Amerika Marah Israel Tembaki Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Lebanon, Joe Biden Minta Hentikan Serangan
Tanggal: 12 Okt 2024 18:56 wib.
Amerika Serikat (AS) merasa sangat kesal dan marah ketika Israel dilaporkan menembaki pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) selama konfliknya dengan Hizbullah di Lebanon. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden langsung mendesak Israel untuk berhenti menyerang menyusul dua insiden penembakan dalam 48 jam.
Pada Jumat (11/10/2024), Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pasukannya bertanggung jawab atas insiden tersebut, di mana dua tentara Sri Lanka untuk Pasukan Sementara PBB di Lebanon (Unifil) terluka.
Tentara IDF yang beroperasi di sekitar pangkalan Unifil di Naqoura mengidentifikasi ancaman dan melepaskan tembakan. Tentara Israel, menambahkan insiden itu akan diselidiki pada tingkat tertinggi.
Sebelumnya, pada Kamis (10/10/2024), dua tentara Indonesia untuk Unifil terluka karena jatuh dari menara observasi setelah tank Israel menembaki mereka.
Para pemimpin Prancis, Italia, dan Spanyol mengeluarkan pernyataan bersama yang mengutuk tindakan Israel, dengan mengatakan tindakan itu tidak dapat dibenarkan dan harus segera diakhiri. Hal ini menunjukkan adanya solidaritas internasional dalam menekan Israel agar menghentikan serangan terhadap pasukan perdamaian PBB di Lebanon.
Kementerian luar negeri Sri Lanka mengatakan "mengutuk keras" serangan IDF yang melukai dua tentaranya. Hal ini menunjukkan dampak internasional dari insiden penembakan tersebut, di mana negara-negara anggota PBB merasa terpanggil untuk memberikan reaksi yang tegas terhadap tindakan agresif Israel.
Kepala pasukan penjaga perdamaian PBB, Jean-Pierre Lacroix, mengatakan ada alasan untuk percaya bahwa beberapa penembakan terhadap posisi PBB di Lebanon selatan dilakukan secara langsung, meskipun ia tidak menyatakan bertanggung jawab atas insiden tersebut. Hal ini menegaskan pentingnya investigasi yang komprehensif terhadap insiden-insiden penembakan tersebut, dan memberikan tekanan kepada pihak Israel untuk bekerja sama dalam kasus-kasus tersebut.
Saat invasi Israel ke Lebanon selatan berlanjut, IDF dan kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah, terus menembakkan rudal dan roket melintasi perbatasan Israel-Lebanon. Hal ini menunjukkan eskalasi konflik yang semakin memprihatinkan, dan menunjukkan urgensi untuk segera mencari solusi damai dalam mengakhiri konflik tersebut.
Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa tiga orang, termasuk seorang gadis berusia dua tahun, tewas dalam serangan Israel di kota Sidon di Lebanon selatan. Dua tentara Lebanon juga tewas akibat serangan pasukan Israel di kota Kafra. Di ibu kota Beirut, petugas darurat terus menyisir reruntuhan bangunan yang terkena dua serangan udara Israel. Hal ini menggarisbawahi dampak kemanusiaan yang timbul akibat konflik di daerah tersebut, dan menuntut adanya tindakan tanggap darurat dalam menangani situasi tersebut.
Konflik antara Israel dan Hizbullah di Lebanon tidak hanya mempengaruhi kedua pihak yang terlibat, tetapi juga menimbulkan dampak kemanusiaan yang serius bagi penduduk sipil. Oleh karena itu, diperlukan upaya bersama dari komunitas internasional untuk menghentikan kekerasan dan mencari solusi damai guna mengakhiri konflik tersebut. Dengan demikian, harapan akan terciptanya perdamaian dan kestabilan di Timur Tengah dapat diwujudkan melalui kerja sama yang kokoh antara berbagai pihak terkait.