Bolivia Dalam Gejolak: Militer Ambil Alih Kekuasaan dari Presiden Terpilih
Tanggal: 27 Jun 2024 14:25 wib.
Bolivia kembali dilanda gejolak politik yang mencengkeram negara tersebut setelah terjadinya kudeta militer yang menggulingkan Presiden Luis Arce. Kejadian ini menambah daftar panjang krisis politik yang telah mengguncang negara Amerika Selatan ini selama beberapa dekade terakhir. Kudeta yang berlangsung cepat dan penuh kekerasan ini menimbulkan banyak pertanyaan tentang masa depan Bolivia serta dampaknya terhadap stabilitas regional.
Pada pagi hari, kelompok militer yang dipimpin oleh Jenderal Carlos Mejía mengumumkan pengambilalihan kekuasaan melalui siaran televisi nasional. Jenderal Mejía menuduh pemerintah Arce terlibat dalam korupsi dan gagal mengatasi masalah ekonomi yang semakin memburuk. Ia berjanji akan membentuk pemerintahan sementara yang bertugas mengadakan pemilihan umum yang bebas dan adil dalam waktu enam bulan ke depan.
"Kami tidak punya pilihan lain selain mengambil langkah ini demi menyelamatkan negara dari kehancuran lebih lanjut. Kami akan memastikan bahwa suara rakyat Bolivia didengar dan dihormati," kata Jenderal Mejía dalam pidatonya.
Namun, banyak pihak yang meragukan niat baik dari kudeta ini. Luis Arce, yang terpilih secara demokratis pada tahun 2020, adalah penerus dari Evo Morales, presiden pertama Bolivia yang berasal dari kelompok pribumi. Arce dan Morales telah lama menjadi sasaran kritik dari kelompok elit dan militer yang merasa terancam oleh kebijakan pro-rakyat mereka.
Kudeta ini langsung mendapat reaksi keras dari masyarakat internasional. Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengutuk tindakan militer dan menyerukan pemulihan segera pemerintahan yang sah. Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, menyatakan keprihatinannya terhadap situasi yang berkembang dan menegaskan pentingnya menghormati prinsip-prinsip demokrasi.
"Kudeta militer tidak pernah menjadi solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan politik dan ekonomi. Kami mendesak pihak-pihak yang terlibat untuk menahan diri dari kekerasan dan memulai dialog yang konstruktif untuk memulihkan demokrasi di Bolivia," kata Guterres.
Di dalam negeri, pendukung Arce turun ke jalan-jalan di berbagai kota besar untuk memprotes kudeta tersebut. Demonstrasi yang berlangsung di La Paz, Cochabamba, dan Santa Cruz diwarnai dengan bentrokan antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan. Laporan menyebutkan bahwa beberapa orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam kekerasan yang terjadi.
Sementara itu, ekonomi Bolivia yang sudah rapuh menghadapi ketidakpastian yang semakin besar akibat krisis politik ini. Investor asing menarik diri, dan nilai mata uang Bolivia merosot tajam. Para analis memperingatkan bahwa ketidakstabilan politik dapat memperburuk kondisi ekonomi dan memperpanjang masa pemulihan negara tersebut.
Kudeta ini juga memicu kekhawatiran di negara-negara tetangga Bolivia. Pemerintah Brasil, Argentina, dan Chile mengadakan pertemuan darurat untuk membahas dampak potensial dari krisis politik ini terhadap stabilitas regional. Mereka menyatakan solidaritas dengan rakyat Bolivia dan menekankan pentingnya menjaga keamanan dan perdamaian di kawasan tersebut.