Sumber foto: iStock

China 'Tampar' NATO, Sebut Bawa Bencana-Ambil Keuntungan dari Ukraina

Tanggal: 27 Jul 2024 21:58 wib.
China kembali memanasnya hubungannya dengan aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) terkait perang antara Rusia dan Ukraina. Juru Bicara Kementerian Pertahanan China, Zhang Xiaogang, menuduh negara-negara NATO mengambil keuntungan dari perang di Ukraina.

Dalam sebuah wawancara terkait deklarasi yang diadopsi pada awal bulan ini dalam pertemuan puncak NATO di Washington, yang menyebut Beijing sebagai "pendukung penting perang Rusia melawan Ukraina", Zhang menolak dokumen tersebut dan menyebutnya "penuh kebohongan dan bias."

"Sekutu NATO yang dipimpin AS terus menyulut api dan memanfaatkan perang ini. NATO perlu becermin pada dirinya sendiri, bukannya mengalihkan kesalahan kepada China," ujar Zhang, Kamis (25/7/2024, dilansir Russia Today).

Dia juga menuduh aliansi Barat tersebut memicu konflik di seluruh dunia. "Dari Ukraina ke Afghanistan, dari Irak ke Libya, mereka telah membawa perang dan bencana ke wilayah-wilayah ini dan rakyatnya," kata Zhang, menekankan bahwa Beijing "secara aktif mendorong pembicaraan damai" antara Moskow dan Kyiv.

Beijing berulang kali menolak tuduhan membantu Moskow menghindari sanksi dan meningkatkan "basis industri pertahanan Rusia". Pada Februari 2023, China mengusulkan peta jalan 12 poin untuk perdamaian dan sejak itu berupaya menengahi konflik dalam pertemuan dengan pejabat Rusia dan Ukraina.

Rusia menyebut ekspansi NATO ke arah timur dan kerja sama militer dengan Kyiv sebagai salah satu penyebab utama konflik. Presiden Vladimir Putin menekankan bahwa Ukraina harus menjadi negara netral dan membatalkan rencananya untuk bergabung dengan NATO agar negosiasi damai dapat berhasil.

Kremlin juga mengatakan bahwa "membanjiri" Ukraina dengan senjata Barat hanya akan mengarah pada eskalasi lebih lanjut, namun pada akhirnya tidak akan menghentikan tentara Rusia.

Hubungan antara China dan NATO telah menjadi semakin tegang akibat situasi di Ukraina. Perang di Ukraina dan intervensi NATO serta negara-negara Barat di wilayah tersebut telah memicu ketegangan global yang meresahkan.

China sebagai negara dengan kekuatan ekonomi dan militer yang besar, memiliki kepentingan strategis dalam menangani konflik di Ukraina. Keterlibatan dan pandangan China terhadap konflik ini telah memicu reaksi dari seluruh dunia, terutama aliansi NATO.

Dalam konteks ini, posisi China dalam memandang konflik di Ukraina sangat diawasi dan diperhatikan oleh dunia internasional. China dituduh mendukung Rusia atas konflik di Ukraina, namun pihak China menolak tuduhan tersebut dan malah mengklaim bahwa mereka aktif mendorong pembicaraan damai antara Moskow dan Kyiv.

Di sisi lain, upaya China untuk menengahi konflik ini juga menjadi sorotan. Namun, upaya China dalam memediasi konflik ini sejauh ini belum menunjukkan hasil yang signifikan. Sejumlah negara masih meragukan kesungguhan China dalam menyelesaikan konflik tersebut.

Selain itu, deklarasi NATO yang menyebut China sebagai "pendukung penting" perang Rusia melawan Ukraina turut memicu kemarahan dari pihak China. Zhang Xiaogang menolak dokumen tersebut, mendeskreditkan isi deklarasi tersebut sebagai "penuh kebohongan dan bias."

Alasan di balik kemarahan China terhadap deklarasi NATO ini adalah karena China merasa disudutkan dan dianggap sebagai bagian dari konflik di Ukraina, meskipun pihak China menegaskan bahwa mereka tidak memiliki kepentingan untuk terlibat dalam konflik tersebut.

Keberadaan China sebagai kekuatan global memiliki dampak yang signifikan terhadap dinamika konflik di Ukraina. Tidak hanya sebagai negara yang terlibat secara politis, melainkan China juga memiliki keterkaitan ekonomi yang kuat dengan beberapa pihak yang terlibat dalam konflik Ukraina.

Sebagai salah satu pemain utama dalam dinamika politik dan ekonomi global, China memiliki kapasitas untuk mempengaruhi arah konflik di Ukraina. Namun, posisi China yang terkadang ambigu dalam menanggapi konflik Ukraina menjadikan mereka menjadi sasaran kritik dari berbagai pihak.

Pandangan China terhadap konflik di Ukraina adalah bagian dari strategi geopolitik yang lebih luas, yang melibatkan penyebaran pengaruh dan kekuatan di tingkat global, terutama di kawasan Asia Pasifik. Karena itu, China akan terus berupaya untuk menjaga kepentingan dan pengaruh geopolitiknya dalam dinamika konflik di Ukraina.

Pada akhirnya, konflik di Ukraina merupakan isu kompleks yang melibatkan banyak kepentingan global. Peran China dalam menangani konflik ini membawa dampak besar terhadap dinamika geopolitik global. Oleh karena itu, upaya-upaya diplomasi dan mediasi yang dilakukan China akan terus menjadi sorotan di tingkat internasional.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved