakan masa depan mereka dan pasangan yang mendambakan anak namun tidak bisa memproduksi sel telur sendiri. Donor yang bergabung dalam platform ini berasal dari latar belakang yang sangat beragam, dan yang mengejutkan, sekitar 55 persen di antaranya merupakan lulusan pasca-sarjana. Hal ini menjadikan kualitas donor dalam platform Cofertility berada di atas rata-rata jika dibandingkan dengan klinik fertilitas konvensional.

Menurut Makler, keunggulan Cofertility adalah kapasitasnya menyediakan ratusan donor potensial, jauh lebih banyak dibandingkan klinik biasa yang mungkin hanya memiliki segelintir donor aktif. Ini tentu memperbesar kemungkinan pasangan menemukan donor dengan kecocokan tinggi, baik secara fisik, medis, maupun kultural.

Siapa yang Menanggung Biaya?

Dalam skema yang ditawarkan Cofertility, calon orang tua (penerima donor) bertanggung jawab atas seluruh biaya pengambilan sel telur dan proses medis yang menyertainya. Namun, berbeda dari sistem konvensional, mereka tidak diwajibkan memberikan kompensasi tunai kepada donor. Artinya, pendekatan ini bukan hanya mengurangi beban finansial bagi donor, tetapi juga membuat donasi lebih terjangkau bagi pasangan yang membutuhkan.

Makler sendiri menyatakan bahwa Cofertility tidak ingin dipandang sebagai e-commerce atau marketplace biasa, walaupun dari luar sistemnya terlihat mirip dengan model digital lainnya. Menurutnya, visi besar Cofertility adalah menghapus stigma terhadap proses donasi sel telur, serta membuka diskusi bahwa menjadi orang tua dengan bantuan teknologi reproduksi adalah hal yang layak dan layak dihormati.

Donasi Sel Telur Tak Lagi Jadi Hal Tabu

Dengan semakin banyak perempuan yang menunda kehamilan karena karier atau alasan pribadi, kebutuhan terhadap layanan pembekuan sel telur terus meningkat. Namun, harga tinggi telah lama menjadi penghalang utama. Cofertility hadir sebagai disruptor yang mencoba membongkar batas finansial dan stigma sosial, sehingga lebih banyak perempuan bisa memiliki kontrol atas masa depan reproduksi mereka, dan di saat yang sama membantu orang lain yang membutuhkan.

Makler menekankan bahwa membekukan sel telur bukan sekadar “pilihan gaya hidup,” tapi bisa menjadi penyelamat masa depan bagi banyak perempuan yang tidak ingin kehilangan kesempatan memiliki anak. Ia berharap, dalam beberapa tahun ke depan, proses donasi dan pembekuan sel telur akan menjadi sama normalnya dengan layanan kesehatan preventif lainnya.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved