Sumber foto: Canva

Kontroversi Penangkapan Cucut untuk Konsumsi

Tanggal: 25 Agu 2025 22:09 wib.
Ikan cucut, atau hiu, seringkali menjadi subjek perdebatan sengit dalam isu konservasi dan kuliner. Di satu sisi, ada praktik penangkapan hiu yang sudah berlangsung lama untuk berbagai kebutuhan, terutama konsumsi siripnya yang dianggap sebagai makanan mewah. Di sisi lain, ada gerakan konservasi yang gencar mengkampanyekan bahaya penangkapan ini terhadap ekosistem laut. Kontroversi seputar penangkapan hiu untuk konsumsi bukanlah masalah sederhana, melainkan melibatkan etika, keberlanjutan, dan peran penting hiu dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut.

Peran Kunci Hiu dalam Ekosistem Laut

Di puncak rantai makanan laut, hiu berperan sebagai predator utama yang vital. Tugas mereka adalah memangsa ikan-ikan yang sakit, lemah, atau lamban. Dengan melakukan ini, hiu secara alami menjaga populasi ikan lain tetap sehat dan kuat. Tanpa kehadiran hiu, populasi spesies di bawahnya bisa meledak tidak terkontrol. Keseimbangan ini penting karena jika satu spesies terlalu dominan, bisa menguras sumber daya alam dan mengganggu spesies lain.

Hiu juga dikenal sebagai "penjaga kesehatan terumbu karang". Mereka memangsa ikan-ikan herbivora yang menjaga populasi alga agar tidak tumbuh berlebihan. Alga yang terlalu banyak dapat menutupi terumbu karang dan menghalangi sinar matahari, yang pada akhirnya dapat merusak ekosistem terumbu karang. Dengan demikian, hilangnya hiu dari suatu ekosistem dapat memicu efek domino yang merusak, mengancam kesehatan terumbu karang, dan secara luas mengganggu keseimbangan laut.

Sirip Hiu: Dari Tradisi Kuliner ke Bisnis Kontroversial

Kontroversi penangkapan hiu sebagian besar berpusat pada perdagangan sirip hiu. Di beberapa budaya Asia, sup sirip hiu dianggap sebagai hidangan lezat dan simbol status sosial yang tinggi. Permintaan pasar yang sangat besar ini telah memicu penangkapan hiu dalam skala industri, seringkali dengan praktik yang sangat tidak etis yang dikenal sebagai finning.

Finning adalah praktik memotong sirip hiu dan kemudian membuang sisa tubuhnya kembali ke laut. Hiu yang dibuang ini seringkali masih hidup, tetapi tidak bisa berenang dan mati perlahan karena tenggelam, kehabisan oksigen, atau dimangsa predator lain. Praktik ini sangat dikecam oleh para aktivis konservasi karena dinilai kejam dan sangat boros. Satu-satunya bagian yang diambil adalah siripnya, sementara bagian daging dan tulang yang sebenarnya bisa dimakan dibuang begitu saja.

Permintaan sirip hiu yang tinggi membuat harganya melambung, mendorong para nelayan untuk mengambil risiko besar dan menggunakan metode penangkapan yang tidak berkelanjutan, yang mempercepat penurunan populasi hiu secara global.

Ancaman Terhadap Populasi Hiu dan Keberlanjutan

Populasi hiu sangat rentan terhadap penangkapan berlebihan karena karakteristik biologis mereka. Hiu umumnya tumbuh lambat, dewasa seksual pada usia yang relatif tua, dan memiliki tingkat reproduksi yang rendah. Beberapa spesies bahkan baru bisa berkembang biak setelah 10-15 tahun, dan hanya melahirkan sedikit anak dalam siklus hidup mereka. Dibandingkan dengan ikan lain yang bisa bereproduksi dalam jumlah ribuan telur, kemampuan hiu untuk mengganti populasi yang hilang sangatlah lambat.

Akibatnya, penangkapan hiu dalam jumlah besar, bahkan jika hanya sebagian kecil dari populasi yang diambil, dapat menyebabkan penurunan populasi yang drastis. Berbagai laporan ilmiah menunjukkan bahwa populasi hiu di beberapa wilayah dunia telah menurun hingga lebih dari 90 persen dalam beberapa dekade terakhir. Penurunan ini menimbulkan kekhawatiran serius tentang kelangsungan hidup spesies hiu di masa depan dan dampaknya pada kesehatan laut.

Upaya Konservasi dan Peraturan Global

Melihat ancaman ini, banyak negara dan organisasi internasional telah mengambil langkah untuk melindungi hiu. Berbagai regulasi telah diberlakukan, termasuk larangan finning di banyak negara, pembatasan kuota penangkapan, dan penetapan suaka hiu di beberapa wilayah laut. Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Fauna dan Flora Liar (CITES) juga telah memasukkan beberapa spesies hiu ke dalam daftar spesies yang perdagangannya dibatasi.

Selain itu, ada kampanye global yang gencar untuk meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya hiu bagi ekosistem dan mendorong masyarakat untuk tidak mengonsumsi sirip hiu. Koki dan restoran di seluruh dunia juga diajak untuk menghapus menu sup sirip hiu dari daftar mereka sebagai bentuk dukungan terhadap konservasi.

Mengubah Persepsi dan Memilih Jalan Berkelanjutan

Kontroversi penangkapan hiu adalah cerminan dari tantangan besar yang dihadapi manusia dalam menyeimbangkan kebutuhan ekonomi dengan kelestarian alam. Permintaan pasar yang didorong oleh tradisi dan persepsi status sosial seringkali bertentangan dengan sains dan etika konservasi. Mengubah persepsi masyarakat dan mendorong pilihan yang lebih berkelanjutan adalah langkah penting.

Mengkonsumsi ikan cucut, atau hiu, bukanlah hal yang salah jika dilakukan secara berkelanjutan. Namun, masalahnya terletak pada skala dan metode penangkapan yang tidak terkontrol. Memilih ikan dari sumber yang bertanggung jawab, yang tidak membahayakan populasi liar dan tidak merusak lingkungan, adalah tindakan sederhana namun berdampak besar.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved