AS Salah Perhitungan dengan Iran, Ingatkan Kejadian 44 Tahun Lalu
Tanggal: 27 Apr 2024 10:20 wib.
Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran telah lama dipenuhi dengan konflik dan ketegangan. Beberapa kejadian sejarah membuktikan adanya ketegangan yang berkepanjangan antara kedua negara tersebut. Salah satu contoh yang kini diingatkan kembali oleh pemerintah Iran adalah kegagalan operasi militer AS di Gurun Tabas 44 tahun yang lalu.
Pada tahun 1980, AS melancarkan operasi militer yang dikenal dengan sebutan Eagle Claw di Gurun Tabas, Iran. Namun, operasi ini berakhir dalam kegagalan besar bagi AS, yang kemudian diingatkan kembali oleh Iran sebagai kekalahan bersejarah. Menurut Kementerian Luar Negeri Iran, AS telah terus menciptakan ketegangan dengan mengambil kesalahan perhitungan dalam berinteraksi dengan Iran.
Tujuan sebenarnya dari operasi militer Amerika Serikat tersebut adalah menyerang pusat-pusat politik, dan militer Iran, serta menggulingkan Republik Islam yang baru saja berdiri. Namun, kegagalan operasi ini bukan hanya berdampak pada korban jiwa dan reputasi AS, tetapi juga memengaruhi hubungan diplomatik kedua negara.
Setelah operasi tersebut gagal, sebanyak 52 warga AS yang menjadi sandera harus mendekam di Iran selama 270 hari, menambah ketegangan antara kedua negara. Bahkan, kegagalan tersebut juga menjadi salah satu momen yang mengubah arah politik AS kala itu, yang kemudian berdampak pada popularitas pemimpin AS saat itu, Jimmy Carter. Penampilannya yang kurang efektif dalam menangani krisis sandera Iran segera menjadi fokus perhatian.
Pada saat yang sama, pemimpin spiritual Iran, Ayatollah Khomeini, menyebut kegagalan operasi tersebut sebagai campur tangan Tuhan, yang kemudian memperkuat propaganda negatif terhadap AS di mata rakyat Iran. Peristiwa ini juga memberikan pelajaran berharga bagi AS tentang betapa sulitnya mencari solusi keamanan di kawasan Timur Tengah tanpa memicu konflik yang berkepanjangan.
Selain itu, kegagalan operasi ini juga mempermalukan AS di mata rakyat dunia. Sebagai negara adidaya yang ingin menunjukkan keunggulannya dalam urusan militer, kegagalan tersebut menjadi bukti bahwa tidak semua tindakan kekerasan dapat menghasilkan kemenangan. Hal ini juga menjadikan AS sebagai perhatian internasional, bukan hanya dari sudut pandang kegagalan militer, tetapi juga kegagalan kebijakan luar negeri.
Peristiwa kegagalan operasi di Gurun Tabas juga menggambarkan bagaimana intervensi AS dapat menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan dalam politik luar negeri. Kekhilafan AS dalam mengambil langkah militer juga menjadi pelajaran bagi negara-negara lain di dunia, terutama dalam konteks hubungan internasional yang sensitif.
Hal ini membuka diskusi tentang perlunya pendekatan diplomasi yang lebih bijaksana dalam memecahkan konflik internasional Dengan mengkaji kejadian tersebut, negara-negara dan pihak terkait dapat belajar dari kesalahan masa lalu untuk mengarahkan kebijakan luar negeri yang lebih efektif dan berkelanjutan. Selain itu, kegagalan tersebut juga menjadi momentum penting untuk mendorong upaya perdamaian dan kerja sama internasional.