3 Negara yang Punya Rudal Hipersonik
Tanggal: 16 Okt 2024 09:05 wib.
Rudal hipersonik adalah jenis peluru kendali yang dapat bergerak dengan kecepatan minimal Mach 5, atau lima kali kecepatan suara. Ini setara dengan 1,7 km per detik atau 6.174 km per jam. Meskipun beberapa rudal balistik sudah mencapai kecepatan ini, rudal hipersonik memiliki kemampuan unik karena dapat mengubah arah atau jalur terbangnya secara acak setelah memasuki kembali atmosfer bumi, sehingga membuatnya sulit diprediksi dan diantisipasi oleh sistem pertahanan musuh.
Hal ini berbeda dengan rudal balistik biasa yang biasanya mengikuti lintasan yang lebih lurus dan dapat diprediksi. Kemampuan tersebut membuat rudal hipersonik lebih sulit dideteksi oleh sistem radar dan lebih sulit dihancurkan oleh sistem pertahanan. Karena itu, banyak negara berusaha mengembangkan rudal hipersonik untuk mendapatkan keunggulan militer.
Hingga saat ini, terdapat beberapa negara yang telah memiliki rudal hipersonik, berikut beberapa di antaranya, sebagaimana dirangkum dari beberapa sumber:
1. Amerika Serikat
Melalui Defense News, Amerika Serikat (AS) sedang mengembangkan rudal hipersonik yang mampu terbang lebih cepat dari Mach 5, dan dapat bermanuver pada berbagai ketinggian, sehingga sulit dideteksi. Angkatan Darat dan Angkatan Laut AS, bekerja sama dalam mengembangkan sistem bernama Common Hypersonic Glide Body (C-HGB), yang mencakup kepala rudal, sistem navigasi, kabel, dan pelindung termal.
Saat ini, Angkatan Darat AS menargetkan satu uji coba besar lagi untuk senjata rudal hipersonik ini sebelum akhir 2024, untuk menentukan apakah rudal hipersonik tersebut akan disiapkan dan digunakan oleh unit militer pertama AS pada tahun yang akan datang. Meskipun terjadi beberapa penundaan dan kegagalan dalam uji coba sebelumnya, seperti pada bulan Maret, Oktober, dan November tahun lalu, para pejabat AS tetap optimis bahwa rudal ini akan segera dapat digunakan.
Jika uji coba berikutnya berhasil, rudal tersebut akan dimasukkan ke dalam unit operasional sebagai kemampuan awal.
Pengembangan rudal hipersonik di AS sudah berlangsung selama sekitar lima tahun, dan meskipun mengalami keterlambatan lebih dari setahun, program ini masih dinilai berjalan sesuai rencana.
Selain mengembangkan rudal, AS juga berfokus pada menciptakan sistem pertahanan untuk melawan senjata hipersonik, mengingat negara-negara saingannya juga aktif mengembangkan teknologi serupa.
2. Rusia
Menyadur Georgetown Journal of International Affairs, Rusia saat ini mengembangkan setidaknya tiga jenis senjata hipersonik yang sudah beroperasi atau hampir siap digunakan. Senjata-senjata ini diperkenalkan oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam pidatonya kepada Majelis Federal pada 2018 dan 2019. Senjata ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan serangan regional dan strategis Rusia, dan semuanya dapat membawa hulu ledak nuklir.
Rusia memiliki Zirkon , yang merupakan rudal jelajah hipersonik dan direncanakan akan dikerahkan pada 2023, namun hingga kini belum ada konfirmasi lebih lanjur terkait hal tersebut. Tsirkon dapat diluncurkan dari kapal dan diklaim oleh Putin mampu mencapai kecepatan Mach 9. Rudal ini dirancang untuk menyerang baik target darat maupun laut dengan jangkauan sekira 1.000 kilometer.
Tsirkon dapat dipasang pada sebagian besar kapal permukaan dan kapal selam Rusia, yang memungkinkan mereka untuk berpatroli di dekat pantai Amerika Serikat atau negara anggota NATO lainnya. Dengan kemampuan ini, Tsirkon dapat menyerang pusat komando penting dengan sangat cepat, sehingga hanya memiki sedikit kesempatan untuk merespons.
Sistem senjata lainnya adalah Avangard, yang merupakan kendaraan hipersonik atau hypersonic boost-glide vehicles (HGV) yang diluncurkan dari rudal balistik antarbenua (ICBM). Avangard dapat mencapai kecepatan hingga Mach 27 dan akan dikerahkan pada ICBM SS-18 Satan dan SS-19 Stiletto. Selain itu, Avangard dapat membawa hingga tiga HGV, masing-masing dengan daya ledak mencapai dua megaton. Dengan kemampuan ini, Avangard dirancang untuk meningkatkan efektivitas Rusia dalam mempertahankan diri dan mengelabui pertahanan musuh.
3. China
Menurut CSIS, China memiliki senjata rudal terbesar dan paling beragam di dunia. Sejak akhir Perang Dingin, Beijing telah dengan cepat memodernisasi kekuatan rudalnya, dengan meluncurkan rudal balistik dan jelajah yang dipandu presisi, amunisi melayang atau loitering munitions, dan senjata hipersonik.
Rudal hipersonik China menggabungkan kecepatan tinggi rudal balistik dengan kemampuan manuver dan penerbangan pada ketinggian rendah seperti rudal jelajah, sehingga menyulitkan sistem peringatan dan pertahanan yang tradisional. Meskipun mayoritas persenjataan rudal China terdiri dari rudal balistik dan rudal jelajah, namun adanya sedikit senjata hipersonik dapat menimbulkan ancaman baru yang berbeda.
Menurut Departemen Pertahanan AS, China meluncurkan senjata hipersonik pertamanya, yang disebut DF-17, pada 2020. Rudal ini, yang menggabungkan kendaraan glider hipersonik, diperkirakan memiliki jangkauan sekira 2.000 km dan mampu membawa nuklir. Senjata hipersonik lainnya pasti akan muncul, termasuk pengujian lain yang dilaporkan pada Juli 2020, di mana China menguji glider hipersonik yang masuk ke orbit sebelum jatuh kembali ke Bumi.
Berdasarkan laman South China Morning Post, pada 2024, ilmuwan China mengklaim telah menemukan cara untuk membuat rudal hipersonik dengan bagian depan dari stainless steel, yang sebelumnya dianggap mustahil. Rudal ini dirancang untuk mencapai kecepatan Mach 8, meskipun stainless steel mulai meleleh pada suhu 1.200 derajat celsius. Untuk melindungi rudal dari suhu tinggi tersebut, tim ilmuwan mengusulkan penggunaan keramik suhu ultra-tinggi.
Militer China memperkirakan lebih banyak rudal diperlukan dalam pertempuran, sehingga biaya menjadi faktor penting.
China belum mengungkapkan biaya rudal hipersoniknya, namun beberapa rudal dilaporkan sudah diproduksi secara massal untuk peluncur bergerak, kapal perang, dan pembom. China juga berusaha mengurangi biaya produk militer dengan memanfaatkan teknologi manufaktur dan skala ekonomi.