Sumber foto: radiosilaturahim.com

Alasan Sebenarnya Elon Musk Dukung Donald Trump Mati-matian Terungkap

Tanggal: 10 Nov 2024 05:51 wib.
Elon Musk, seorang tokoh terkemuka dalam dunia bisnis dan teknologi, menjadi perhatian setelah ia menyatakan dukungannya terhadap Donald Trump setelah kemenangan Trump dalam Pemilu AS. Musk, yang merupakan salah satu orang terkaya di dunia, tidak hanya secara terang-terangan mendukung Trump, tetapi juga dikabarkan telah mengeluarkan lebih dari US$100 juta yang disalurkan melalui komite politik America PAC yang ia bentuk untuk memenangkan kandidat dari Partai Republik.

Keputusan Musk ini mendapat apresiasi dari beberapa politikus Republik, yang memberikan kredit atas kemenangan Trump melawan Kamala Harris dari Partai Demokrat. Trump sendiri tampak memuja Musk dalam pidatonya setelah kemenangan, menyebut Musk sebagai "bintang baru" yang harus dijaga sebagai aset negara. Namun, dibalik dukungannya terhadap Trump, ada motif bisnis yang menjadi latar belakang dari dukungan Musk tersebut.

Menurut laporan yang dikutip dari Inc, sebelum kemenangan Trump dalam Pemilu AS, Musk telah meminta imbalan dari Trump untuk kepentingan bisnisnya yang bergerak di berbagai sektor, mulai dari mobil listrik dan robot (Tesla), roket dan satelit (SpaceX), hingga media sosial (X). Permintaan khusus ini dilaporkan disampaikan sebelum Trump dinyatakan sebagai pemenang dalam Pemilu AS, dan salah satu permintaan tersebut adalah merekrut beberapa karyawan SpaceX untuk posisi krusial di pemerintahan, termasuk di Departemen Kehakiman AS (DOJ), jika Trump berhasil memenangkan pemilihan.

Pada kenyataannya, perusahaan SpaceX memiliki banyak kepentingan dengan pemerintah AS terkait kontrak untuk peluncuran roket satelit di luar angkasa dan lisensi menggelar internet berbasis satelit Starlink di area pinggiran AS. Namun, beberapa kontrak SpaceX dengan pemerintah yang bernilai miliaran dolar AS terancam, seperti salah satunya kontrak senilai US$4,4 miliar di bawah misi NASA ke Bulan yang disebut menghabiskan anggaran. Hal ini juga disusul dengan kontroversi mengenai permintaan subsidi hampir US$900 juta yang ditolak oleh Komisi Komunikasi Federal (FCC) untuk menyediakan akses internet satelit ke komunitas pedesaan AS. Oleh karena itu, menempatkan dua karyawan top SpaceX pada posisi strategis di DOJ diharapkan dapat memuluskan kepentingan Musk terhadap kontrak dan pendanaan dari pemerintah.

Selain SpaceX, perusahaan Tesla yang juga dimiliki oleh Musk, menerima keuntungan miliaran dolar AS setiap tahun dari kredit karbon dan keringanan pajak pembeli mobil listrik. Untuk menjaga hal ini, atau bahkan mungkin memperluas manfaatnya, Musk ingin menempatkan orang-orang dekatnya di pemerintahan Trump.

Menurut Scott Amey, General Counsel di pengawas kontrak federal Project on Government Oversight, memiliki hubungan dekat antara pemerintah dan pebisnis dapat menjadi sangat menguntungkan bagi perusahaan Musk seperti Tesla dan SpaceX. Namun, sebaliknya, hubungan yang terlalu dekat ini juga dapat menimbulkan kekhawatiran terkait keputusan-keputusan pemerintah yang tidak menguntungkan pembayar pajak. 

Dari sisi politik, Trump juga terkesan terbuka terhadap keinginan Musk setelah ia mendeklarasikan dukungannya terhadap mobil listrik. Trump bahkan menegaskan kembali kebersediaannya untuk mengepalai 'Departemen Efisiensi Pemerintah' yang direncanakan olehnya, yang memiliki misi untuk mengidentifikasi dan memangkas pengeluaran di lembaga pemerintah.

Meskipun demikian, motif sebenarnya dari intensi Musk untuk mendapat posisi itu menjadi pertanyaan bagi beberapa pakar. Terdapat dugaan bahwa intensi sebenarnya Musk untuk mendapatkan posisi di pemerintahan adalah untuk memeras dan mereduksi kekuasaan lembaga-lembaga federal. Namun, jika nantinya bukan Musk yang mendapatkan posisi di pemerintahan, melainkan 'orang dekatnya', maka sosok miliarder itu tak perlu pusing bertentangan dengan banyak pihak, dan tetap dapat meraup keuntungan untuk bisnisnya.

Dari sisi politik, keputusan Trump untuk memangkas keringanan pajak US$7.500 untuk pembeli mobil listrik menjadi sorotan, yang tentunya menjadi mimpi buruk bagi Tesla. Namun, ketika Musk menyatakan dukungannya secara penuh melalui media sosial X, Trump tampaknya berubah sikap dan membantu mendukung mobil listrik dengan pernyataan positifnya. Dengan demikian, hubungan antara Musk dan Trump terlihat saling menguntungkan, terutama dalam hal kepentingan bisnis di industri mobil listrik.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved