Sumber foto: Canva

Benarkah Lulusan Pendidikan di Amerika Kebanyakan Hanya Tamatan SMA?

Tanggal: 26 Jul 2025 09:27 wib.
Ada anggapan di sebagian kalangan bahwa pendidikan tinggi di Amerika Serikat itu mewah, jadi kebanyakan warganya cuma sampai SMA saja. Pandangan ini sering muncul dari berbagai sudut pandang, entah karena biaya kuliah yang tinggi atau persepsi tentang budaya kerja di sana. Namun, jika kita melihat data dan realitasnya, anggapan tersebut ternyata tidak sepenuhnya benar. Struktur pendidikan di Amerika Serikat memang punya keunikan, tapi bukan berarti sebagian besar warganya berhenti belajar setelah lulus SMA.

Realitas Data Pendidikan di Amerika Serikat

Faktanya, sebagian besar penduduk Amerika Serikat memang menyelesaikan pendidikan menengah atas mereka. Tingkat kelulusan SMA di sana sangat tinggi, mendekati atau bahkan melebihi 90% secara nasional. Ini menunjukkan komitmen kuat terhadap pendidikan dasar dan menengah yang bisa diakses secara luas. Namun, setelah lulus SMA, ceritanya jadi lebih beragam.

Data dari National Center for Education Statistics (NCES) dan Biro Sensus AS menunjukkan bahwa proporsi penduduk yang melanjutkan pendidikan tinggi terus meningkat. Pada tahun 2023, sekitar 60% lulusan SMA langsung melanjutkan ke perguruan tinggi dua atau empat tahun. Angka ini bisa berfluktuasi sedikit tiap tahun, tapi trennya memang menunjukkan bahwa melanjutkan kuliah adalah pilihan yang dominan bagi banyak lulusan SMA.

Lebih jauh lagi, melihat data demografi penduduk dewasa, persentase orang dewasa di AS yang memiliki gelar sarjana atau lebih tinggi juga terus bertumbuh. Pada tahun 2023, sekitar 38% penduduk dewasa berusia 25 tahun ke atas sudah meraih gelar sarjana (Bachelor's degree) atau lebih tinggi. Angka ini jauh di atas asumsi bahwa mayoritas hanya lulusan SMA. Jika kita juga menghitung lulusan associate degree (D3 atau setara), angkanya akan lebih besar lagi.

Beragam Jalur Setelah SMA: Bukan Hanya Kuliah Konvensional

Pendidikan setelah SMA di Amerika Serikat tidak melulu soal kuliah empat tahun di universitas besar. Ada berbagai jalur yang bisa ditempuh, dan semuanya dianggap sebagai bentuk pendidikan post-sekunder:

Community College: Ini adalah institusi pendidikan dua tahun yang menawarkan associate degree atau sertifikat profesional. Banyak lulusan SMA memilih jalur ini karena biaya yang lebih terjangkau dan fleksibilitas jadwal. Setelah lulus dari community college, mereka bisa langsung bekerja atau mentransfer kredit ke universitas empat tahun.

Sekolah Vokasi atau Kejuruan: Banyak program yang fokus pada keterampilan praktis untuk pasar kerja, seperti teknisi otomotif, perawat, ahli kecantikan, atau tukang las. Program ini biasanya lebih singkat dan langsung menyiapkan lulusan untuk terjun ke dunia kerja dengan sertifikasi.

Militer: Sebagian lulusan SMA memilih bergabung dengan angkatan bersenjata. Ini juga dianggap sebagai jalur karier yang memberikan pelatihan dan pendidikan lanjutan.

Langsung Bekerja: Tentu saja, ada juga yang memilih untuk langsung bekerja setelah SMA. Pilihan ini sering diambil oleh mereka yang memang sudah punya keterampilan spesifik, ingin langsung mandiri finansial, atau karena kondisi ekonomi keluarga. Namun, ini bukan mayoritas penduduk secara keseluruhan.

Fleksibilitas jalur ini menunjukkan bahwa pendidikan di Amerika tidak kaku. Ada banyak pilihan yang disesuaikan dengan minat, kemampuan finansial, dan tujuan karier seseorang.

Biaya Pendidikan dan Aksesibilitas

Memang, biaya pendidikan tinggi di Amerika Serikat terkenal mahal. Biaya kuliah di universitas swasta ternama bisa mencapai puluhan ribu dolar per tahun. Namun, sistem pendidikan di sana juga dilengkapi dengan berbagai skema bantuan finansial. Ada beasiswa berdasarkan prestasi akademik atau kebutuhan finansial, pinjaman mahasiswa federal, dan program work-study. Banyak negara bagian juga punya universitas negeri dengan biaya kuliah yang jauh lebih terjangkau bagi penduduk lokal.

Selain itu, keberadaan community college dengan biaya yang relatif murah menjadi jembatan bagi banyak orang untuk memulai pendidikan tinggi tanpa beban finansial yang terlalu berat. Ini semua bertujuan untuk menjaga aksesibilitas pendidikan tinggi agar tidak hanya bisa dinikmati oleh kalangan tertentu.

Pergeseran Kebutuhan Pasar Kerja

Alasan lain mengapa anggapan "mayoritas lulusan SMA" itu keliru adalah pergeseran kebutuhan pasar kerja modern. Saat ini, semakin banyak pekerjaan yang menuntut keterampilan khusus atau gelar pendidikan tinggi. Industri yang berkembang pesat seperti teknologi, kesehatan, dan keuangan sangat membutuhkan tenaga kerja dengan kualifikasi di atas SMA.

Meskipun ada beberapa bidang yang masih bisa dimasuki dengan hanya ijazah SMA, prospek karier dan potensi penghasilan seringkali jauh lebih terbatas dibandingkan mereka yang memiliki pendidikan tinggi atau keahlian vokasi tertentu. Ini mendorong banyak orang untuk terus melanjutkan pendidikan, baik formal maupun non-formal, demi meningkatkan daya saing di pasar kerja.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved