Sumber foto: google

70 Ribu Tentara Israel Cacat dan Gangguan Mental Akibat Perang di Gaza

Tanggal: 23 Jun 2024 09:00 wib.
Militer Israel melaporkan bahwa jumlah tentaranya yang cacat, atau menjadi penyandang disabilitas, telah melampaui 70.000 ribu personel untuk pertama kalinya. Angka itu termasuk sekitar 8.000 tentara yang mengalami luka-luka sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza pada Oktober tahun lalu. Seperti dilansir Middle East Monitor dan Press TV, Jumat (21/6/2024), laporan militer Israel menyebut jumlah tentara yang luka-luka selama perang berkecamuk lebih dari delapan bulan terakhir mencapai sedikitnya 8.663 personel.

Menurut Channel 7, data yang diberikan oleh Konferensi Medis Israel menunjukkan lebih dari seribu tentara pria dan wanita yang terluka dirawat di bangsal setiap bulannya untuk mendapatkan perawatan. 95 persen di antaranya adalah pria, sekitar 70 persen di antaranya adalah tentara cadangan, dan separuh di antaranya berusia antara 18 hingga 30 tahun.

"Menurut analisis yang dilakukan oleh para spesialis, sekitar 40 persen korban luka yang akan dirawat di rumah sakit pada akhir tahun ini mungkin menghadapi berbagai reaksi mental, termasuk kecemasan, depresi, stres pasca-trauma, dan kesulitan dalam adaptasi dan komunikasi. ," demikian laporan dari Channel tersebut. "Dari sekitar 70.000 tentara penyandang disabilitas yang dirawat di bangsal rehabilitasi, 9.539 mengalami reaksi pasca-trauma dan mental," katanya.

Selain cacat fisik, gangguan mental juga menjadi ancaman serius bagi banyak tentara Israel yang kembali dari medan perang di Gaza. Pengalaman traumatik di tengah-tengah pertempuran, menyaksikan kematian dan penderitaan, serta tekanan emosional yang terus menerus dapat menyebabkan gangguan stres pasca trauma (PTSD) yang berkepanjangan. Gangguan mental ini memberikan dampak yang mendalam pada kehidupan sehari-hari, hubungan pribadi, dan produktivitas para prajurit yang harus berjuang melawan bayang-bayang masa lalu yang menyakitkan.

Pada pertengahan April, tentara Israel mengakui lebih dari 2.000 tentara, polisi, dan personel keamanan telah dinonaktifkan sejak awal perangnya di Jalur Gaza, menurut situs berita Ibrani Walla yang mengutip Institut Keselamatan dan Keamanan Kementerian Tenaga Kerja Israel."persentase orang yang menderita kesulitan tidur naik dari 18,7 persen pada musim panas lalu menjadi 37,7 persen, meningkat 101 persen, sementara laporan yang menderita stres tinggi meningkat menjadi 43,5 persen selama perang, atau meningkat sekitar 78 persen," Portal berita tersebut menambahkan.

Hingga kini sekitar 37.343 warga Palestina tewas dan 85.372 lainnya dilaporkan terluka akibat serangan Israel. Perang yang pecah pada 7 Oktober tersebut juga membuat sekitar 1,7 juta warga Palestina mengungsi, menurut data PBB.

Upaya rehabilitasi dan dukungan bagi para tentara Israel yang mengalami cacat dan gangguan mental merupakan hal yang mendesak. Perlunya pelayanan medis yang holistik dan terintegrasi, mulai dari perawatan fisik hingga konseling psikologis, sangat penting untuk membantu mereka pulih dan beradaptasi dengan kondisi yang mereka hadapi. Selain itu, dukungan dan penghargaan dari masyarakat juga merupakan faktor penting dalam memperkuat semangat para prajurit dalam menghadapi tantangan yang mereka alami.

Perang di Gaza telah meninggalkan bekas yang mendalam pada banyak tentara Israel. Cacat dan gangguan mental yang mereka alami merupakan sisi gelap dari konflik yang selalu menarik perhatian dunia internasional. Kita harus mengakui bahwa para prajurit yang terlibat dalam perang juga merupakan korban, dan mereka membutuhkan perhatian dan dukungan yang tidak kalah pentingnya dengan pihak-pihak lain yang terlibat dalam konflik.

Sebagai sebuah masyarakat yang menghargai martabat kemanusiaan, kita perlu merangkul para tentara Israel yang telah mengalami penderitaan akibat perang di Gaza. Dukungan medis, rehabilitasi, dan pemulihan kesejahteraan mereka harus menjadi prioritas bagi negara Israel dan komunitas internasional. Hanya dengan demikian, kita dapat membantu para prajurit tersebut untuk pulih dari dampak traumatis yang mereka alami dan membangun kembali kehidupan yang bermakna setelah perang.

Dalam suatu konflik, tidak hanya para korban perang yang perlu mendapat perhatian, melainkan juga para prajurit yang melakukan tugas berat di garis depan. Mereka layak mendapat pengakuan dan dukungan atas pengorbanan yang telah mereka berikan demi kedamaian dan keamanan. Dengan demikian, kita dapat menyadari bahwa perang tidak hanya merusak fisik dan bangunan, tetapi juga merusak jiwa dan harapan banyak individu yang terlibat di dalamnya.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved