Ambisi Trump: Membayangkan Gaza Sebagai Destinasi Wisata Tanpa Warga Palestina
Tanggal: 6 Feb 2025 14:07 wib.
Pada 4 Februari 2025, dalam sebuah konferensi pers bersama Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan rencananya yang ambisius untuk mengambil alih dan mengelola Jalur Gaza. Rencana ini, jika terlaksana, dapat memungkinkan Jared Kushner, menantu Trump yang juga dikenal sebagai pengembang properti, untuk membangun hotel-hotel mewah di tepi pantai Gaza. Dalam konferensi pers tersebut, Trump menyatakan, "Semuanya sepakat bahwa Amerika Serikat memiliki potensi untuk mengembangkan tanah ini, menciptakan ribuan lapangan kerja, dan menghasilkan sesuatu yang luar biasa."
Trump menegaskan bahwa satu-satunya pilihan bagi warga Palestina adalah meninggalkan Gaza menuju daerah yang "indah dan damai", tanpa kemungkinan untuk kembali. Ia kembali mendesak negara-negara seperti Yordania dan Mesir untuk menerima warga Palestina yang diusir secara paksa, meskipun kedua negara tersebut telah menunjukkan penolakan atas gagasan tersebut. "Yordania dan Mesir mungkin bisa menolak Biden, tetapi mereka tidak dapat menolak saya," ungkap Trump percaya diri.
Selama konferensi pers, Trump menggambarkan Gaza sebagai "tempat kehancuran" di mana hampir semua bangunan telah runtuh, dan ia berpendapat bahwa warga Palestina dapat dipindahkan ke kawasan yang lebih aman dan damai. Ia menawarkan visi Gaza sebagai resor internasional yang menakjubkan, tempat di mana "masyarakat dunia" akan berkumpul. Menurutnya, potensi wisata di Gaza sangat besar, dan ia berkeinginan untuk menjadikan kawasan tersebut sebagai tempat liburan kelas dunia di sepanjang Pantai Mediterania.
Meskipun banyak pihak meyakini bahwa gagasan ini bersifat utopis dan beberapa pemimpin Arab, termasuk yang berasal dari Yordania dan Mesir, menolak untuk mengakomodasi pemindahan warga Palestina, Trump tetap optimis. Ia bahkan tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan AS untuk melakukan misi tersebut, meyakini bahwa hanya dengan kontrol AS stabilitas dapat dicapai di Timur Tengah.
Menanggapi pertanyaan mengenai hak kembalinya warga Palestina, Trump tetap mengelak untuk memberikan kepastian. "Sebagian besar warga Palestina akan tinggal di sana," katanya, sementara pernyataannya hanya menciptakan ketidakjelasan. Dalam diskusi tentang kedaulatan Israel atas Tepi Barat, yang merupakan isu sensitif di pangkal terang hukum internasional, Trump menyatakan bahwa keputusan akan diambil dalam waktu dekat.
Sebagai tambahan, hubungan AS dengan Yordania dan Mesir sangat penting, dengan kedua negara itu menerima lebih dari $1,5 miliar bantuan militer dari Washington pada tahun 2023. Di sisi lain, Israel menerima lebih dari $3,3 miliar, menjelaskan mengapa Trump membangun harapannya untuk memperkuat hubungan dengan kedua negara tersebut. Dalam pernyataannya, Trump mengharapkan penguasa Yordania dan Mesir bersedia memberikan tanah yang diperlukan untuk merealisasikan visinya.
Sementara itu, dalam konteks hubungan internasional, Trump menunjukkan keyakinan bahwa kerajaan Arab Saudi kini membuka jalan untuk normalisasi dengan Israel, meskpun pihak Saudi menegaskan komitmennya terhadap negara Palestina tetap kuat dan tak tergoyahkan. Di tengah semua ini, Netanyahu secara terang-terangan memuji Trump sebagai "teman terbaik yang pernah dimiliki Israel di Gedung Putih", menyoroti berbagai langkah yang diambil Trump yang menurutnya mendukung kepentingan Israel.