Sumber foto: Cnbcindonesia.com

Arab di Ambang Perang Baru, Ini Peta Kekuatan Hizbullah Vs Israel

Tanggal: 4 Jul 2024 09:28 wib.
Ancaman perang di Timur Tengah semakin meningkat, terutama setelah pejabat Israel mengancam akan meningkatkan serangan, sementara kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah, memberikan tantangan balik. "Kita dapat menjerumuskan Lebanon sepenuhnya ke dalam kegelapan dan menghancurkan kekuatan Hizbullah dalam hitungan hari," kata mantan anggota kabinet perang Israel Benny Gantz di sebuah konferensi di Universitas Reichman di Herzliya, Israel, dikutip Selasa (2/7/2024).

Ancaman ini merupakan semakin menegangkan hubungan antara Israel dan Lebanon serta Hizbullah. Israel mengklaim bahwa rendahnya daya listrik di Lebanon dan keruntuhan ekonomi negara tersebut membuat Lebanon rentan terhadap serangan Israel. Namun, CNN International melaporkan bahwa menghancurkan kekuatan militer Hizbullah dalam hitungan hari adalah tugas yang jauh lebih sulit. Selama ini, Hizbullah telah mempersiapkan diri untuk perang.

Menurut perkiraan Israel, persenjataan Hizbullah berjumlah sekitar 150.000 rudal dan roket. Serangan udara yang terarah dengan baik oleh Israel mungkin dapat menghabisi Lebanon, namun untuk memusnahkan kekuatan Hizbullah merupakan tugas yang jauh lebih rumit. Sejak perang tahun 2006 antara Israel dan Hizbullah, keduanya terus berusaha memperkuat kekuatan mereka.

Hizbullah diyakini memiliki sekitar 40.000 hingga 50.000 pejuang yang sangat terlatih dan disiplin. Banyak di antara mereka bahkan telah memperoleh pengalaman tempur dalam perang saudara Suriah. Berbeda dengan Gaza, Lebanon memiliki kedalaman strategis dengan dukungan rezim Suriah dan Irak, yang memungkinkan akses langsung ke Iran. Israel sendiri telah terlibat dalam serangkaian serangan di Suriah untuk menghentikan pengiriman senjata ke Hizbullah.

Sementara itu, pergeseran keseimbangan strategis di Timur Tengah juga turut mempengaruhi ketegangan antara Israel dan Hizbullah. Tidak hanya Hizbullah, terdapat juga sejumlah aktor non-negara seperti Hamas, Jihad Islam, Houthi, serta milisi di Irak dan Suriah yang terus mengancam kepentingan Israel dan Barat di Timur Tengah. Dukungan AS terhadap Israel juga turut memperkeruh situasi.

Milisi Houthi di Yaman, yang sebelumnya tidak dianggap sebagai ancaman, kini telah mampu menembakkan rudal balistik ke Israel dengan bantuan dari Iran. Kelompok ini terus mengganggu pengiriman di Laut Merah, meskipun ada deterrence Amerika di kawasan tersebut. Milisi yang didukung Iran di Irak dan Suriah juga telah mengancam akan bertindak jika terjadi perang antara Israel dan Hizbullah.

Ketegangan di perbatasan Lebanon-Israel belakangan ini semakin meningkat, bahkan menimbulkan kekhawatiran bagi beberapa negara, seperti Jerman, Swedia, Kuwait, Belanda, yang telah menyerukan warganya untuk segera meninggalkan Lebanon. Situasi ini memicu kekhawatiran akan potensi pecahnya perang di Timur Tengah yang dapat menyebabkan dampak besar bagi wilayah tersebut.

Perdebatan mengenai potensi perang antara Israel dan Hizbullah telah menarik perhatian banyak pihak. Berbagai negara dan lembaga internasional telah mencoba untuk meredakan ketegangan tersebut demi mencegah pecahnya perang yang dapat membahayakan stabilitas di Timur Tengah. Diperlukan langkah-langkah diplomasi yang kuat untuk mencegah eskalasi konflik yang dapat berakibat buruk bagi seluruh wilayah tersebut.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved