Berapa Banyak Satelit yang Mengitari Bumi di Luar Angkasa?
Tanggal: 9 Jul 2025 09:10 wib.
Langit malam yang kita pandang seringkali terasa luas dan hampa, namun kenyataannya, di atas sana, orbit Bumi adalah jalur yang ramai. Ribuan objek buatan manusia, yang kita sebut satelit, terus-menerus mengelilingi planet ini, masing-masing dengan misi spesifiknya. Pertanyaan tentang berapa banyak satelit di luar angkasa menjadi semakin relevan seiring dengan meningkatnya peluncuran dan kekhawatiran tentang kepadatan orbit.
Jumlah Pasti yang Dinamis dan Sulit Dihitung
Menentukan angka pasti satelit yang ada di luar angkasa adalah tantangan tersendiri. Angka tersebut tidak statis; ia terus berubah setiap hari dengan adanya peluncuran satelit baru, satelit yang mencapai akhir masa pakainya dan dinonaktifkan, atau satelit yang jatuh kembali ke atmosfer Bumi. Selain itu, definisi "satelit" bisa bervariasi. Apakah hanya satelit yang masih berfungsi atau termasuk juga satelit mati dan puing-puingnya?
Menurut data terbaru dari United Nations Office for Outer Space Affairs (UNOOSA) dan pelacak satelit independen seperti Space-Track.org (yang dikelola oleh Joint Space Operations Center atau JSpOC dari Komando Luar Angkasa Amerika Serikat), jumlah total objek buatan manusia yang terdaftar dan terlacak di orbit Bumi telah melampaui 10.000. Namun, angka ini termasuk:
Satelit Aktif: Satelit yang masih berfungsi dan mengirimkan data atau menjalankan misinya.
Satelit Non-Aktif (Mati): Satelit yang telah habis masa pakainya, kehabisan bahan bakar, atau mengalami kegagalan, tetapi masih berada di orbit.
Puing-Puing Antariksa: Pecahan dari roket, tabrakan satelit, atau bagian lain yang terlepas, yang ukurannya cukup besar untuk dilacak.
Fokus kita di sini adalah pada satelit itu sendiri, baik yang aktif maupun yang tidak aktif.
Dominasi Satelit Aktif: Ribuan yang Berfungsi
Hingga pertengahan 2024, jumlah satelit aktif di orbit diperkirakan telah melampaui 9.000 unit. Angka ini menunjukkan pertumbuhan yang eksponensial dalam beberapa tahun terakhir. Peningkatan drastis ini sebagian besar didorong oleh:
Megakonstelasi: Proyek-proyek seperti Starlink SpaceX, OneWeb, dan Kuiper Amazon meluncurkan ribuan satelit kecil untuk menyediakan akses internet global. Masing-masing konstelasi ini saja dapat menyumbang ribuan satelit ke total keseluruhan.
Miniaturisasi Teknologi: Kemajuan dalam teknologi memungkinkan pembuatan satelit yang lebih kecil (CubeSats, nanosatelit) dengan biaya yang lebih rendah, membuka pintu bagi lebih banyak negara, universitas, dan bahkan perusahaan swasta kecil untuk meluncurkan satelit.
Aplikasi yang Berkembang: Permintaan akan data dan layanan satelit terus meningkat untuk berbagai keperluan seperti navigasi (GPS), observasi Bumi (pemantauan iklim, pertanian, perkotaan), komunikasi (telepon, internet, TV), dan riset ilmiah.
Amerika Serikat dan Tiongkok adalah pemain terbesar dalam hal jumlah satelit aktif yang diluncurkan, diikuti oleh negara-negara Eropa, Rusia, dan India.
Satelit Non-Aktif dan Puing-Puing: Ancaman yang Terus Bertambah
Selain satelit aktif, ada ribuan satelit non-aktif atau mati yang masih mengitari Bumi. Satelit-satelit ini tidak lagi berfungsi tetapi tetap menjadi bagian dari "populasi" orbit. Keberadaan mereka, bersama dengan jutaan puing-puing antariksa yang lebih kecil (sebagian besar tidak dapat dilacak tetapi cukup berbahaya), menimbulkan masalah serius yang dikenal sebagai sampah antariksa.
Puing-puing ini bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi—puluhan ribu kilometer per jam—dan bahkan sebuah pecahan kecil dapat menyebabkan kerusakan katastropik pada satelit aktif atau bahkan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) jika terjadi tabrakan. Fenomena ini disebut Sindrom Kessler, di mana tabrakan antarpuing menciptakan lebih banyak puing, memicu reaksi berantai yang berpotensi membuat orbit tertentu tidak dapat digunakan.
Badan antariksa dan organisasi internasional sedang berupaya mencari solusi untuk masalah sampah antariksa ini, mulai dari mendesain satelit agar lebih mudah di-deorbit (jatuh kembali ke atmosfer) di akhir masa pakainya, hingga mengembangkan teknologi untuk membersihkan puing-puing yang sudah ada.
Orbit yang Berbeda, Fungsi yang Beragam
Satelit-satelit ini tidak semuanya berada di lokasi yang sama. Mereka tersebar di berbagai jenis orbit, tergantung pada fungsinya:
Low Earth Orbit (LEO): Berada di ketinggian sekitar 160 hingga 2.000 km di atas permukaan Bumi. Ini adalah lokasi favorit untuk observasi Bumi, satelit komunikasi megakonstelasi, dan ISS. Kepadatan di LEO meningkat pesat.
Medium Earth Orbit (MEO): Berada di ketinggian sekitar 2.000 hingga 35.786 km. Biasanya digunakan untuk satelit navigasi seperti GPS.
Geostationary Orbit (GEO): Berada pada ketinggian sekitar 35.786 km di atas ekuator Bumi. Satelit di orbit ini bergerak dengan kecepatan yang sama dengan rotasi Bumi, sehingga tampak diam di langit dari permukaan Bumi. Ideal untuk satelit komunikasi dan siaran TV yang memerlukan jangkauan konstan.
Pada akhirnya, jumlah satelit di luar angkasa akan terus bertambah seiring dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan manusia yang terus berkembang. Keberadaan ribuan mata dan telinga buatan di atas sana telah merevolusi cara kita hidup, bekerja, dan memahami planet kita. Namun, dengan segala manfaatnya, peningkatan kepadatan orbit juga menuntut tanggung jawab yang lebih besar dari komunitas antariksa untuk memastikan keberlanjutan penggunaan luar angkasa bagi generasi mendatang.