AS Terkesan Acuh, Tetap Suplai Senjata kepada Israel meskipun Digunakan untuk Menyerang Rafah Gaza
Tanggal: 29 Mei 2024 18:09 wib.
Amerika Serikat memutuskan bahwa serangan Israel terhadap kamp pengungsi di Rafah, Jalur Gaza Palestina, tidak akan berdampak pada kebijakan dan dukungan mereka terhadap Israel. Hal ini diungkapkan oleh juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, yang menyatakan bahwa serangan yang terjadi pada hari Minggu (26/5) bukanlah operasi skala besar sehingga Washington tidak perlu mengubah kebijakan apa pun terhadap Israel.
Kirby menegaskan bahwa tidak akan ada perubahan kebijakan apapun menyusul serangan Israel pada Minggu tersebut. Meskipun demikian, Amerika Serikat menyatakan bahwa akan mengawasi hasil penyelidikan yang dilakukan oleh pihak Israel terkait serangan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat tetap memberikan prioritas pada aliansi mereka dengan Israel, meskipun telah terjadi serangan yang menewaskan 45 warga sipil di Rafah, selatan Gaza.
Pernyataan dari John Kirby ini juga mengindikasikan bahwa Israel belum melewati "garis merah" yang ditetapkan oleh Amerika Serikat, meskipun telah menggunakan amunisi buatan AS saat melancarkan serangan udara ke kamp pengungsi di Rafah pada Minggu (26/5). CNN melaporkan bahwa serangan tersebut merupakan penggunaan amunisi buatan Negeri Paman Sam yang menyebabkan puluhan warga Palestina tewas.
Dalam analisis video yang diambil dari lokasi peristiwa, CNN menemukan bahwa amunisi-amunisi yang menyebabkan tenda-tenda pengungsi terbakar merupakan amunisi buatan AS. Ekspertisahli senjata peledak yang meneliti video tersebut memastikan bahwa ekor bom GBU-39, bom berdiameter kecil buatan AS, terlihat jelas dalam video tersebut. Hal ini tentu saja memunculkan pertanyaan terkait tanggung jawab AS terhadap penggunaan senjata mereka oleh Israel dalam konflik ini.
GBU-39 adalah bom yang diproduksi oleh Boeing, merupakan amunisi presisi tinggi yang dirancang untuk menyerang target strategis dengan kerusakan skala rendah. Namun, penggunaan bom tersebut dalam serangan terhadap kamp pengungsi di Rafah telah menyebabkan dampak yang tragis bagi warga Palestina. Hal ini mendorong munculnya kekhawatiran dan kritik dari berbagai pihak terhadap peran AS dalam konflik Israel-Palestina.
Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden telah menegaskan bahwa Washington akan menangguhkan pengiriman senjata dan bantuan lain ke Israel jika bantuan-bantuan tersebut digunakan untuk menyerang atau merugikan warga sipil. Namun, pihak Israel membantah melakukan operasi darat besar dalam serangan di Rafah, sehingga Amerika Serikat belum melihat adanya langkah konkret yang memerlukan perubahan kebijakan terhadap Israel.
Dalam konteks ini, banyak negara Eropa sudah mulai melontarkan kritik dan kecaman keras terhadap Israel. Presiden Prancis Emmanuel Macron bahkan mengaku marah melihat serangan yang terjadi pada warga sipil Palestina. Dia mendesak agar operasi di Rafah segera dihentikan dan mengajukan seruan untuk menghormati hukum internasional serta mewujudkan gencatan senjata segera.
Meskipun demikian, Israel tetap mengklaim bahwa serangan udara tersebut bertujuan untuk menargetkan kompleks Hamas. Namun, serangan tersebut justru menyebabkan kebakaran hebat pada tenda-tenda warga sipil di Tel Al-Sultan, yang mengakibatkan banyak korban jiwa di antara anak-anak, perempuan, dan orang lanjut usia.
Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Daniel Hagari, menyatakan bahwa pihaknya tidak menyangka bahwa serangan tersebut akan mengakibatkan kebakaran hebat di kamp pengungsian warga sipil. Dia menyebut serangan tersebut sebagai suatu ketidaksengajaan, namun hal ini tentu saja menimbulkan pertanyaan terkait kewaspadaan dan pertanggung jawaban dari pihak Israel terhadap dampak serangan mereka.
Keputusan Amerika Serikat untuk tetap memasok senjata kepada Israel meskipun serangan yang dilancarkannya telah mengakibatkan korban sipil yang sangat banyak menimbulkan pertanyaan tentang tanggung jawab moral dan keputusan politik AS dalam konflik ini. Seiring dengan gelombang protes dan kritik dari berbagai pihak terhadap kebijakan AS terhadap Israel, maka diperlukan evaluasi mendalam terkait dampak dari dukungan AS terhadap Israel dalam konflik di Timur Tengah. Selain itu, pemerintahan AS juga diharapkan untuk mempertimbangkan ulang kebijakan persenjataan mereka terhadap Israel agar tidak turut ambil bagian dalam peristiwa-peristiwa tragis seperti serangan di Rafah yang menyebabkan banyak korban jiwa yang tak berdosa.