Sumber foto: google

Ancaman Keamanan: Kapal Selam Nuklir AS di Korea Selatan Mengundang Kecaman Korea Utara

Tanggal: 12 Feb 2025 06:37 wib.
Pada hari Selasa, 11 Februari 2025, Kementerian Pertahanan Korea Utara menyampaikan pernyataan yang menyoroti kekhawatiran mendalam mereka atas kehadiran kapal selam nuklir milik Amerika Serikat di pelabuhan Korea Selatan. Dalam laporan yang dipublikasikan oleh kantor berita resmi KCNA, juru bicara kementerian tersebut menjelaskan bahwa keberadaan kapal selam bertenaga nuklir ini merupakan bentuk provokasi yang jelas dari AS dan menunjukkan ketegangan yang terus meningkat di kawasan.

"Kehadiran kapal selam nuklir Amerika di Semenanjung Korea mencerminkan histeria konfrontasional yang tak berkesudahan di pihak AS terhadap Korea Utara. Ini bukan sekadar tindakan militer biasa, namun merupakan ancaman langsung terhadap keamanan nasional kami," ujarnya. Juru bicara tersebut menekankan bahwa situasi ini dapat berakibat fatal, menciptakan risiko nyata terjadinya konfrontasi bersenjata yang tidak diinginkan.

Kapal selam nuklir yang dioperasikan oleh Angkatan Laut AS tersebut, yang dikenal dengan nama Alexandria, baru saja tiba di Busan, Korea Selatan, untuk melakukan pengisian pasokan dan memberi kesempatan bagi awaknya untuk beristirahat. Menurut laporan media Korea Selatan pada hari Senin, 10 Februari, kehadiran kapal selam ini menjadi sorotan karena dianggap sebagai langkah agresif dari pihak Amerika. Selain itu, kapal selam ini merupakan bagian dari Armada Pasifik yang dipersenjatai dengan rudal jelajah Tomahawk, membuatnya semakin menakutkan bagi pemerintah Korea Utara.

Kementerian Pertahanan Korea Selatan hingga berita ini diturunkan masih belum memberikan pernyataan resmi atau tanggapan terkait situasi tersebut. Ini menambah ketegangan yang sudah ada, di mana Korea Utara secara rutin mengecam berbagai kegiatan militer AS dan latihan gabungan dengan Korea Selatan. Pada hari Minggu, 9 Februari, Korea Utara bahkan memperingatkan mengenai "konsekuensi yang serius" sebagai balasan atas serangkaian latihan militer yang dilakukan oleh kedua sekutu tersebut.

Lebih lanjut, juru bicara kementerian pertahanan Korea Utara tidak mencakup informasi mengenai latihan tembak langsung yang dilaksanakan oleh tentara AS dan Korea Selatan di daerah dekat perbatasan militer. Pembicaraan internasional mengenai denuklirisasi dan pengurangan ketegangan di Semenanjung Korea tampaknya terjalin dalam nuansa yang semakin rumit.

Retorika agresif dari Korea Utara meningkat, terutama setelah Donald Trump dilantik kembali sebagai presiden, meskipun ia menyatakan ketertarikan untuk memulai kembali dialog dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un. Dalam konteks ini, situasi di kawasan Semenanjung Korea tampak semakin mencekam, dengan harapan akan terjadinya dialog yang konstruktif seolah semakin memudar di tengah ketegangan yang membara.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved