Alasan Mengapa Memberikan Emoticon Pada Emailmu Lebih Merugikanmu

Tanggal: 28 Agu 2017 09:02 wib.
Pernahkah kamu berpikir bahwa kamu akan terlihat lebih baik dan ramah di mata rekan-rekan yang kamu kirimi email di mana kamu tambahkan smile emoticon di akhir atau di antara isi email? Pengembang software bisa saja setuju akan hal ini, namun studi terkini memberikan klaim bahwa mungkin kamu perlu mempertimbangkan lagi atau bahkan perlu menghentikan kebiasaanmu untuk menggunakan emoticon pada email resmi. 

Studi terkini, “The Dark Side of a Smiley” memberikan informasi bahwa smiley face kemungkinan memberikan lebih banyak kerugian dibandingkan manfaatnya. Menggunakan smiley face atau emoticon serupa dalam email yang berkaitan dengan pekerjaan mungkin tidak akan menciptakan kesan positif, bahkan sebenarnya dapat menggambarkan rendahnya kompetensi, ungkap penelitian yang dipublikasikan di jurnal Social Psychological and Personality Science.

“Temuan ini pertama kali memberikan fakta bahwa smiley face ini berkebalikan dengan senyum sesungguhnya, di mana emoticon tidak mampu menaikkan persepsi kehangatan dan persepsi kompetensi. Pada email resmi terkait bisnis, emoticon senyum bukanlah senyuman,” ujar Ella Glikson, seorang rekan doctoral di Universitas Ben-Gurion (BGU) di Negev, Israel.

Periset telah melakukan serangkaian percobaan dengan total 549 peserta dari 29 negara yang berbeda. Dalam satu percobaan, para peserta diminta untuk membaca e-mail yang berhubungan dengan pekerjaan dari orang yang tidak dikenal dan kemudian mengevaluasi kompetensi dan kehangatan orang tersebut. Semua peserta menerima pesan serupa. Beberapa termasuk smiley sementara yang lainnya tidak.

"Studi tersebut juga membuktikann bahwa ketika para peserta diminta untuk menanggapi email mengenai masalah formal, jawaban mereka lebih rinci dan mencakup lebih banyak informasi terkait konten saat e-mail tersebut dan tidak termasuk smiley. Kami menemukan bahwa persepsi kompetensi rendah jika senyum dimasukkan pada gilirannya mengurangi informasi sharing," kata Glikson.

Dalam percobaan lain, penggunaan smiley dibandingkan dengan foto tersenyum atau netral. Temuan menunjukkan bahwa dalam kasus sebuah foto, pengirim yang tersenyum dianggap lebih kompeten dan ramah daripada orang yang netral.

Namun, ketika sebuah e-mail mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan formal termasuk smiley, pengirim dianggap kurang kompeten. Smiley tersebut tidak mempengaruhi evaluasi keramahan pengirim, ujar peneliti.

Tim juga menemukan bahwa ketika jenis kelamin penulis e-mail tidak diketahui, penerima cenderung menganggap wanitalah pengirim email jika menyertakan smiley.

"Untuk saat ini, setidaknya, smiley hanya bisa menggantikan senyum saat Anda sudah mengenal lawan bicara Anda. Dalam interaksi awal, lebih baik hindari menggunakan smiley, berapa pun usia atau jenis kelaminnya," tambahnya.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved