China Batasi Ekspor Mineral Strategis, Perusahaan Asing Alami Krisis
Tanggal: 8 Des 2024 18:35 wib.
Pembatasan dagang yang diberlakukan pemerintah China terhadap beberapa mineral strategis mulai membawa petaka ke perusahaan-perusahaan asing. Henkel, perusahaan kimia dan kebutuhan konsumen asal Jerman, telah mengumumkan penundaan pengiriman 4 tipe zat adhesive dan pelumas yang digunakan secara luas oleh produsen otomotif.
Henkel menyatakan bahwa penundaan tersebut disebabkan oleh pembatasan ekspor mineral antimon dari Beijing. Perusahaan ini menggunakan metal perak untuk membuat produk bermerek Bonderite dan Teroson, yang merupakan bagian inti dari divisi teknologi adhesive perusahaan. Divisi ini sendiri berkontribusi terhadap pendapatan perusahaan senilai 10,79 miliar euro tahun lalu.
Menurut pemberitahuan yang ditandatangani dua eksekutif senior tanggal 8 November 2024, impor material-material mentah tertunda karena menunggu persetujuan aplikasi lisensi dari pemerintah China. Dampak dari hal tersebut mengakibatkan Henkel harus mendeklarasikan kondisi darurat terkait pengiriman produk-produk tersebut.
Situasi ini telah memicu perbincangan antara pelaku ekspor-impor, penambang, prosesor, dan pakar industri di Amerika Utara, Eropa, dan China. Disrupsi yang terjadi karena larangan terbaru dari Beijing terlihat dari surat yang dikirim oleh Henkel dan reaksi dari perusahaan asing yang bergantung pada mineral-mineral penting dari China.
Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh Henkel saja, namun juga perusahaan lain yang bergantung pada suplai global untuk antimon. Hal ini menyebabkan lonjakan harga antimon yang penting untuk membuat peralatan militer seperti rudal inframerah, senjata nuklir, dan goggle khusus, naik 230% pada tahun ini menjadi US$39.000 per metrik ton, menurut firma intelijen pasar Argus.
Tidak hanya antimon, Beijing juga telah membatasi ekspor gallium dan germanium yang penting untuk pengembangan semikonduktor dan senjata, serta jenis grafit sebagai komponen baterai mobil listrik. Tindakan tersebut menunjukkan bahwa China memiliki kontrol yang kuat atas produksi mineral-mineral penting di dunia.
Pada akhirnya, China juga kembali memperketat pembatasan mineral-mineral penting tersebut sebagai respons atas pengetatan blokir teknologi chip canggih dari AS. Hal ini menunjukkan bahwa ketegangan dagang antara China dan AS telah berdampak luas tidak hanya dalam sektor teknologi, namun juga pada rantai pasok global untuk sektor lain seperti otomotif, pertahanan, dan energi.
Dalam menghadapi situasi ini, perusahaan-perusahaan asing harus berpikir kreatif dalam mencari solusi untuk menanggulangi kesulitan suplai mineral strategis dari China. Upaya kolaborasi antara pemasok, produsen, dan pemerintah negara-negara terkait sangat diperlukan untuk mencari solusi yang dapat menjaga kestabilan pasokan suplai mineral-mineral penting tersebut.