Bagaimana Orang Dahulu Memberikan Nama-nama Jalan
Tanggal: 21 Jul 2025 10:32 wib.
Zaman sekarang, nama jalan sering kali diatur pemerintah kota, dengan plang yang jelas di setiap sudut. Tapi, jauh sebelum itu, penamaan jalan punya ceritanya sendiri, sebuah proses yang lebih organik, lahir dari kebiasaan, peristiwa, atau ciri khas suatu tempat. Nama-nama jalan kuno menyimpan kepingan sejarah, petunjuk arah, bahkan jejak peradaban yang kadang tak kita sadari.
Nama dari Ciri Fisik dan Geografis
Salah satu cara paling umum orang dahulu menamai jalan adalah berdasarkan ciri fisik atau geografis tempat itu sendiri. Gampang saja, apa yang paling menonjol di sana, itulah yang jadi nama. Jalan yang menanjak curam mungkin disebut Jalan Tanjakan, atau Jalan Bukit. Kalau ada pohon besar yang khas, mungkin jadi Jalan Pohon Beringin atau Jalan Kenari. Dekat sungai? Bisa jadi Jalan Kali, Jalan Pinggir Sungai, atau nama lain yang merujuk pada air.
Misalnya, di banyak tempat di Jawa, sering kita temukan nama jalan seperti Jalan Gajah Mada, yang mungkin dahulu ada patung gajah, atau Jalan Pintu Air, yang jelas menunjukkan keberadaan pintu air di lokasi tersebut. Nama-nama ini bersifat deskriptif, langsung merujuk pada kondisi nyata yang mudah dikenali oleh siapapun yang melintas. Ini membantu sebagai penanda arah alami sebelum ada peta atau nomor rumah yang sistematis. Penamaan semacam ini juga umum di Eropa, contohnya "High Street" di Inggris yang biasanya merujuk pada jalan utama yang lebih tinggi atau penting.
Nama dari Aktivitas dan Profesi Penduduk
Nama jalan juga sering kali berasal dari aktivitas dominan atau profesi sebagian besar penduduk di area tersebut. Kalau di sebuah jalan banyak pandai besi, mungkin nama jalannya jadi Jalan Pandai Besi atau Jalan Tukang Besi. Daerah tempat pasar atau pusat perdagangan? Bisa jadi Jalan Pasar, Jalan Dagang, atau nama lain yang menggambarkan keramaian ekonomi di sana.
Contoh konkret di Indonesia adalah Jalan Pecinan atau Jalan Kampung Cina, yang jelas menunjukkan adanya komunitas Tionghoa dengan aktivitas perdagangan khas mereka. Atau, bisa juga Jalan Pandean, merujuk pada pande besi. Di Belanda, kita bisa menemukan "Vismarkt" (pasar ikan) atau "Nieuwstraat" (jalan baru), menunjukkan fungsi atau waktu pembangunannya. Penamaan semacam ini tidak hanya memberi nama, tetapi juga memberi informasi tentang karakter sosial dan ekonomi kawasan tersebut, membantu pendatang mengidentifikasi jenis layanan atau barang yang bisa ditemukan.
Nama dari Kejadian Penting atau Tokoh Bersejarah
Sejarah dan peristiwa besar tentu tak luput dari penamaan jalan. Jika sebuah jalan menjadi saksi bisu pertempuran penting, tempat perjanjian besar ditandatangani, atau merupakan jalur utama bagi tokoh-tokoh bersejarah, maka nama jalan tersebut akan mengenang momen atau orang itu. Ini menjadi cara masyarakat menjaga memori kolektif dan menghormati pahlawan atau kejadian penting.
Di Indonesia, banyak jalan dinamai Jalan Diponegoro, Jalan Sudirman, atau Jalan Kartini, merujuk pada pahlawan nasional. Ini jelas merupakan bentuk penghormatan yang dilakukan oleh generasi penerus, tidak selalu oleh orang yang hidup di zaman pahlawan itu langsung. Namun, dahulu pun, jika ada raja atau pemimpin yang sering melintas atau mendirikan sesuatu di jalur tertentu, nama jalan itu bisa dikaitkan dengan mereka. Ini menjadikan jalan sebagai monumen hidup yang terus menceritakan kisah masa lalu kepada setiap orang yang melintasinya.
Nama Berdasarkan Arah Tujuan atau Gerbang Kota
Beberapa nama jalan juga terbentuk dari arah tujuan yang dituju jalan tersebut, atau sebagai gerbang masuk/keluar kota. Jalan yang mengarah ke sebuah desa atau kota tetangga bisa dinamai sesuai tujuan tersebut, misalnya Jalan Menuju Bandung atau Jalan ke Utara. Di kota-kota lama, ada juga nama jalan yang merujuk pada gerbang kota.
Contoh paling jelas adalah Jalan Raya Pos yang dibangun Daendels, secara eksplisit menunjukkan fungsinya sebagai jalur utama pengiriman pos. Atau, di masa lalu, mungkin ada Jalan Menuju Pelabuhan atau Jalan Pasar Lama. Penamaan seperti ini berfungsi sebagai panduan navigasi yang sangat praktis, membantu para musafir atau pedagang menemukan jalan tanpa perlu bertanya-tanya. Ini menunjukkan bahwa jalan tidak hanya sekadar jalur, tetapi juga representasi dari konektivitas antar wilayah.