Perbedaan Bihun, Soun, dan Misoa: Mengenal Jalinan Rasa dalam Masakan
Tanggal: 14 Agu 2025 11:35 wib.
Di dapur Asia, ada tiga jenis mie yang seringkali membuat bingung karena penampilannya yang serupa: bihun, soun, dan misoa. Meskipun ketiganya sama-sama berbentuk seperti benang-benang tipis, asal bahan, tekstur, dan penggunaannya dalam masakan sangat berbeda. Mengenali perbedaan mendasar dari ketiganya tidak hanya memperkaya wawasan kuliner, tetapi juga membantu memilih bahan yang tepat agar masakan terasa lebih nikmat dan otentik.
Bihun: Si Putih yang Kenyal dan Serbaguna
Bihun, atau dikenal juga sebagai rice vermicelli, adalah jenis mie yang paling umum ditemui di Indonesia. Sesuai namanya, bihun terbuat dari tepung beras. Karakteristik utamanya adalah warnanya yang putih bersih, teksturnya yang sedikit lebih tebal dari soun dan misoa, serta rasanya yang cenderung hambar. Sebelum diolah, bihun kering perlu direndam air panas hingga melunak.
Ketika dimasak, bihun memiliki tekstur yang kenyal dan tidak terlalu licin. Karena terbuat dari tepung beras, bihun cenderung mudah putus saat dimakan, tidak selentur soun. Sifatnya yang serbaguna membuat bihun cocok diolah menjadi berbagai masakan. Kita bisa menemukannya dalam hidangan berkuah seperti soto atau bakso, digoreng dengan bumbu kecap pedas, atau bahkan diisi dalam lumpia. Sifatnya yang mudah menyerap bumbu menjadikannya pilihan favorit untuk masakan yang kaya rasa.
Soun: Si Transparan yang Lentur dan Licin
Soun, yang juga sering disebut glass noodles atau vermicelli kacang hijau, punya ciri khas yang sangat membedakannya. Soun terbuat dari tepung pati kacang hijau. Beberapa varian juga bisa dibuat dari tepung ubi jalar atau pati kentang. Proses pembuatannya membuat soun memiliki tampilan yang unik, yaitu transparan atau bening saat sudah dimasak.
Tekstur soun adalah yang paling menonjol. Soun sangat lentur, licin, dan kenyal. Meskipun direndam lama, soun tidak akan mudah hancur seperti bihun, melainkan tetap mempertahankan bentuknya yang bening dan lentur. Karena teksturnya yang licin, soun cocok untuk hidangan berkuah seperti tekwan, sup, atau tumisan yang tidak terlalu banyak diaduk. Soun juga sering dihidangkan sebagai pelengkap dalam hidangan panas lainnya, di mana teksturnya yang lembut dan lentur menambah kekayaan sensasi saat dikunyah.
Misoa: Si Halus yang Cepat Matang
Misoa, atau dalam bahasa Hokkien dikenal sebagai mee sua, punya karakteristik yang berbeda total dari bihun dan soun. Misoa terbuat dari tepung terigu. Ini membuatnya memiliki kandungan gluten, yang tidak dimiliki oleh bihun dan soun. Misoa dikenal dengan bentuknya yang paling halus, tipis, dan rapuh di antara ketiganya.
Karena terbuat dari tepung terigu, misoa punya tekstur yang sangat lembut dan mudah hancur jika terlalu lama dimasak. Oleh karena itu, misoa biasanya tidak perlu direndam terlalu lama, cukup dibilas sebentar dan dimasak dalam waktu yang sangat singkat, hanya beberapa menit hingga matang. Misoa sangat cocok untuk hidangan berkuah panas seperti sup ayam atau sup seafood. Teksturnya yang halus sangat disukai, terutama untuk makanan anak-anak atau orang yang sedang sakit. Misoa sering dihidangkan dengan tambahan telur, ayam, atau udang, menjadikannya hidangan yang ringan namun mengenyangkan.
Ringkasan Perbedaan untuk Pilihan Tepat
Singkatnya, perbedaan utama bihun, soun, dan misoa terletak pada bahan dasar, yang kemudian memengaruhi tekstur dan cara pengolahannya.
Bihun (tepung beras): Putih, kenyal, mudah menyerap bumbu, serbaguna untuk gorengan atau berkuah.
Soun (pati kacang hijau): Transparan, sangat lentur dan licin, cocok untuk sup atau tumisan yang tidak terlalu banyak diaduk.
Misoa (tepung terigu): Putih, sangat halus, cepat matang, dan cocok untuk sup yang dimasak dalam waktu singkat.