3 Kebohongan Pidato Netanyahu di Depan Kongres AS, Cek Faktanya
Tanggal: 27 Jul 2024 14:37 wib.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu berpidato di depan Kongres Amerika Serikat (AS), Rabu (24/7/2024). Hal ini dilakukannya sebagai upaya meyakinkan parlemen Negeri Paman Sam untuk tetap membela Israel dalam serangannya ke Gaza Palestina yang saat ini dikecam dunia.
Dalam pidatonya, Netanyahu berbicara terkait sejumlah aspek serangan militernya di Gaza, mulai dari persenjataan, opini dunia, hingga bantuan terhadap warga sipil di wilayah kantong Palestina itu.
Namun ada beberapa poin yang dianggap disampaikan Netanyahu secara tidak tepat. Berikut poin-poin tersebut sebagaimana dijelaskan The Guardian, Jumat (26/7/2024):
1. Bantuan Makanan
Dalam forum itu, Netanyahu menyebut tuduhan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas pelanggaran perang Israel terkait pemenuhan pangan bagi warga Gaza sebagai omong kosong. Ia menyebut Tel Aviv telah mengirimkan setengah juta ton makanan ke warga sipil wilayah itu.
Menurut data PBB, 28.018 truk bantuan telah memasuki Gaza sejak perang dimulai. Rute ke wilayah itu tidak lagi mencakup penyeberangan Rafah, yang diserbu pasukan Israel pada awal Mei.
Sejak saat itu, hanya 2.835 truk yang masuk melalui persimpangan Kerem Shalom di Selatan dan Erez di Utara. Jumlah truk tersebut hanya mengirimkan sebagian kecil dari bantuan yang dibutuhkan.
Organisasi-organisasi bantuan menuduh Israel sengaja menghalangi bantuan memasuki Gaza. Salah satu yang menuding Tel Aviv adalah direktur Oxfam untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Sally Abi Khalil.
Awal tahun ini, otoritas terkemuka dunia tentang kelaparan, Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu, memperingatkan bahwa Gaza berada di ambang kelaparan.
2. Mengamankan Warga Sipil
Netanyahu mengklaim Israel menyebarkan jutaan selebaran, mengirim jutaan pesan teks, serta melakukan ratusan ribu panggilan telepon untuk menyelamatkan warga sipil Palestina dari bahaya serangannya ke wilayah itu.
Namun, tindakan seperti itu sering kali gagal menghentikan warga sipil yang terjebak di zona perang, seperti yang ditunjukkan minggu ini ketika pasukan Israel mengeluarkan perintah evakuasi yang memengaruhi sekitar 400.000 orang di Khan Younis.
Kantor PBB untuk urusan kemanusiaan, OCHA, mengatakan pengumuman Israel seringkali tidak menyertakan waktu bagi warga sipil untuk mengetahui dari wilayah mana mereka harus pergi atau ke mana mereka harus pergi.
3. Negosiasi dengan Hamas
Netanyahu tidak menjabarkan poin gencatan senjata dengan Hamas. Namun ia merujuk pada negosiasi yang sedang berlangsung.
Dari segi sandera, Netanyahu memuji operasi militer Israel yang membebaskan empat sandera tetapi menewaskan sedikitnya 274 warga Palestina bulan lalu. Menurut perkiraan terbaru, diperkirakan ada 114 sandera yang masih berada di Gaza, meskipun ini termasuk sejumlah tawanan yang tewas yang tidak disebutkan jumlahnya.
Mereka yang mengetahui negosiasi penyanderaan, sejumlah besar warga Israel, dan bahkan beberapa keluarga sandera, menuduh Netanyahu menghalangi kesepakatan tersebut.
Dalam pidato Netanyahu di depan Kongres AS, terdapat beberapa kebohongan yang dianggap tidak tepat oleh The Guardian. Salah satunya terkait dengan klaim Netanyahu mengenai bantuan makanan yang telah dikirim ke warga Gaza. Data PBB menunjukkan bahwa jumlah bantuan yang dikirimkan oleh Israel jauh lebih sedikit dari yang diumumkan Netanyahu. Hal ini menimbulkan tanda tanya akan kebenaran klaim Netanyahu terkait bantuan makanan.
Selain itu, tindakan Israel dalam mengamankan warga sipil Palestina juga menimbulkan kontroversi. Meskipun Israel mengklaim telah melakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan warga sipil, data dari OCHA menunjukkan bahwa banyak perintah evakuasi Israel tidak memberikan waktu yang cukup bagi warga sipil untuk mengungsi dengan aman. Hal ini merupakan salah satu bukti bahwa klaim Netanyahu terkait keselamatan warga sipil perlu dipertanyakan.
Sementara itu, dalam hal negosiasi dengan Hamas terkait gencatan senjata dan pembebasan sandera, klaim Netanyahu tentang keberhasilan operasi militer Israel juga menimbulkan kontroversi. Jumlah sandera yang masih berada di Gaza tidak sesuai dengan klaim Netanyahu, dan hal ini menunjukkan bahwa pernyataan Netanyahu tidak sepenuhnya dapat dipercaya.