Alasan Beberapa Negara Melarang Nama Bayi Tertentu
Tanggal: 29 Agu 2025 07:45 wib.
Di banyak negara, memilih nama untuk anak adalah hak prerogatif orang tua. Namun, tidak di semua tempat kebebasan itu tanpa batas. Beberapa negara punya aturan ketat yang melarang nama bayi tertentu. Aturan ini mungkin terlihat aneh atau berlebihan bagi sebagian orang, tapi di balik itu ada alasan yang kuat, mulai dari perlindungan anak hingga menjaga identitas budaya dan norma sosial. Pembatasan ini bukan tanpa tujuan, melainkan bagian dari kerangka hukum yang lebih besar untuk memastikan kesejahteraan dan integrasi sosial warga negaranya.
Mencegah Diskriminasi dan Memastikan Kesejahteraan Anak
Alasan paling utama dari larangan ini adalah untuk melindungi anak dari diskriminasi, bullying, dan kesulitan hidup di masa depan. Nama adalah bagian dari identitas. Nama yang terlalu aneh, lucu, atau bermakna buruk bisa membuat anak menjadi bahan ejekan. Misalnya, di Portugal, nama "Tomat" dilarang karena dianggap konyol. Di Meksiko, nama seperti "Rambo" atau "Batman" juga dilarang karena dinilai bisa memicu ejekan.
Pemerintah berpendapat bahwa anak-anak punya hak untuk memiliki nama yang bermartabat dan tidak menimbulkan masalah sosial. Nama yang terlalu rumit, sulit dieja, atau tidak sesuai dengan jenis kelamin juga bisa menyebabkan kesulitan dalam dokumen resmi, sekolah, atau bahkan saat melamar pekerjaan. Larangan ini adalah bentuk intervensi negara untuk memastikan anak punya awal yang adil tanpa beban dari nama yang kontroversial.
Menjaga Norma Budaya dan Ketaatan Beragama
Di beberapa negara, larangan nama tertentu didasarkan pada norma budaya dan agama. Misalnya, di Maroko, ada daftar nama yang disetujui yang sebagian besar berasal dari tradisi Arab-Muslim. Nama-nama non-tradisional yang dianggap tidak sesuai dengan budaya lokal seringkali ditolak. Hal serupa terjadi di Arab Saudi.
Pemerintah yang menerapkan kebijakan ini percaya bahwa nama adalah cerminan dari identitas nasional dan warisan budaya. Melindungi "kemurnian" nama dianggap sebagai cara untuk menjaga identitas bangsa dari pengaruh asing. Meskipun argumen ini bisa diperdebatkan, tujuannya jelas: mempertahankan tradisi dan nilai-nilai yang dianggap penting bagi kohesi sosial.
Di sisi lain, ada juga negara yang melarang nama-nama yang punya konotasi radikal atau berbahaya. Misalnya, nama-nama yang dikaitkan dengan kelompok teroris atau ideologi kekerasan pasti akan ditolak. Larangan ini adalah bagian dari upaya keamanan nasional untuk mencegah penyebaran ideologi berbahaya.
Menghindari Ambiguitas dan Kerumitan Administratif
Aturan penamaan juga sering kali dibuat untuk menjaga ketertiban administratif. Nama yang terlalu panjang, menggunakan simbol atau angka, atau tidak memiliki ejaan yang jelas bisa menciptakan masalah di sistem pendaftaran sipil. Islandia, misalnya, punya Komite Penamaan Islandia yang harus menyetujui nama-nama baru. Salah satu aturan mereka adalah nama harus dapat dieja dan diucapkan sesuai dengan fonetik Islandia. Mereka melarang nama yang tidak bisa dikonjugasi secara gramatikal.
Aturan seperti ini bertujuan untuk memudahkan pencatatan, identifikasi, dan komunikasi dalam sistem birokrasi. Nama yang tidak standar bisa menyebabkan kesalahan input data, kebingungan dalam dokumen hukum, atau kesulitan dalam sistem identifikasi yang terkomputerisasi. Dengan membatasi pilihan, pemerintah bisa memastikan semua nama warga negaranya terdaftar dengan rapi dan konsisten.
Perlindungan Terhadap Hak Cipta dan Nama Merek
Beberapa negara juga punya aturan yang melarang penggunaan nama-nama yang merupakan merek dagang atau hak cipta. Nama seperti "Apple", "Google", atau "McDonald's" mungkin lucu, tapi berpotensi melanggar hukum hak cipta. Nama-nama seperti "Nutella" di Prancis atau "Ikea" di Swedia dilarang dengan alasan ini. Negara-negara yang memiliki undang-undang hak cipta yang ketat ingin memastikan bahwa hak milik intelektual tetap terlindungi, bahkan dalam konteks penamaan individu.
Larangan ini tidak hanya melindungi perusahaan, tapi juga individu. Nama yang sama dengan merek terkenal bisa membuat anak menjadi bahan lelucon dan mengganggu. Ada juga kasus di mana nama-nama seperti "Facebook" atau "Hashtag" ditolak karena dianggap tidak pantas atau tidak memiliki arti sebagai nama orang.
Studi Kasus: Aturan Penamaan di Berbagai Negara
Berikut adalah beberapa contoh nyata dari larangan nama di berbagai negara:
Jerman: Nama harus mencerminkan jenis kelamin anak. Nama-nama gender netral (seperti "Taylor" atau "Robin") dapat ditolak kecuali ada nama kedua yang mengklarifikasi jenis kelamin.
Selandia Baru: Nama seperti "Lucifer," "Christ," atau "Messiah" dilarang karena memiliki konotasi religius yang dianggap menyinggung. Nama-nama yang terlalu panjang atau berlebihan seperti "Talula Does The Hula From Hawaii" juga ditolak.
Denmark: Denmark punya daftar sekitar 7.000 nama bayi yang disetujui. Orang tua yang ingin memberi nama di luar daftar itu harus mengajukan permohonan khusus ke Departemen Pendidikan Anak, yang akan meninjau nama tersebut untuk memastikan tidak ada masalah ejaan, kelucuan, atau bahaya bagi anak.