Sumber foto: google

China Ancam Hukum Mati Pendukung Kemerdekaan Taiwan, Taipei Geram

Tanggal: 26 Jun 2024 22:36 wib.
Presiden Taiwan Lai Ching-te merasa marah setelah China mengancam akan menghukum mati para pendukung kemerdekaan Taiwan. Menurut laporan dari Reuters, Lai menyatakan bahwa China tidak memiliki hak untuk menghukum warga Taiwan hanya karena mereka memegang pandangan tertentu. Baginya, Tiongkok tidak berhak untuk campur tangan dalam hak-hak masyarakat Taiwan.

"Saya ingin menegaskan: demokrasi bukanlah sebuah kejahatan. Otokrasi-lah yang merupakan kejahatan sebenarnya," ujar Lai dalam konferensi pers di kantor kepresidenan pada hari Senin (24/6).

"China sama sekali tidak berhak memberlakukan sanksi kepada rakyat Taiwan hanya karena pandangan yang mereka pegang. Lebih dari itu, China tidak memiliki hak untuk melanggar hak-hak rakyat Taiwan dengan melintasi batas-batasnya," lanjut Lai.

Lai memberikan tanggapan tersebut menyusul pernyataan Beijing pada hari Jumat (21/6) yang mengancam akan menghukum mati kelompok separatis pendukung kemerdekaan Taiwan.

Selaras dengan hal tersebut, Lai menyatakan bahwa China memperbesar aktivitas militer di sekitar Taiwan. Dari hari Kamis hingga Minggu, sebanyak 115 pesawat militer China terdeteksi beroperasi di dekat Taiwan.

Lai menekankan bahwa dirinya tertarik untuk berdialog dengan pemerintah China guna mengurangi ketegangan.

"Jika langkah ini tidak diambil, hubungan antara Taiwan dan Tiongkok hanya akan semakin merenggang," ujarnya.

China selama ini memandang Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, sementara Taiwan berupaya untuk merdeka. China juga telah beberapa kali mengutuk pemilihan presiden (pilpres) Taiwan dan menyebut mereka yang terpilih sebagai "separatis", termasuk Lai.

Seiring dengan hal tersebut, Beijing melaksanakan berbagai latihan perang untuk mengintimidasi Taipei.

Kendati demikian, konflik antara China dan Taiwan telah menjadi perhatian global. Dalam beberapa tahun terakhir, ketegangan antara keduanya semakin meningkat dengan sengketa wilayah, serangan siber, dan pengaruh politik.

Menurut data, sejak tahun 2016, China telah menghentikan segala kontak resmi dengan Taiwan dan meningkatkan tekanan militer, ekonomi, dan diplomatik sebagai upaya untuk menekan posisi Taiwan di panggung internasional.

Beberapa negara seperti Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa juga menunjukkan dukungan mereka terhadap Taiwan, dan menekankan pentingnya menjaga hubungan yang damai di kawasan tersebut.

Tentu saja, konflik antara China dan Taiwan tidak hanya menjadi masalah internal kedua negara, namun juga memiliki dampak global yang berpotensi mengancam perdamaian di kawasan Asia.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved