Sumber foto: google

Alasan Kemenangan Partai Sayap Kiri dalam Pemilu Inggris dan Prancis

Tanggal: 10 Jul 2024 10:50 wib.
Partai sayap kanan dan sentris di Prancis dan Inggris gigit jari usai partai sayap kiri meraup banyak suara di pemilihan umum. Di Inggris, Partai Buruh berhasil meraih 404 dari 660 kursi di parlemen. Ketua partai ini Keir Starmer akan menjadi perdana menteri menggantikan Rishi Sunak. Sunak akan mengundurkan diri dan mengaku bertanggung jawab atas kekalahan Partai Konservatif.

Di Prancis, koalisi sayap kiri New Popular Front (NFP) juga menduduki posisi puncak di putaran kedua dalam pemungutan suara di parlemen. Mereka berhasil mengalahkan partai Marcon, Renaissance, dan sayap kanan National Rally (RN). Namun, NFP belum bisa mengantongi lebih dari setengah mayoritas suara parlemen. Kemenangan itu memicu pertanyaan saat gelombang sayap kanan banyak menguasai negara di Eropa. Lalu, apakah kemenangan partai sayap kiri di dua negara ini menjadi tanda kebangkitan sayap kiri?

Sejumlah pengamat menilai perubahan para pemilih Inggris, dari kanan ke kiri, karena mereka ingin perubahan. "Ada sentimen anti-petahana lagi di Eropa," kata professor politik dari Universitas Exeter di Inggris, Dan Stevens, dikutip CNBC. Dia lalu berujar, "[Tak peduli siapa pun petahana] hanya tak ada ketidakpuasan umum dan keinginan untuk perubahan."

Masalah migrasi hingga inflasi di Inggris

Beberapa tahun terakhir, Inggris bergejolak karena masalah imigrasi, ekonomi, inflasi yang tinggi, hingga krisis biaya hidup. Saat pemilu berlangsung, kata para pengamat, warga Inggris sudah sangat muak. Sementara itu, selama kampanye Partai Buruh menawarkan narasi perubahan. ABC News menyebut kemenangan Partai Buruh karena kekecewaan warga terhadap Partai Konservatif dan kebangkitan reformasi Inggris. Lima perdana menteri selama 14 tahun membuat warga Inggris lelah. Koresponden senior urusan internasional Guardian Emma Graham Harrison menyebut kemenangan Partai Buruh memang memberi harapan bagi kaum progresif. Namun, dia mencatat ini lebih bersifat praktis ketimbang ideologis.

Partai kanan seperti Reformasi bisa menekan pemerintah dan mempengaruhi Partai Konservatif usai kalah. Mereka mendapat suara 14 persen dan memperoleh lima kursi di parlemen. Inggris memiliki sistem first past the post yang hanya memberi penghargaan ke pemenang di setiap daerah pemilihan. Sifat sistem itu tak hanya mengurangi dampak politik suara yang diberikan untuk partai-partai kecil tetapi juga kemungkinan menghalangi sejumlah pendukung potensial untuk mendukung mereka sejak awal.

Inggris menjadi salah satu negara yang mencari jalan untuk perubahan saat sebagian besar Eropa Barat dan Timur masih banyak yang dikuasai sayap kanan. Italia, Belanda, dan Jerman menyaksikan kebangkitan sayap kanan di negara mereka. Pada Juni lalu, partai sayap kanan Fratelli d'Italia (Fdl) menang telak dengan 28 persen. Partai-partai itu kerap muncul sebagai bentuk protes dengan berdiri di isu anti-imigrasi dan menampilkan diri peduli isu universal. Isu universal di antaranya pekerjaan, pendidikan, perawatan kesehatan, identitas nasional,dan ekonomi.

Profesor politik Eropa di King's College London, Sofia Vasilopoulou, mengatakan kebangkitan sayap kanan di Eropa terkait keinginan pemilih yang memprotes status quo dan tokoh yang sudah lama berkuasa. Vasilopoulou juga menyebut partai kanan punya sejumlah kelompok yang disebut pemilih 'pinggiran'. Mereka kurang percaya terhadap politik dan lembaga. "Ini semacam protes terhadap politik secara umum, dan ada cukup banyak pemilih yang mereka dapat karena itu," ujar dia. Lebih lanjut, Vasilopoulou mengatakan partai sayap kanan dan sayap kanan garis keras tidak hanya menang karena isu imigrasi. "Mereka bisa menang karena menarik koalisi pemilih yang memilih mereka karena berbagai alasan."

Sayap kiri masih krisis di Eropa?

Para pengamat lain mengatakan kebangkitan sayap kanan di Eropa karena ekonomi yang menurun, representasi kelas terkikis, dan akuntabilitas yang minim di Uni Eropa. Profesor ilmu politik di Universitas Athena, Filippa Chatzistavrou, menyebut situasi ekonomi punya peran utama dalam kebangkitan sayap kanan. Chatzistavrou menyebut ada peningkatan ketidakpuasan terhadap kebijakan ekonomi neoliberal yang memangkas daya beli kelas pekerja dan melemahkan kesejahteraan sosial.

Situasi sosial itu, kata dia, belum ditangani partai-partai sayap kiri, sehingga partai sayap kanan semakin menarik bagi banyak orang dan berbahaya. "Itu berarti konstituensi sayap kanan telah meluas melampaui kelas pekerja dan penduduk pedesaan hingga mencakup beberapa kelas atas dan kaum muda, sehingga menimbulkan risiko baru," kata Chatzistavrou, dikutip Anadolu Agency, Maret lalu.

Dengan adanya kebangkitan partai sayap kiri di Inggris dan Prancis, terdapat pertanyaan besar mengenai dampaknya terhadap politik Eropa dan kebangkitan sayap kiri secara global. Kini, tampaknya pergeseran opini dan keinginan publik dapat menjadi salah satu faktor penentu penting dalam perubahan politik di masa depan. Meskipun belum bisa dipastikan secara pasti, kemenangan partai sayap kiri di dua negara tersebut dapat menjadi tolak ukur bagi kerangka politik yang lebih inklusif dan memperhatikan kebutuhan masyarakat secara menyeluruh.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved