Kata-Kata yang Umum Digunakan Pelamar Kerja dengan ChatGPT Menurut Pandangan HRD

Tanggal: 2 Jul 2025 11:56 wib.
Dalam beberapa waktu terakhir, penggunaan teknologi kecerdasan buatan, khususnya ChatGPT, telah menjadi tren yang kian populer di kalangan pelamar kerja. Banyak kandidat yang memanfaatkan alat ini untuk menyusun CV dan surat lamaran agar dapat bersaing di pasar kerja yang semakin ketat. Seorang profesional di bidang HRD mengungkapkan bahwa ada sejumlah ungkapan khas yang sering dijumpai pada aplikasi kerja yang dibuat dengan bantuan teknologi ini.

Konteks ini, menjadi semakin penting bagi para manajer HRD untuk memperhatikan kata-kata yang tertera dalam CV dan surat lamaran dari para pelamar. Seiring dengan bertambahnya jumlah aplikasi yang harus mereka evaluasi, kesadaran akan penggunaan AI dalam pembuatan dokumen lamaran juga semakin meningkat. Menurut laporan yang dipublikasikan oleh Huffpost, ChatGPT adalah sistem chatbot yang tengah berkembang, ditenagai oleh teknologi pembelajaran mesin, yang mampu menghasilkan resume dan surat lamaran secara rinci hanya dalam waktu kurang dari lima menit berdasarkan perintah yang diberikan oleh pengguna.

Akan tetapi, bagi para pelamar yang berusaha memanfaatkan kemudahan ini, penting untuk menyadari bahwa HRD dapat secara efektif mengenali penggunaan AI dalam dokumen aplikasi mereka melalui sejumlah kata kunci dan frasa yang berulang. "Sekitar 25 persen aplikasi tampaknya ditulis dengan bantuan AI," ungkap Bonnie Dilber, seorang manajer perekrutan di perusahaan otomasi aplikasi Zapier, seperti dikutip dari nypost pada Selasa, 24 Juni 2025. Menariknya, Laurie Chamberlin, yang memimpin LHH Recruitment Solutions di Amerika Utara, menambahkan bahwa seorang perekrut yang berpengalaman dapat mendeteksi aplikasi yang dihasilkan oleh AI dari jarak cukup jauh.

Hal ini memberi sinyal kepada HRD mengenai potensi ketidaksesuaian kandidat dengan pekerjaan yang mereka lamar. Ciri utama yang mengindikasikan bahwa seseorang menggunakan AI untuk menghasilkan aplikasi kerja mereka adalah ketika dokumen tersebut terlihat seperti template yang sudah diformulasikan dan di-copy-paste, serta terkesan memiliki nada yang robotik. “Saya masih sering melihat ungkapan seperti 'terampil', 'paham teknologi', dan 'terkini' yang muncul berulang kali di resume untuk posisi teknologi,” ungkap Gabrielle Woody, HRD di perusahaan perangkat lunak keuangan Intuit.

Sementara itu, Woody juga mencatat bahwa dalam tinjauan terhadap banyak resume untuk tingkat magang dan pemula, dia menemukan bahwa banyak kandidat yang baru memulai karier mereka tidak pernah menggunakan istilah tersebut sebelumnya, sebelum adanya popularitas ChatGPT. Dengan kata lain, penggunaan frasa-frasa generik menjadi petunjuk yang mencolok bagi para perekrut bahwa ada kemungkinan kandidat tersebut menggunakan alat AI dalam menyusun dokumen lamaran mereka.

Laurie Chamberlin turut menambahkan bahwa penggunaan kata-kata kunci yang terlalu umum dapat menjadi indikator yang jelas. "Kita sering mendapati kandidat mencantumkan keterampilan seperti 'pandai berkomunikasi' atau 'mampu bekerja sama dalam tim', tetapi mereka tidak memberikan contoh nyata untuk mendukung klaim tersebut," ujarnya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun kandidat menyertakan keterampilan yang relevan, ketidakmampuan untuk memperkuat dengan bukti konkret bisa mengurangi nilai lamaran mereka.

Terdapat juga tantangan lain terkait penggunaan alat AI dalam penyusunan surat lamaran, yaitu masalah terkait ketelitian dan penyuntingan. Tejal Wagadia, seorang perekrut di salah satu perusahaan teknologi terkemuka, mengatakan bahwa ia sering menemukan lamaran yang masuk menggunakan jenis font, tanda kurung, atau bahkan kata-kata seperti "Tambahkan nomor di sini" yang secara jelas berasal dari ChatGPT. Dia berbagi pengalaman bahwa banyak kandidat mentransfer informasi tersebut ke dalam resume mereka tanpa melakukan penyuntingan lebih lanjut.

“Mereka cenderung menyalin dan menempelkan hasil dari ChatGPT ke dalam dokumen mereka tanpa memberikan perhatian pada detail,” kata Tejal. Hal ini tentu menjadi perhatian serius bagi HRD karena tampak kurang profesional dan dapat berpotensi merugikan peluang kandidat untuk diterima.

Para profesional HRD memberikan panduan bagi pelamar kerja yang ingin menggunakan ChatGPT sebagai alat bantu dalam pembuatan surat lamaran dan CV. Disarankan agar pemanfaatan alat ini tidak dijadikan satu-satunya sumber, melainkan hanya sebagai titik awal atau draf awal dalam proses pembuatan dokumen lamaran. Pelamar kerja perlu memastikan untuk mengedit dan menyesuaikan dokumen tersebut dengan pengalaman dan keterampilan yang mereka miliki. Hal ini akan membantu menciptakan lamaran yang lebih terfokus dan tidak terkesan sebagai salinan template yang sama dengan ratusan pelamar lainnya.

Memahami cara berinteraksi dengan alat seperti ChatGPT dan memaksimalkan penggunaannya tanpa kehilangan keautentikan diri menjadi sangat penting. Pelamar yang ingin sukses dalam melamar pekerjaan di era digital ini harus mampu menunjukkan kemampuan unik mereka, meningkatkan daya tarik mereka di mata perekrut, dan memberikan nilai lebih yang dapat dibedakan dari kandidat lainnya.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved