Sejarah kuliner tradisional khas Bali, Sate Lilit yang Digemari Banyak Orang
Tanggal: 1 Jun 2024 13:55 wib.
Pulau Dewata atau Bali dikenal akan keindahan alam dan kebudayaannya yang kaya. Selain menjadi destinasi wisata terkenal, kuliner tradisional khas Bali juga telah menjadi favorit banyak orang. Salah satu hidangan yang terkenal adalah sate lilit, yang populer di berbagai wilayah.
Sate lilit merupakan bentuk akulturasi budaya dari berbagai wilayah, namun memiliki sejarah panjang. Awalnya, sate lilit merupakan hidangan khas daerah Klungkung. Seiring berjalannya waktu, hidangan ini menyebar ke seluruh Bali seperti Denpasar, Badung, dan Gianyar. Sate termasuk hidangan wajib dalam upacara Galungan di mana terdapat sembilan macam sate yang disebut penawasangan, yang merupakan simbol dari sembilan penjuru mata angin. Selain itu, sate lilit juga dianggap sebagai simbol senjata Dewa Brahma yang berupa gada, yang memiliki makna perlawanan dan menghancurkan pengaruh jahat.
Proses pembuatan sate lilit melibatkan banyak orang, mulai dari penyembelihan hewan, pemotongan daging, hingga pembuatan tusuk sate. Pembuatan sate lilit dilakukan di banjar (balai desa) dalam jumlah banyak atau skala besar, bahkan bisa melibatkan 100 orang pria. Dari proses yang lebih melibatkan pria ini, sate lilit memiliki makna filosofi yang kuat dalam kehidupan dan kejantanan pria.
Tusuk sate pada sate lilit menggunakan batang serai, batang bambu, atau batang kayu, yang kemudian dililitkan pada daging sesuai dengan arti dari kata "lilit" dalam bahasa Bali dan Indonesia yang berarti "membungkus". Dulunya sate lilit hanya terbuat dari daging babi dan ikan, namun karena banyak permintaan dan untuk menyesuaikan konsumen yang tidak bisa makan daging babi, maka dibuat pula sate lilit dari daging sapi, ayam, atau ikan.
Menariknya, makna mendalam sate lilit ini mencakup aspek sosial, budaya, dan filosofi yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Bali. Dari proses pemilihan bahan baku, penyembelihan hewan, hingga proses pembuatan yang melibatkan banyak orang pria, sate lilit menjadi lebih dari sekadar hidangan lezat, tetapi juga merupakan warisan budaya yang kaya akan makna. Dalam upacara adat, sate lilit juga memiliki peran penting sebagai sesaji dalam persiapan ritual keagamaan.
Pentingnya memahami makna dari kuliner lokal seperti sate lilit ini menjadi bagian penting dalam pelestarian budaya dan tradisi masyarakat Bali. Selain sebagai hidangan lezat, sate lilit juga mengandung nilai-nilai yang dapat memberikan pemahaman yang lebih luas tentang kekayaan warisan budaya Indonesia. Melalui kuliner lokal, kita dapat belajar tentang sejarah, filosofi, dan nilai-nilai masyarakat yang telah turun-temurun diwariskan melalui hidangan-hidangan tradisional.
Dalam menikmati kuliner lokal khas Bali seperti sate lilit, kita tidak hanya merasakan kenikmatan dari cita rasa yang lezat, tetapi juga turut menghargai dan memahami makna budaya yang terkandung di dalamnya. Dukungan dalam pelestarian kuliner lokal juga menjadi bagian penting dalam mempertahankan keberagaman kuliner tradisional yang merupakan bagian tak terpisahkan dari identitas budaya suatu daerah.